Judul : Lucky Backpacker
Penulis : Astri Novia
Penerbit : Imania
Tahun terbit : 2011
|
Peristiwa menyedihkan terjadi di
hari-hari terakhir perjalananku di Eropa. Kututup mata dan telinga selama satu
minggu memeras keringat di Girona. Tekadku kuat, nyaris nekat. Aku harus tegar
menerima sikap mereka yang menganggapku sebagai manusia dari kalangan bawah,
berasal dari negara dunia ketiga yang miskin. Selama kenekatanku mencari
tambahan bekal di negeri orang, hukum karma atas kenakalan di masa kecil
tertuai juga saat itu.
Suka duka dalam perjalanan
tentunya menyertai siapa pun yang melakukannya. Begitu juga dengan diriku.
Rasanya sedih sekali mengetahui kita kehabisan uang saat perjalanan belum
berakhir. Rasa bingung dan kecewa kadang membuat frustasi, tetapi pertemanan
dan rasa kekeluargaan yang besar antara aku dan keluarga Torrent telah
membuatku kembali tersenyum. Akhirnya aku bisa menapakkan kakiku di tanah
Alhambra, Granada.
Berpetualang ke negeri Eropa
bukanlah hal yang tidak mungkin. Nothing
is impossible! Ada banyak jalan menuju Roma, pepatah itu benar sekali dan
ternyata aku bisa mencapai Kota Roma yang sebenarnya.
**
Buku ini merupakan catatan
perjalanan seorang Astri Novia, si penulis, ke Eropa. Ia melakukannya dengan
cara yang tidak biasa, yaitu dengan bekerja menjadi au pair. Au pair adalah
sebutan bagi wanita dari negara asing yang bekerja di rumah sebuah keluarga di
Eropa. Kalau di Indonesia mungkin pekerjaannya sama dengan pembantu rumah tangga.
Penulis sendiri tidak malu dengan sebutan TKI, yang diremehkan oleh sebagian
orang. Yang penting cita-citanya keliling Eropa dapat tercapai.
Via, nama panggilan penulis,
menjadi aur pair di Spanyol selama
satu setengah tahun. Setelah masa kerja dan kontraknya habis, mulailah ia
melakukan tur solo keliling Eropa menggunakan uang yang susah payah ia
kumpulkan selama menjadi aur pair.
Wah, luar biasa ya perjuangannya? Negara-negara yang berhasil ia kunjungi
adalah Spanyol, Prancis, Belgia, Jerman, dan Italia. Tur selama satu bulan
penuh tersebut hanya menghabiskan uang sekitar 3 juta rupiah, tergolong murah menurut
penulis.
Kelebihan buku ini tentu saja
karena menyajikan beragam informasi mengenai kota-kota di lima negara yang
dikunjungi penulis. Di sela-sela cerita tentang perjalanan penulis, terselip
informasi mengenai kekhasan masing-masing negara dan kota yang dikunjungi. Hmm,
bikin aku tambah ngebet aja pengen travelling ke luar.
Selain itu, di buku ini juga
terselip resep makanan Eropa sederhana. Tapi sayang hanya ada dua resep yang
tercantum di sini. Namanya juga buku travelling
Rindang, kalau isinya banyak resep makanan namanya buku resep. Hihi. Meskipun
begitu detail makanan khas Eropa lain juga tersaji meskipun tidak dalam bentuk
resep masakan. Aku senang membacanya, kali aja bisa mempraktikkannya ^^
Bonus paling wah dalam buku ini
adalah tips travelling dengan hemat
dan cerdas di Eropa yang terdapat pada bagian belakang buku ini. Totalnya ada
70 buah tips. Tapi aku menemukan ada dua poin yang persis sama yakni poin ke-59
dan 65 yaitu jangan memberikan tip pada waitress
di Spanyol karena biasanya harga makanan sudah termasuk tip dan servis. Jadi
yang benar hanya ada 69 tips J.
Kekurangan buku ini menurutku
terletak pada bahasa penulisan. Mungkin karena bentuknya catatan perjalanan,
sehingga bahasa yang digunakan dalam buku ini monoton dan alurnya maju
mengalir. Penulis terkesan sangat bercerita
dalam buku ini. Kekurangan yang lain menurutku ada pada pembagian babnya.
Setiap bab terdiri dari berpuluh-puluh halaman yang menjenuhkan. Sepertinya pembagian
bab ini dimaksudkan untuk satu bab satu negara. Tapi menurutku juga tidak salah
kalau setiap bab dipecah menjadi beberapa bab lagi. Sehingga pembaca tidak
bosan dengan cerita perjalanan penulis yang benar-benar mengalir sesuai urutan
waktu.
Terlepas dari semua itu,
menurutku si penulis sangat beruntung dalam perjalanannya, cocok sekali dengan
judul buku ini. Terutama perkenalannya dengan keluarga Torent di spanyol.
Selain itu juga di Italia, ia bertemu dengan ibu yang kesepian sehingga ia bisa
dengan gratis menumpang di rumahnya saat anaknya pergi ke luar kota.
Yah meskipun di setiap ada suka,
tentu juga ada duka. Setiap keberuntungan juga disertai dengan kesialan. Kesialan
penulis dalam perjalanannya adalah kehabisan uang saat di tengah perjalanan. Hal
ini sebenarnya adalah kesalahan penulis sendiri yaitu memutuskan untuk menonton
pertandingan antara AS Roma vs SS. Lazio. Harapan penulis sih melihat pemain
idolanya, Francesco Totti, dengan mata kepala sendiri bermain di kandang. Meskipun
harapan tersebut kemudian layu ketika penulis mendapati kenyataan bahwa Totti
tidak ikut bermain karena cedera. Aih, uang melayang, Totti tak nampak di pandangan.
Penulis kemudian memutuskan untuk
mencari uang tambahan di Spanyol dan menginap di rumah keluarga Torrent yang
baik. Seperti yanag tertera di back cover
synopsis, penulis merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan pada saat bekerja.
Namun itu tak menyurutkan tekadnya untuk memperoleh uang agar bisa mengunjungi
Alhambra, sebuah kompleks istana dan benteng Islam di Granada, Spanyol. Tempat ini
merupakan tempat terakhir yang dikunjungi oleh penulis sebelum kembali ke
Indonesia.
So, mau menjadi backpacker yang beruntung? Di buku ini
kunci jawabanya ada dua, yaitu memiliki banyak teman di mana-mana dan selalu
berbuat baik kepada siapa saja dan dimana saja.
Posting Komentar
Posting Komentar