Bukan aku yang kecelakaan. Aku hanya
berada di tempat kejadian, meski tidak menyaksikan. Ceritanya tadi sore, ketika
sedang ngumpul dengan teman-teman penulis aku mendengar suara keras mengejutkan
di sekitar tempat kami lesehan. Kami memang sedang mengadakan pertemuan outdoor, salah satu temanku segera panik
ketika melihat ke sumber suara. Kami memang sudah menduga itu kecelakaan, tapi
yang membuatnya panik adalah karena yang jadi korban kecelakaan tersebut ternyata
seorang gadis sebaya kami.
Kami segera mendekat ke TKP,
pertemuan pun bubar sementara. Orang-orang yang berada di sekitar sana pun
segera berkumpul mendekat untuk mengetahui penyebab dan keadaan korban
kecelakaan. Ternyata tabrakan tersebut terjadi antara seorang gadis dan seorang
bapak-bapak sebaya. Pada awalnya si bapak-bapak tidak mengakui kalau ia yang
salah jalan dan menabrak si gadis. Tapi si gadis terus menyanggah dan berkata, aku berada di jalan yang benar kok. Orang-orang
yang berada di sana pun segera merunut kembali kronologis kecelakan, ternyata
memang si bapak yang salah.
Akhirnya si bapak-bapak tersebut mengaku
setelah digertak oleh bapak-bapak (yang sepertinya seorang polisi) yang
kebetulan sedang bermain tenis di di sekitar situ. Mereka mengancam membawa
bapak tersebut ke kantor polisi jika tidak mengaku. Namun tidak sampai di situ
saja si bapak-bapak polisi kemudian curiga dan bertanya apakah si bapak-bapak
penabrak habis minum alkohol. Ternyata benar. Pantas saja bisa salah jalan,
orang jalannya lebar kok. Langsung saja bapak penabrak tersebut di bawa ke
polsek yang kebetulan juga dekat dengan tempat kejadian.
Sedangkan si gadis yang kami
dekati, wajahnya menangis sambil meringis. Kulihat kakinya luka dan berdarah. Segera
kami sarankan dia menelepon keluarganya. Pada awalnya dia takut, nanti dimarahi
katanya. Kami yakinkan bahwa tak apa-apa, karena toh dia tidak salah. Ketika kutanya, apakah
dia sedang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi tadi itu, tidak katanya. Kasihan,
dia memang sedang sial rupanya.
Terkadang, hidup memang seperti
kecelakan tadi sore. Meskipun kita sudah berhati-hati, kita tetap saja bisa jatuh
karena kesalahan orang lain yang tidak berhati-hati atau bahkan mabuk seperti
kejadian di atas. Oleh karena itu, selain
memperhatikan “jalan” kita masing-masing kita juga sebaiknya perlu
memperhatikan “jalan” orang lain di sekitar kita. Apakah mereka baik-baik saja
atau ternyata sedang dalam keadaaan “mabuk” atau sedang tidak berhati-hati,
sehingga berpotensi akan “menabrak” kita.
Kejadian ini mungkin sama saja
analoginya dengan kejadian-kejadian berikut. Misalnya ketika seorang teman
merasa bermasalah dengan kita dan kemudian memukul kita, maka yang akan dibawa
ke ruang guru adalah kita berdua. Atau bahkan misalnya kita tidak tahu apa pun bahwa
ternyata teman kita melakukan pencurian. Ketika teman tersebut tertangkap, maka
kita juga dicurigai bersengkol dengannya. Atau bahkan kita tak pernah berteman
dengan orang-orang jahat namun kita berada di tempat dan waktu yang salah
seperti si gadis pada kecelakaan tersebut. Kita sedang berada di lokasi
pembunuhan misalnya ketika pembunuhan itu terjadi, kita bisa saja menjadi
tersangka atau bahkan terbunuh. Itu bisa saja terjadi.
Oleh karena itu sekali lagi, kita
perlu melihat “jalan” orang-orang di sekitar kita, baik itu teman atau pu keluarga. Jika ada yang membahayakan dirinya
sendiri atau bahkan kita, tentu saja kita harus mengingatkan mereka. Kita juga
berhak memilih hanya berteman dengan orang-orang baik jika khawatir keselamatan
kita terancam bila melakukan “perjalanan” dengan orang-orang yang tidak suka “berhati-hati”.
Posting Komentar
Posting Komentar