Seorang dosen bertanya kepada mahasiswanya, “kapan jam membaca kalian?”. Glek! Tentu saja sebagian besar mahasiswa sibuk mencari jawaban dan alasan. Ya, alasan mengapa tak mempunyai jam membaca. Setelah menunggu beberapa lama jawaban yang dinantikan tak kunjung tiba, dosen tersebut melanjutkan khotbahnya, “bagaimana bisa kalian bisa menjawab pertanyaan saya, sedang jam membaca saja tidak punya”.
Situasi dalam alinea pertama tersebut terjadi dalam sebuah perkuliahan yang saya ikuti. Jam membaca memang idiom yang agak asing di telinga kita. Padahal kita seorang terpelajar, orang yang hidup dalam dunia pendidikan. Jam membaca adalah waktu yang ditetapkan oleh seseorang untuk dirinya sendiri dimana pada waktu tersebut dia harus membaca selama beberapa waktu dan kegiatan ini dilakukan setiap hari pada jam yang sama.
Meskipun saya mempunyai hobi membaca, tapi jujur saja saya tak mempunyai waktu yang saya luangkan khusus untuk membaca. Saya membaca hanya apabila ada kesempatan dan saat saya ingin membaca. Apalagi teman-teman yang tidak hobi membaca, pasti sangat susah untuk menerapkan jam membaca dalam kesehariannya. Ironis sekali. Padahal kalau dihitung sangat banyak manfaat dari membaca, apalagi jika dilakukan secara teratur.
Dengan membaca otak akan terus berfikir, mencerna setiap kata yang membentuk kalimat yang kemudian mempunyai makna untuk diproses dalam otak kita dan kemudian membayangkan gambaran nyata tentang makna tersebut. Dengan mempunyai jam membaca, pengetahuan kita senantiasa bertambah dari waktu ke waktu. Jadi ilmu yang kita punya dinamis dan tidak terpaku pada bidang tertentu saja, bukan hanya ilmu yang kita dapatkan saat kuliah atau ada kegiatan pembelajaran lainnya. Dengan begitu dunia kita menjadi luas, bukankah membaca merupakan kegiatan melongok ke jendela dunia, yaitu buku.
Lebih jauh, dengan mempunyai jam membaca, akan membuat seseorang cerdas, lebih kritis dan jeli dalam melihat segala hal. Karena sesungguhnya membaca adalah pengalaman pikiran yang tak kita dapatkan di dunia nyata. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian diakumulasikan dalam cerebrum kita dan ketika menghadapi sesuatu bisa jadi informasi yang telah terkumpul tersebut dapat menjadi referensi pemecahan masalah atau pun membantu dalam mempertimbangkan nilai-nilai yang terdapat dalam tiap kejadian.
Saya sendiri sangat menikmati apa yang menurut saya merupakan hasil dari penerapan hobi membaca saya, yaitu menulis. Meskipun saya tidak kuliah di jurusan yang mengharuskan seseorang paham akan tata bahasa yang baik dan benar, tapi saya bersyukur mempunyai ‘keahlian’ ini. Tugas yang diberikan dosen-dosen saya tak jauh dari kata ‘menulis’. Nah, dengan banyak membaca (meski belum teratur) saya tahu bagaimana kalimat yang baik dan benar itu. Telinga saya gatal kalau mendengar kalimat yang rancu dalam penulisan ataupun ada kata yang tak ditulis seperti seharusnya. Karena secara tidak langsung, membaca membuat kita tahu sebuah tulisan yang baik itu harus begini harus begitu.
Kembali pada jam membaca. Sepertinya istilah ini sangat penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari banyak manfaat yang didapat karena mempunyai jam membaca, seperti yang telah saya paparkan diatas, jam membaca merupakan salah satu cara aktualisasi diri terhadap sikap disiplin dan selalu ingin belajar. Ayo, budayakan jam membaca dari sekarang!
Posting Komentar
Posting Komentar