Judul : Giganto,
Primata Purba Raksasa di Jantung Borneo
Penulis : Koen Setyawan
Penerbit : Edelweiss
Tahun terbit : 2009
|
Serangkaian kejadian misterius
berlangsung di jantung rimba Kalimantan. Seorang bocah hilang yang mengaku diselamatkan
raksasa mitologi, seorang peneliti orang utan yang kehilangan jejak objek
penelitiannya, seorang antropolog yang ambisius, seorang pemburu legenda yeti
dari Vietnam, dan seorang bekas pemburu liar yang telah bertobat. Semuanya
bersatu dalam dalam sebuah tim gabungan. Tujuannya adalah menemukan kembali
seorang peneliti orang utan yang hilang secara misterius di Hutan Larangan,
hutan hujan tropis alami yang tersembunyi dari mata dunia luar selama ribuan
tahun oleh larangan kuno yang melibatkan perjanjian zaman batu antara ras
manusia dan ras primata raksasa, Gigantopithecus
blacki, kera raksasa setinggi 3 meter yang dianggap punah seratus ribu
tahun yang lalu.
Dipimpin oleh Chaudry Teja dan
dipandu oleh Erwin Danu, tim itu menantang tabu kuno, menyusuri sungai berarus
liar, menjejak bukit karang nan terjal, berdebar menembus jnatung Hutan
Larangan. Ketika menginjakkan kaki di sana, mereka bukan saja menemukan sebuah
dunia yang hilang, melainkan juga harus berhadapan langsung dengan sang makhluk
mitologi itu sendiri. Peristiwa-peristiwa selanjutnya merubah masa depan surga Kalimantan
terakhir itu untuk selamanya.
**
Aku suka novel-novel jenis ini. Science fiction, atau novel-novel yang perbedaan
antara fakta dan fiksinya tipis. Aku menyukai itu. Apalagi novel ini juga
berlatar belakang hutan Kalimantan yang notabene tempat dimana aku tinggal.
Kekuatan novel ini terletak pada
tema yang diangkat serta banyaknya informasi paleontologi yang termuat dalam
novel ini. Sehingga membuatku penasaran dengan latar belakang penulisnya, Koen
Setyawan. Sayang sekali, setelah kucari-cari tidak terdapat catatan tentang
penulis pada novel ini. Baru pertama kali kutemui buku tanpa catatan tentang
penulisnya selain Tere Liye pada beberapa bukunya.
Pada beberapa haalaman, buku ini
juga dihiasi oleh sketsa yang narasinya mungkin tidak bisa dibayangkan oleh
pembaca. Ini sangat membantu sekali. Misalnya pada halaman 110 terdapat sketsa
binatang bernama binturong, bagi pembaca yang baru mendengar binatang jenis ini
pasti akan sangat terbantu membayangkan penampakan binatang ini seperti. Tema
mitos tentang Hutan Larangan dan kera mitologi pun merupakan kekuatan yang
dapat membuat pembaca yang haus bacaan ilmiah namun menghibur sepertiku
tertarik. Entah benar atau tidak tentang Hutan Larangan itu sendiri di dunia
nyata. Setahuku di wilayah-wilayah konservasi, mitos-mitos seperti itu sengaja
diturunkan ke setiap generasi sebagai usaha melestarikan alam. Agar tidak ada
yang berani menjamah keperawanan hutan tersebut, itu tujuannya.
Kekurangan novel ini menurutku terdapat
pada tata bahasanya yang sedikit aneh dan kalimat-kalimat yang menurutku lumayan
susah untuk dipahami. Jadi harus pelan-pelan membacanya. Selain itu isi back cover synopsisnya menurutku ada
yang tidak sesuai dengan isi novelnya sendiri. Mau tahu apa? Silakan baca
sendiri isi novelnya J
Meskipun terdapat beberapa
kekurangan tersebut dan ending yang terjadi pada novel ini sedikit menyedihkan,
namun novel ini merupakan salah satu novel yang akan kurekomendasikan bagi pembaca
cerdas. Karena temanya yang tidak biasa dan rangkuman antara pengetahuan dan
mitos yang cukup apik ada pada novel ini.
Posting Komentar
Posting Komentar