Hari ini, dismenorhae menyerangku
lagi. Sebenarnya tak ada masalah, karena setiap bulannya juga kena. Tapi tadi
itu pas aku sedang ada di luar. Awalnya hanya sedikit nyeri, lama kelamaan
keringat panas-dingin ikut keluar. Aah, ini yang tak bisa kutahan. Perasaan mual
juga mulai kurasakan. Aku yang saat itu sedang membonceng mama, sepulang dari
resepsi pernikahan temanku, lantas menghentikan motor dan bertanya apakah mama
sanggup membonceng. Bisa kata mama. Meskipun begitu, sembari menahan komplikasi
nyeri dan kawan-kawannya aku juga merasa khawatir dibonceng mama. Sudah lama
sekali aku tidak dibonceng mama. Takut, kalau beliau tidak kuat atau kurang
konsentrasi. Apalagi waktu itu kami di jalan besar yang ramai.
Lama-kelamaan dimenorhae makin
tega mencabik-cabik perutku. Aku minta mama untuk mampir ke rumah tanteku yang
kebetulan akan kami lewati menuju rumah. Mampirlah kami, ternyata tak ada
orang. Aku yang tak tahan, langsung berbaring sembari memegang perut di teras
yang kebetulan sedang dipenuhi kasur-bantal-guling yang sedang dijemur. Rasanya
lama sekali menunggu tante yang ditelepon mama untuk pulang. Meski aku tahu,
masuk rumah pun tak akan membuat nyeri itu berakhir. Tapi setidaknya, aku tak
berada di luar dan aku bisa meringis sepuasku jika berada di dalam.
Saat berhasil masuk rumah, aku
kembali rebah di sofa yang pertama kulihat. Minta mama mengambilkan air hangat.
Tante yang nanya-nanya apakah memang begini aku setiap kali haid membuatku
tambah pusing. Panas, gerah, air mataku keluar.
Memang, selama ini hanya
dismenorhae yang mampu menumbangkanku. Ini kali ketiga serangan nyeri bulanan
ini parah. Bukan parah karena rasa sakitnya, tapi karena aku berada di luar
rumah atau kost. Kalau rasa sakitnya ya memang selalu begitu, nyeri. Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya,
aku pernah tepar saat di jam pelajaran dan waktu praktikum semester 2.
Kalau kupikir-pikir, aku –atau beberappa
cewek lainnya, mirip siluman serigala atau werewolf yang berubah tiap bulannya.
Bedanya werewolf berubah dari manusia menjadi serigala pada saat bulan purnama,
sedangkan aku “berubah” ketika awal masa menstruasiku tiap bulan.
Selama ini aku memang menghindari
keluar rumah waktu haidku mulai mendekati tanggalnya. Seperti werewolf yang
sengaja mengasingkan diri ke hutan jika bulan purnama hampir tiba. Beruntung siklusku
cukup teratur, jadi biasanya tebakanku tepat. Aku tak menyusun jadwal untuk
keluar rumah pada saat itu sehingga sesakit-sakitnya dismenorhae bisa kulewati
sendirian tanpa tatapan panik orang-orang yang membuatku tambah tidak mood. Tapi ya terkadang begitu, ada saat
dimana aku terjebak keadaan berubah menjadi serigala di tempat yang tidak
tepat.
sumber gambar: disini |
Posting Komentar
Posting Komentar