Judul: Hikari No Michi
Penulis: FLP Jepang
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tahun Terbit: 2009
|
Ketika hidayah merengkuh, maka jalan cahaya pun terbentang meniti surga ...
Jepang, negeri unik dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, tapi di sisi lain, tradisi dan budayanya masih sangat kental. Lantas, bagaimana perkembangan islam di sana? Saat kaum muslimin, perlahan tapi pasti semakin meningkat jumlahnya, termasuk dari warga Jepang asli.
Seperti apakah perjalanan hidayah para mualaf dalam meniti dien Islam? Bagaimana perjuangan mereka di antara pergulatan modernitas dan tradisi yang masih mengakar kuat tersebut?
Buku ini merangkum beragam kisah yang mengharukan, inspiratif, juga mencengangkan. Mengajak kita menelusuri jalan cahaya -hikari no michi- di Negeri Matahari Terbit.
**
Terdapat 22 kisah mualaf di buku ini yang ditulis oleh anggota FLP Jepang, yaitu Ani Bowolaksono, Bainah Sari Dewi, Banyumili, Ellnovianty Nine Hifizah Nur, Lia Octavia, Lisman Suryanegara, Lizsa Anggraeny, Mulla Kemalawaty, Rose FN, Tethy Ezokanzo, Sri Zein, dan Takanobu Muto. Secara umum, ke-22 kisah tersebut menceritakan tentang perjuangan para mualaf asli Jepang untuk menegakkan agama Islam di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Menjadi tantangan tersendiri memang ketika berhijrah di negeri mayoritas non-muslim. Jangankan mereka yang mualaf, kita yang muslim sejak lahir pun pasti menemui kesulitan hidup sebagai muslim di sana. Beragam cerita disajikan oleh para penulis di buku ini. Ada mualaf yang sudah terbiasa dan tenang dengan status keislamannya. Ada pula yang masih berjuang berat untuk menjalani kehidupan sebagai muslim. Juga tidak dapat dimungkiri bahwa ada mualaf yang belum benar-benar kuat dalam memegang dien Islamnya.
Menyusuri jalan cahaya memang tidak semudah kelihatannya. Ada banyak rintangan yang menghadang jalan orang-orang yang benar. Namun, ketika kita menemukan cahaya itu rasanya jauh lebih membahagiakan daripada memiliki limpahan materi. Diceritakan di salah satu cerita yang terdapat dalam buku ini tentang perjalanan seorang mualaf yang sangat menginspirasi. Ketika ia remaja, ia menyadari bahwa ia tengah hidup diantara orang-orang yang sakit. Orang-orang yang selalu cemas akan masa depan. Orang-orang yang selalu berusaha melindungi diri mereka dari orang lain. Pada saat itu, mualaf tersebut juga merasa merupakan salah satu bagian dari mereka. Hingga ia memutuskan melakukan pencarian atas kebenaran hakiki. Lewat apa saja ia lakukan, tapi tak ada ia dapatkan. Hingga ia berkenalan dengan seorang muslim, sejak itulah hidupnya berubah. Berubah ke arah yang lebih terang, jalan cahaya.
Membaca buku ini membuatku sadar, bahwa memiliki agama adalah kebutuhan semua orang. Beragama itu menenangkan hati, dan aku sangat bersyukur telah terlahir sebagai muslim dari orang tua yang juga muslim. Hanya saja, rasa malu setelah membaca buku ini tidak terelakkan. Bagaimana tidak malu, mereka para mualaf di negeri mayoritas non-muslim berjuang sangat berat untuk mengeksistensikan keislaman mereka. Sedangkan kita di negeri muslim, segala kemudahan beragama ada di sini, malah terkadang cuek dengan agama sendiri. Astaghfirullah.
Diceritakan dalam buku ini, bagaimana teman-teman muslim di sana susah sekali menemukan tempat shalat. Jumlah masjid yang ada di sana masih sedikit. Ketika waktu shalat tiba, mereka sudah terbiasa shalat di mana pun saat itu mereka berada. Asal tempat shalat tersebut tidak mengganggu kegiatan umum. Ketika di ruangan terbuka, mereka biasanya shalat di taman. Itu pun dengan tatapan aneh orang-orang yang berada di sana. Jika mereka ada di dalam ruangan, baik di kantor, bandara, museum, atau pun mall, mereka meminta izin terlebih dahulu kepada satpam yang sedang bertugas jaga untuk memastikan tempat yang mereka pakai untuk shalat tidak mengganggu aktivitas orang lain. Subhanallah.
Selain cerita-cerita tentang para mualaf yang berhijarah di Jepang, buku ini juga menyajikan perkembangan agama Islam di sana dan tips hidup sebagai muslim di Jepang. Tips tersebut sangat membantu sekali bagi muslim yang baru saja menginjakkan kakinya di Jepang. Selain itu, juga terdapat informasi mengenai toko yang menjual bahan makanan atau pun restoran yang menjual makanan siap saji yang terjamin kehalalannya.
Kesimpulan yang dapat kuambil dari buku ini adalah bahwa hidayah adalah rahasia Allah. Namun, adalah kewajiban kita juga untuk meraihnya, untuk mencarinya. Atau pun menunjukkan kepada orang yang belum mendapatkannya, karena hidayah tidak akan datang sendiri tanpa sebab. Hidayah itulah yang akan mengawali perjalanan setiap orang untuk menyusuri jalan cahaya, hikari no michi.
Posting Komentar
Posting Komentar