Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya kita perlu bertanya dulu ada apa dengan tanggal 2 Mei? Hari Pendidikan Nasional, ya sebagian besar dari kita mengetahui hal tersebut. Tapi kalau kita ditanya apa esensi dari Hari Pendidikan Nasional itu sendiri dan bagaimana hubungannya dengan realitas pendidikan di Indonesia sekarang ini. Beragam jawaban akan terluncur dari mulut kita. Melihat realitas pendidikan di Indonesia, bukan tidak mungkin jawaban yang dominan bermakna negatif. Misalnya, “Pendidikan di Indonesia semakin semrawut”; “Pendidikan di Indonesia tidak mendidik”; “Pendidikan di Indonesia tidak merata”dan lain-lain.
Apakah hanya komentar
saja yang bisa kita berikan untuk memaknai tanggal 2 Mei? Mungkin saja tidak.
Beberapa instansi pendidikan dan organisasi kemahasiswaan biasanya mengadakan
berbagai acara untuk menyambut tanggal 2 Mei -yang sebenarnya merupakan tanggal
lahir Ki Hajar Dewantara ini. Biasanya acara
berupa berbagai perlombaan yang bisa diikuti oleh anak-anak usia sekolah. Esensi
dari Hari Pendidikan Nasional juga tidak bisa diambil dari acara-acara
tersebut. Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan?
Sekarang, lihatlah diri
kita. Apakah kita merupakan seorang yang berpendidikan? Berpendidikan dalam
arti luas, tidak sesempit lingkungan pendidikan formal. Pendidikan erat
kaitannya dengan proses belajar. Apakah kita sudah belajar banyak tentang
segala sesuatu untuk membangun bangsa ini? Jika kita merupakan seseorang yang
malas belajar. Manalah bisa kita ikut berkomentar bahwa sistem pendidikan di
Indonesia itu buruk. Jangan dulu salahkan negara, jangan salahkan presiden,
jangan salahkan menteri pendidikan atas kekacauan sistem pendidikan yang sedang
berjalan. Tapi mari kita coba lihat dan perbaiki diri sendiri terlebih dahulu.
Karena semua hal di dunia ini terjadi tidak terlepas dari peran individu.
Mari kita ubah kebiasaan
jelek kita tidak mau belajar atau tidak mau berbagi ilmu, menjadi seseorang
yang lebih berguna bagi bangsa dan negara. Mari kita ajak juga orang lain untuk
menjadi lebih baik, untuk lebih banyak belajar tentang dunia dan kemudian
membagikannya kepada orang-orang lainnya. Dengan begitu, komunitas terdidik
akan muncul. Jika ini sudah menjadi suatu kebiasaan, maka diharapkan bangsa
kita juga akan terbentuk menjadi bangsa yang terdidik.
Kembali ke pertanyaan
di awal tulisan ini. Ada apa antara kita dan tanggal 2 Mei? Ada hubungan yang
erat, tentu saja. Jika kita ingin mengubah sesuatu yang besar tentu kita harus
memulainya dari yang kecil, khususnya diri kita. Esensi 2 Mei sebagai Hari
Pendidikan Nasional akan selalu begitu-begitu saja ketika kita juga tidak
melakukan perubahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik (dan lebih terdidik).
Tanggal 2 Mei tidak lebih dari sekedar gaung semangat sekejap yang kemudian
hilang hingga tahun berikutnya. Jadi, marilah kita bercermin terlebih dahulu
tentang diri kita bagaimana selama ini menyikapi pendidikan. Jangan hanya kritik
yang kita beri tapi negara juga perlu solusi. Terutama dari kita kaum muda
(yang ngakunya) terdidik. Mari kita lakukan sesuatu untuk membangun negara
menjadi lebih baik dimulai dari diri kita sendiri.
Posting Komentar
Posting Komentar