Kemarin, sebuah kematian menyapaku. Mengingatkanku, betapa tak ada yang kekal di dunia ini. Meski sejak lama tahu, bahwa tak ada yang bisa mengelak dari jemputan Izrail, sang malaikat pencabut nyawa. Tapi tetap saja, terkadang diri ini lupa dan lebih mencondongkan hati pada dunia. Dunia yang sejatinya hanya merupakan tempat persinggahan menuju keabadian.
Kemarin, seorang uak –kakak bapakku, meninggal. Siapa pun yang mengenal beliau, pasti akan terkejut dan tidak percaya. Betapa tidak, beliau tidak pernah dikabarkan sakit. Bahkan hingga sesaat sebelum kematiannya, beliau terlihat sangat sehat. Namun sekali lagi, kematian adalah hal yang paling tepat waktu di dunia ini. Ia akan datang, dengan cara yang tidak pernah kita duga. Bukankah rahasia terbesar dari hidup kita adalah bagaimana cara kita mati. Itu yang tertera dalam The Lost Symbol.
http://ter4ng.wordpress.com/2011/12/13/kematian-manusia/ |
Uak, seperti bapakku, juga bekerja di perusahaan yang jauh dari rumah dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Pada saat beliau berada di kamp, tidak di lapangan, beliau mengeluh sakit dada. Diduga beliau kena serangan jantung. Ketika dalam perjalanan dibawa ke Banjarbaru setelah diinfus di rumah sakit setempat, nyawa beliau sudah tidak ada. Tak ada yang bisa memastikan dengan tepat kapan beliau “pergi”.
Kematian merupakan pelajaran bagi yang ditinggalkan. Itu jelas, karena sejatinya kita semua juga akan kembali pada-Nya. Tidak pandang usia. Buktinya, kakak-kakak uak masih hidup. Bahkan nenekku yang sudah 80 tahun lebih pun masih ada. Rahasia-Nya tergenggam erat hingga Ia memutuskan untuk membukanya.
Oleh karena itu aku jarang mau jauh dalam waktu yang lama dari orang tua dan keluarga. Aku takut ada seseorang di antara kami yang “dipanggil” sedang kebersamaan kami masih sangat sedikit.
Posting Komentar
Posting Komentar