Tulisan
ini merupakan sedikit oleh-oleh bagi teman-teman FLP Banjarbaru yang tidak
berkesempatan hadir langsung dalam rangkaian acara MUNAS 3 FLP di Bali, 29
Agustus – 1 September 2013. Anggap saja kalian sedang membaca laporan sebuah
acara ^^
Sebelumnya,
bagi yang belum tahu FLP itu apa akan saya jelaskan sedikit. Forum Lingkar Pena
(FLP) adalah organisasi kepenulisan di Indonesia yang mempunyai 3 pilar utama
yakni organisasi, dakwah serta menulis itu sendiri. Motto FLP adalah Berbakti,
Berkarya, Berarti. Keren kan? Nah, musyawarah nasional (MUNAS) adalah salah
satu agenda 4 tahunan FLP dimana dalam acara tersebut terjadi pergantian dewan
penasihat, ketua umum, dan badan pengurus pusat (BPP) FLP. Setelah munas tahun
2009 lalu, kali ini munas FLP dilaksanakan di Pulau Bali dengan tema “Quo Vadis
Penulis di Era Digital”.
Kalimantan
Selatan mengirimkan enam orang delegasinya, yaitu Bapak Khairani mewakili FLP
wilayah Kalimantan Selatan sekaligus jaringan wilayah Kalimantan, Kak Saprudi
juga mewakili FLP wilayah Kalimantan Selatan (beliau sendiri adalah ketuanya),
Kak Ervina Rahiem mewakili FLP cabang Banjarmasin, saya sendiri mewakili FLP
cabang Banjarbaru dan dua akhwat lainnya mewakili FLP cabang Barabai yaitu Kak
Satiah dan Norliani.
Kamis,
29 Agustus 2013
Jam
sudah menunjukkan kurang lebih pukul 22.00 WITA, delegasi wilayah Kalimantan
Selatan (selain Pak Khairani dan Kak Saprudi) baru saja tiba di ruang meeting
Hotel Grand Villas dimana diadakan acara Sarasehan antar Delegasi. Sedangkan
acara tersebut dimulai sejak jam 8 malam. Alhasil, baru sebentar duduk. Acara
sudah ditutup. Hikz. Keterlambatan kita disebabkan karena kelamaan
transit di Bandara Juanda Surabaya. Lima jam! Jangan tanya, ngapain aja
kami selama itu. Mati bosan, lumayan.
Perut
kami masih lapar. Sedangkan konsumsi yang disediakan oleh panitia sudah habis.
Sedihnya. Beruntung, kakak-kakak panitia paham sekali. Berempat, kami diajak ke
warung yang agak jauh dari hotel nyari makan. Alhamdulillah, dapat warungnya.
Selesai
makan. Balik ke kamar. Go to bed, time
for sleep.
Jum’at,
30 Agustus 2013
Pagi-pagi,
kita sudah harus kumpul di ruang makan untuk breakfast.
Wah senangnya bisa duduk satu meja dengan mbak Sinta Yudisia, sosok penulis
yang selama ini saya kenal hanya lewat novelnya. Ternyata beliau ramah sekali.
Sarapan bersama Mbak Sinta Yudisia |
Selesai
makan kita langsung ke lobi sembari nunggu bus. Kita akan ke hotel Grand
Shanti, tempat acara pembukaan dilaksanakan. Sampai di hotel tersebut, kita
langsung masuk. Delegasi kalsel langsung masuk ruangan, duduk di barisan depan.
Acara
pembukaan dimulai dengan tarian khas bali, pembacaan ayat suci Al-Qur’an,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu disambung dengan sambutan dari ketua umum
FLP mbak Setiawati Intan Savitri (a.k.a
Izzatul Jannah). Sambutan kemudian berturut-turut disampaikan oleh Staf Ahli
Kemenkoinfo, Bapak A. Mabruri dan Staf Ahli Pemerintah Bali, Bapak Ida Bagus
Gumara. Pak Ida Bagus yang mewakili Pemerintah Daerah Bali ini secara resmi
membuka acara MUNAS 3 FLP dengan pemukulan gong sebanyak 3 kali.
Acara
kemudian dilanjutkan dengan Seminar Nasional bertema “Quo Vadis Penulis Era
Digital”. Secara umum seminar ini membicarakan era teknologi yang kian maju
sekarang ini dan bagaimana para penulis menyikapinya dengan mengikuti
arus teknologi media tetapi tetap produktif berkarya. Seminar ini dipandu oleh
moderator M. Irfan Hidayatullah, atau biasa yang dipanggil Kang Irfan. Beliau
adalah Ketua Umum FLP periode 2005-2009 dan merupakan salah satu Dewan
Pertimbangan FLP periode 2009-2013. Ada empat orang pembicara dalam seminar
ini. Yang pertama adalah Bapak Hari, perwakilan dari Direktur Telkom Indonesia.
PT. Telkom Indonesia saat ini menawarkan aplikasi Q-Baca (www.qbaca.com) untuk para
penulis FLP. Dimana dengan menggunakan aplikasi tersebut, penulis bisa
mengupload tulisannya dengan mencantumkan harga jual atau bisa juga gratis.
Pembicara
yang kedua adalah ibu Oka Rusmini. Beliau adalah salah seorang sastrawati bali
yang buku-bukunya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Ciri khas novel
beliau adalah sarat unsur budayanya, sehingga menarik pembaca dari seluruh
dunia. Beliau memberikan pesan kepada seluruh penulis FLP, jangan pedulikan
hirarki. Teruslah menulis, jika tulisan kita dibaca dan bagus, maka dunia yang akan
mencari kita. Pembicara yang ketiga adalah Habiburrahman El-Shirazy (a.k.a Kang Abik), penampilan penulis
yang juga ustadz ini sudah ditunggu-tunggu peserta sejak awal seminar. Satu
poin penting yang beliau tekankan adalah bahwa penulis FLP jangan terpancing
dengan ketidakindahan suasana yang sekarang melanda Indonesa, tetaplah menulis
yang indah, yang mencerahkan.
Pembicara
yang terakhir ada Pak A. Mabruri perwakilan Kemeninfo. Bagi yang belum kenal
dengan beliau, beliau adalah pemimpin redaksi majalah Annida yang pertama. Jadi
beliau juga mempunyai basic literasi.
Tapi beliau mengaku tidak bisa menulis. Hihi. Dalam paparannya beliau
mengatakan bahwa saat ini Kemenkominfo sedang mengembangkan teknologi TV
Digital untuk menggantikan TV Analog yang kita pakai sekarang. Dimana dalam TV
digital ini ada banyak sekali stasiun televisi yang bermunculan. Peluang yang
sangat besar bagi para penulis untuk ikut nimbrung
dalam dunia pertelevisian. Merasa dong sekarang gimana bikin gerahnya sinetron-sinetron Indonesia. Salah satu yang
menyebabkannya adalah naskah skenario mereka yang memang tidak berkualitas.
Dengan backing para penulis FLP yang
ideologis, insyaallah
tayangan-tayangan TV Indonesia ke depannya akan menjadi lebih berkualitas.
Aamiin. Bahkan, beliau menawarkan kalau memungkinkan mengapa FLP tidak membuka
stasiun televisi sendiri saja? Wuihh, tawaran yang menggiurkan. Bisa dicoba ^^.
Ketika acara selesai, mulai deh aksi norak peserta layaknya ketemu artis. Minta
foto bareng dengan para penulis-penulis tingkat nasional =D.
Bersama Bunda Helvy Tiana Rossa |
Agenda
selanjutnya dipindahkan ke Hotel Grand Villas lagi. Selesai ishoma, acara
dilanjutkan dengan agenda pembahasan tata tertib sidang. Delegasi Kalsel boleh
berbangga karena salah satu delegasi Kalsel, yaitu Pak Khairani terpilih
menjadi Pimpinan Sidang I. Sedangkan Pimpinan Sidang II adalah pak Aliman dari
wilayah NTB dan Pimpinan Sidang III adalah Ibu Umi Kulsum dari wilayah Jawa
Timur. Setelah pembahasan tata tertib sidang selesai, langsung dilanjutkan
dengan Sidang Pleno I yaitu Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum 2009-2013.
Sebelumnya mbak Intan juga memperkenalkan anggota Badan Pengurus Pusat (BPP)
FLP periode 2009-2013. Ada banyak sekali pertanyaan dari peserta sidang dan ini
memakan waktu hingga agenda selanjutnya. Bahkan laporan pertanggungjawaban belum
bisa diputuskan diterima atau tidak sehingga dipending dulu. Acara kemudian dilanjutkan
dengan Sidang Pleno II yaitu Laporan Kerja dari Dewan Pertimbangan. Dewan
pertimbangan yang terdiri dari mbak Maimoon Herawati (a.k.a Muthmainnah), kang Irfan, kang Abik, dan mas Gola Gong ini
menjelaskan apa saja yang mereka kerjakan selama 4 tahun jabatan mereka. Ketika
azan maghrib tiba, ishoma dulu.
Setelah
ishoma sidang Pleno I yang belum selesai dilanjutkan. Alhamdulillah, LPJ
diterima namun dengan beberapa syarat perbaikan. Akhirnya, mbak Intan bisa
bernafas lega. Sidang kemudian dilanjutkan dengan sidang komisi. Ada tiga
komisi, yaitu komisi A yang membahas AD/ART, komisi B membahas Kaderisasi dan
komisi C yang membahas Dana Usaha. Saya dan kak Satiah masuk dalam komisi C.
Ternyata komisi ini paling cepat selesainya, jam 11 malam aku sudah bisa tidur.
Yeaay. Besoknya saya baru tahu, kalau
kak Ervina yang ikut komisi A baru jam 2 dinihari masuk ke kamar. Ckck.
Sabtu,
31 Agustus 2013
Pagi
datang, mata para peserta Munas masih banyak yang merah, ngantuk. Apalagi
komisi A =D. Setelah sarapan pagi, acara kemudian dilanjutkan dengan Sidang
Pleno III, yaitu pembahasan sidang komisi A. Panjaaaaaaaaaaang sekali
pembahasannya. Teman-teman yang tidak ikut Munas beruntung bisa langsung
“menikmati” AD/ART secara utuh. Tidak banyak perubahan sebenarnya, tapi namanya
berdiskusi tentu memakan waktu. Jadwal udah mulai molor dari jadwal semula.
Sidang pleno komisi A memakan waktu hingga azan maghrib. Selanjutnya Sidang
Pleno IV dan V dilakukan setelah makan malam. Komisi B dipimpin oleh Mbak Sinta
Yudisia dan Komisi C dipimpin Mbak Afifah Afra dan Mas Adam Muhammad/Luthfi
Hakim (itu lho, operator FLP Bisa!). Sidang pleno kali ini membahas tentang
Kaderisasi dan Dana Usaha, dua divisi yang wajib ada di FLP tiap
wilayah/cabang.
Karena
saya masuk di komisi Dana Usaha, jadi disini akan sedikit saya ceritakan
kesimpulan dari sidang komisi Divisi Dana Usaha. Jadi setelah munas ini dan
terbentuknya kepengurusan BPP yang baru. FLP akan mendirikan PT dan koperasi,
dananya didapat dari seluruh anggota FLP di Indonesia. Caranya dengan
me”nol”kan seluruh anggota dan mengadakan registrasi ulang tanpa kecuali.
Registrasinya melewati web pusat FLP, dengan biaya 100.000 per anggota
pertahun. Setengah dari uang tersebut, yakni 50.000 akan dimasukkan ke
koperasi, 10.000 untuk pusat, 10.000 untuk wilayah dan 30.000 untuk cabang.
Jadi setiap ada Munas atau acara apa pun, harapannya kita tidak lagi membayar
untuk penyelenggaraannya namun bahkan dapat dividen (bagian) dari keuntungan PT
atau koperasi yang dikelola FLP. Ketua umum yang baru terpilih otomatis akan
menjadi Komisaris Utama. Wuihh. Selain itu, poin penting dari hasil sidang
komisi C adalah penyakralan logo FLP. Jadi logo FLP tidak boleh diutak-atik
(diubah-ubah bentuk atau ditambah dengan tulisan cabang/wilayah), karena logo
ini akan segera dipatenkan dengan hak cipta FLP. Juga ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh pihak yang akan mencantumkan logo ini dalam sampul buku, merchandise, dll.
Acara
selanjutnya adalah acara yang paling ditunggu-tunggu, yakni pemilihan Dewan
Pertimbangan dan Ketua Umum periode 2013-2017. Dari hasil musyawarah dan voting
didapatkan nama-nama Dewan Pertimbangan, yaitu Gola Gong dan Habiburrahman
El-Shirazy. Selain itu Dewan Pertimbangan juga terdiri atas pendiri FLP, yakni
Mbak Helvy Tiana Rossa, Mbak Asma Nadia dan Mbak Maimoon Herawati. Mantan ketua
umum juga otomatis menjadi anggota Dewan Pertimbangan, sehingga ada tambahan 2
orang lagi yakni Kang Irfan dan Mbak Intan.
Sedangkan
calon-calon ketua umum adalah Kang Abik, Mas Yanuardi Syukur, Mbak Intan dan
Mbak Sinta. Subhanallah, ketika voting dilaksanakan perolehan nilai Mbak Sinta
dan Kang Abik hanya selisih 3 poin. Namun karena diantara keduanya tidak ada
yang lebih dari 50% dari total suara maka sesuai AD/ART harus voting
dilakukan putaran kedua. Tapi setelah musyawarah yang alot, maka diputuskan
cara lobi antar kedua calon sajalah yang memutuskan yang mana diantara mereka
yang berhak dan merasa mampu untuk memegang FLP 4 tahun ke depan. Akhirnya,
Mbak Sinta didaulat untuk menjadi ketua umum. Sedangkan Kang Abik, beliau tetap
menjadi bagian dari FLP karena merupakan salah satu dari Dewan Pertimbangan.
Setelah itu dilakukan sambutan perdana dari ketua umum yang baru. Mbak sinta
berpesan mari kita saling mendo’akan semoga beban yang sedang diamanahkan
kepadanya menjadi terasa ringan karena do’a-do’a seluruh anggota FLP. Aamiin.
Acara
terakhir malam itu adalah pembacaan rekomendasi dan ringkasan hasil Munas. Pada
pembacaan tentang divisi kaderisasi ada kejadian yang cukup mengejutkan lho. Pak Alimin, Presidium Sidang II,
jatuh tertelungkup di depan. Saking lelahnya beliau, masya allah. Acara kemudian dilanjutkan, setelah Pak Alimin dibawa
ke kamar beliau. Oya, setelah itu ada musyawarah sebentar mengenai tempat munas
4 tahun berikutnya. Ada 10 tempat yang ditunjuk sebagai calon tuan rumah munas
tahun 2017, antara lain yaitu Bandung, Bontang, Pontianak dan Palembang.
Minggu,
1 September 2013
Subuh-subuh
kita sudah keluar kamar. Ngumpul di lobi dan jalan kaki ke Pantai Jerman, Kuta
Bali. Subhanallah, sejuk sekali menikmati pagi di Pulau Dewata dengan berjalan
kaki. Apalagi setelah sampai di tempat tujuan, kita disambut oleh deburan ombak
dan hamparan pasir pantai yang luas. Sesi narsis dulu, pemotretan =D.
Delegasi FLP Kalimantan Selatan |
Acara
utama kita di pantai ini adalah menulis serempak, dengan menggunakan gadget
apapun lewat akun twitter. Setiap penulis harus menyuarakan Suara Penulis
Indonesia (SPI) di akunnya masing-masing dengan memention pak Presiden
@SBYudhoyono tagar #SPIMUNAS3FLP. Tiga topik tulisan yang bisa ditulis adalah
advokasi penulis Indonesia, apresiasi penulis dari pemerintah dan simpati untuk
Mesir. Keren deh!
Pulang
dari pantai, setelah membersihkan diri dan sarapan, acara dilanjutkan lagi.
Kali ini acaranya adalah Seminar Internal yang dipandu oleh Bang Yons Achmad.
Pembicaranya kali ini adalah Kang Irfan, Mas Gola Gong, Mbak Intan, Mbak Helvy,
dan Mbak Sinta. Mas Gola Gong menyemangati para peserta untuk selalu berkarya
dengan gayanya yang gokil. Kang Irfan keren, beliau tidak berbicara tapi
menyanyi dengan lagu ciptaan sendiri. Dibantu seorang peserta yang jago big box, beliau menghidupkan
suasana di lobi Hotel Grand Villas. Isi lagunya juga menyemangati para anggota
FLP untuk terus berkarya. Setelah itu berturut-turut mbak Intan, mbak Helvy dan
mbak Sinta berbicara tentang harapan untuk FLP ke depannya.
Setelah
itu ada sambutan dari Kholidi Assadil Alam yang juga hadir saat itu. Kakak yang
akrab dipanggil Odi ini didaulat Mbak Helvy untuk menjadi ikon FLP. Wah, saya
senang sekali katanya meski tanpa fee.
Gurunya Odi, kang Abik juga memberikan sambutan. Semoga FLP membawa berkah kata
beliau. Aamiin. Oya, ada sesi hiburan juga dari Benny Arnas, penulis dari Lubuk
Linggau Sumatera Selatan ini membawakan puisinya tentang rindu. Keren.
Acara
terakhir adalah pemberian Anugerah Pena, award
high class di kalangan
penulis FLP. Berikut hasil pengumuman Anugerah Pena:
1.
Penulis Terpuji: Afifah Afra Amatullah
2.
Kumpulan Cerpen Terpuji: Bulan Celurit Api (oleh Benny Arnas)
3.
Buku Non-Fiksi Terpuji: Terapi Kejujuran (oleh Yanuardi Syukur)
4.
Novel Terpuji: Takhta Awan (oleh Sinta Yudisia)
5.
Penulis Pendatang Baru Terpuji: Mashdar Zainal (dari FLP Cabang Malang)
6.
Kumpulan Puisi Terpuji: Rembulan pun Melapuk di Reranting Perak (oleh Syukur A.
Mihran)
7.
Wilayah Terpuji: FLP Wilayah Jambi
8.
Cabang Terpuji: FLP Cabang Depok
Mas Benny Arnas menerima Award dalam kategori Kumpulan Cerpen Terpuji |
Juri
Anugerah Pena adalah dari Dewan Pertimbangan dan seorang mbak-mbak Indonesia
yang udah Doktor di Jerman, mbak Eva N. Nisa. Oya, sebelumnya sudah diumumkan
anggota BPP yang baru. Ayo, kita ucapkan selamat sekali lagi kepada Pak
Khairani. Kali ini beliau “diangkat” menjadi Ketua Harian II BPP yang mengurusi
masalah kaderisasi. Wilayah Kalsel dimajuin FLPnya ya pak, hehe.
Acara
selesai. Sembari nunggu-nunggu banyak sekali teman-teman yang antri foto dengan
Odi. Mas yang berperan sebagai Azzam di film Ketika Cinta Bertasbihnya Kang
Abik ini memang ramah sekali. Tapi aku tidak ikut-ikut berebut saat itu, karena
selain sudah waktu di belakang sebelum acara (itu pun secara tidak sengaja dan
rame-rame), aku tak punya interest
terhadap foto dengan orang terkenal. Paling ngebet waktu munas itu aku pengen
foto bareng dengan mbak Maimoon (Muthmainnah), karena waktu remaja (sekarang
masih kok =D) aku terinspirasi dengan serial Pingkan yang nongol di majalah
Annida. Alhamdulillah kemaren sempat foto dengan beliau dan bukunya yang juga
ditandatangi beliau.
Waktunya
terbang. Kita ke bandara Ngurah Rai yang gedung baru. Panas banget sumpah.
Gejala panas dalam pula, dibawa tidur sambil menghabiskan waktu delay rasanya percuma saja. Gak enak. Di
Juanda juga gitu. Lagi-lagi delay. But, finally welcome to Banjarmasin J.
Posting Komentar
Posting Komentar