Judul: Wandu
Penulis: Tasaro
Penerbit: Zikrul Hakim
Tahun terbit: 2005
|
Novel ini merupakan pemenang pertama Sayembara Novel FLP 2005. Meski tanpa tulisan itu pun di pojok sampulnya, aku tetap tertarik membaca karena ada nama Tasaro sebagai penulisnya. Seperti yang tertera di profil buku, novel ini terbit sudah cukup lama –tahun 2005. Tapi aku baru melirik novel ini karena baru saja mendengar gaung nama Tasaro sebagai penulis novel yang cukup fenomenal, Lelaki Penggenggam Hujan –sebuah novel dengan tokoh Nabi Muhammad SAW. Nama Tasaro sendiri baru kuketahui adalah akronim dari nama lengkapnya, Taufiq Saptoto Rohadi.
Novel yang berjudul Wandu (Berhentilah Menjai Pengecut!) ini sangat renyah dan ringan, meskipun ada beberapa tema yang dibahas sama sekali tidak ringan. Kalaupun Poe mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang dapat dibaca sekali duduk, niscaya dalam pandanganku novel ini lebih cocok disebut cerpen. Karena aku sama sekali tak ingin beranjak dari tempatku membaca setelah membaca halaman pertama. Pertama, diksi yang tersusun apik bertebaran di seluruh helai novel ini. Kedua, ada bagian dari inti cerita yang masih menjadi misteri bahkan hingga bagian akhir.
Kata “wandu” sendiri tidak terdapat satu pun dalam isi novel ini. Aku baru mengetahuinya setelah membaca sinopsis di cover belakang buku. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku sama sekali tak perlu membaca sinopsis untuk mengetahui kualitas novel ini. Karena sudah terjawab dengan nama Tasaro sebagai penulis. Sebelumnya kupikir wandu itu adalah nama seorang tokoh kunci dalam novel ini, yang baru dalam bab ke 5 baru keluar namanya. Aku kecele, karena kemudian menemukan tokoh tersebut tidak bernama wandu,.
Kekurangan yang bisa kukatakan sebagai pembaca adalah kunci cerita ini tidak dibuka hingga tuntas. Ada beberapa bagian yang menggantung. Jika tidak merupakan inti cerita, tak apalah menurutku bagian tersebut tidak dipaparkan hingga akhir. Sedangkan bagian ini, bagian yang membuatku rela begadang menamatkan novel setebal 223 halaman. Bagian yang menjadi pokok cerita, meskipun masa lalu –tapi bagian inilah yang disebut benang merah menurutku. Benang yang menyimpulkan semua tokoh dan karakter, benang kejadian yang memperlihatkan bagaimana pengecutnya seseorang berhati wandu.
Dibalik kekurangan tersebut, novel ini memiliki banyak kelebihan. Selain dua alasanku di atas, novel ini memiliki kelebihan lain yaitu mulai dari beragamnya tema, banyaknya pesan yang disisipkan, hingga kepiawaian penulis menyatukan kisah lima orang tokoh utama dalam satu jalinan cerita tanpa melupakan detail masing-masing tokoh. Tema dan pesan yang paling utama dalam novel ini adalah tentang persahabatan dan kepengecutan. Tema-tema turunannya sangat banyak untuk ukuran satu novel, meliputi pengkhianatan, kelainan seksual, idealisme, sastra bahkan hingga nasionalisme. Sekali lagi, novel ini memang layak diacungi jempol.
Posting Komentar
Posting Komentar