Judul : The Lost Symbol
Penulis : Dan Brown
Penerbit : Bentang
Tahun terbit : 2009
|
Karena novel ini merupakan novel
yang sangat menarik bagiku, bahkan mungkin bagi sebagian besar kutu buku di
dunia, rasanya tak akan habis kata untuk mereviewnya.
Sehingga aku mempartisinya dalam hal-hal yang paling ingin kusampaikan saja, mengenai
pandanganku terhadap novel ini.
Judul
Oke, mari kita mulai dari judul.
Judulnya mencerminkan sesuatu yang hilang. The
Symbol. Meskipun ternyata bukan simbol. Yang benar adalah kata, kata yang menjadi simbol. Bahkan
kata itu sendiri pun bukan kata, tapi kumpulan kata-kata. Bahkan bisa dianggap
apa saja. Bingung? Abaikan saja, karena dengan membaca novel ini memang akan
membuat bingung sejenak sebelum mendapatkan “pencerahan”.
Simbol Circumpunct
Simbol ini merupakan simbol
terpenting di novel ini. Awalnya aku merasa, inilah simbol yang dicari. Bahkan
tokoh antagonis utama pun merasa begitu. Saking pentingnya simbol yang hanya
berbentuk lingkaran dengan satu titik ini di tengahnya, simbol ini disebut
Simbol Sang Sumber, asal muasal segalanya (hal 636). Bahkan simbol ini juga
terdapat pada sampul dan ditulis sebagai huruf O pada kata CODE di keterangan
penulis “Penulis The Davinci Code” –novel Dan Brown sebelumnya yang juga best seller.
Bahasa dan Isi
Secara bahasa sebenarnya novel
ini standar saja, mungkin karena aku membacanya dalam edisi terjemahan. Entah
bahasa aslinya. Namun karena isi yang disampaikan lumayan berat, menyangkut
fakta-fakta yang diramu secara apik bersama fiksi, maka sangat tidak
disarankan, membaca novel ini sekali duduk. Aku saja, terkadang harus kembali
lagi ke seratus halaman sebelumnya untuk memastikan setting atau bahkan kata yang diucapkan oleh tokoh tertentu.
Plot
Plotnya maju mundur, salah satu
jenis plot yang kusukai dan menurutku novel bagus
itu memang harus bisa menggabungkan plot ke depan dan ke masa lalu.
Karakterisasi Tokoh
Tokoh utama, Robert Langdon,
sepertinya merupakan tokoh yang sama yang berada dalam novel-novel Brown
sebelumnya, seperti The Da Vinci Code
dan Angels and Demons. Namun karena
aku belum membaca keduanya, jadi aku pertama kali mengenal langdon di sini.
Penokohonnya sangat detail menurutku. Bahkan untuk tokoh pendukung sebutlah si
penjaga pintu gedung Capitol, ada cukup banyak karakterisasi yang brown
ceritakan. Apalagi tokoh utama seperti Langdon, Mal’akh, Peter, dan Kathrine.
Setting
Untuk waktu, ini yang selalu
kukagumi dari penulis senior seperti Brown. Ia bisa meramu novel satu malam
dalam 705 halaman. Ckck. Sepertinya Tere Liye dalam Negeri Para Bedebah dan
Negeri di Ujung Tanduk terinspirasi oleh Brown. Tempat para tokoh berada,
berputar-putar di jantung Amerika Serikat yang ternyata menyimpan banyak
kode-kode tersembunyi Freemason. Dari gedung Capitol, hingga pada akhirnya ke gedung
tersebut lagi. Suasana yang disodorkan Brown adalah sedikit horor menurutku, thriller campur sejarah.
Pesan Moral
Banyak sekali pesan moral yang terdapat
dalam novel ini. Tetapi menurutku novel ini cukup berbahaya bagi pembaca yang
sebelumnya belum mengenal kelompok persaudaraan Freemason. Karena menurutku, penulis dengan intrinsik
menyampaikan bahwa kelompok persaudaraan Mason bebas itu tidak berbahaya, bukan
aliran sesat dan suci. Sedangkan dari informasi yang telah kudapat sebelumnya,
freemason adalah sekte aliran sesat penyembah setan. Wallahuallam, tapi aku
lebih percaya informasi yang kuterima pertama kali.
Selain itu karena penulisnya beragama
Kristen (mungkin) sehingga Tuhan yang mereka bicarakan adalah Yesus dan segala
pernak-pernik Kristen lain. Jadi bagi pembaca muslim, mau tak mau harus
menyaring berbagai informasi yang tersebar dalam novel ini. Karena ini jenis
novel yang berat dari berbagai sisi. Satu kalimat dari novel ini yang kusukai
adalah pencerahan akan memilih orang yang
tepat untuk menemukannya.
Hal-hal yang Kusukai
Aku menyukai teka-teki. Novel ini
memuaskanku dengan cerita pencarian dari sesuatu yang hilang. Apalagi dalam
novel ini tidak terbilang sedikit fakta yang dikaburkan menjadi fiksi (atau
sebaliknya? fiksi menjadi fakta), sehingga aku sangat penasaran saat
membacanya. Aku juga menyukai berbagai legenda mengenai Freemason serta dunia ilmu pengetahuan yang terpapar dalam novel ini. Bahkan aku juga membaca buku petunjuk yang membahas tentang novel
ini, 33 Kunci Menguak The Lost Symbol. Lupa makan, lupa waktu. Aku juga
menyukai ilmu pengetahuan yang dipercayai Kathrine. Noetic. Semacam sihir kalau dilihat dari kacamata bisasa. menurut Brown
yang ia tulis dalam novel ini, segala
organisasi, semua ritual, ilmu
pengetahuan, karya seni dan monumen dalam novel ini adalah nyata. Sehingga
aku senang-senang saja membacanya, meskipun njelimet. Setidaknya aku mendapat
ilmu pengetahuan baru,
Hal-hal yang Tidak Kusukai
Hal yang tidak kusukai dari novel
ini adalah hal-hal yang mengerikan dan menjijikkan, terutama tentang Mal’akh
yang penganut iblis, bahkan ia ingin menjadikan dirinya iblis itu sendiri. Pada
bab pembuka pun aku sudah disodori hal mengerikan. Bagaimana tidak, tangan yang
terpotong, terletak ditengah-tengah aula? Masih ada berkas darahnya pula. Ckck.
Serba salah sebenarnya, hendak melewatkan detail tentang hal-hal yang
mengerikan, malah ada feel yang
kurang dan mungkin saja membuat tidak nyambung dengan cerita selanjutnya.
Sehingga meski dengan perasaan mual aku tetap membaca detail setiap halaman,
termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan ini.
Bagian yang paling tidak
menyenangkan dalam novel ini menurutku ada pada halaman 104, halaman yang
nyaris membuatku berhenti untuk membaca kelanjutannya. Bagaimana tidak, pada
halaman pembuka bab 104 tersebut tertulis sudah
berakhir, untuk menggambarkan kematian Langdon. Bagaimana bisa aku bisa
menyelesaikan membaca sebuah cerita ketika tokoh jagoan sudah binasa? Tapi tidak,
rasa penasaranku lebih kuat, sehingga aku lebih memilih untuk menyelesaikan
membacanya.
Oke, begitulah review singkatku (singkat? Ini pun sudah
hampir 1000 kata ^^) mengenai The Lost Symbol. Tak sabar ingin membaca The Da Vinci Code dan Angels and Demons juga. Meski aku sudah
pernah menonton kedua filmnya. Tapi pasti lebih asyik novelnya ;)
sanagat kagum sama yang penulis bloger
BalasHapus