Judul : Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2009
|
Ketika malaikat datang kepada kita dan berkata bahwa ia akan menjawab 5 pertanyaan kita, apa yang akan kau tanyakan? Adalah Ray, seorang pengagum rembulan, bertanya 5 pertanyaan ketika kesempatan itu datang. Mengapa ia harus menghabiskan masa 16 tahun awal kehidupannya di panti itu? Apakah hidup ini adil? Mengapa langit tega sekali mengambil istrinya yang baik? Mengapa ketika ia memiliki banyak, ia malah merasa hampa? Mengapa dia mengalami sakit selama 6 tahun, sedang sebelum itu tubuhnya baik-baik saja?
Seluruh pertanyaan tersebut sempurna dijawab oleh malaikat berwajah menyenangkan. Sungguh kesempatan yang sangat langka, yang hanya diberikan kepada orang-orang pilihan. Lantas, apakah yang membuat Ray istimewa? Sedang selama ini ia sama sekali tidak bisa disebut sebagai orang baik.
Saat pertama kali membaca judulnya, aku mengira novel ini bertema cinta sepasang manusia. Namun ternyata tidak, seperti kata temanku yang lebih dahulu membaca novel ini, novel ini tentang kehidupan. Kehidupan yang keras. Dan mengajarkan pada pembaca bahwa setiap kejadian ada sebabnya dan akan mengakibatkan kejadian lainnya. Yah, hidup ini sejatinya adalah rentetan kejadian sebab-akibat.
Meskipun sebelumnya aku tak pernah menyadari betapa beruntungnya Ray mengetahui jawaban-jawaban dari 5 pertanyaan hidupnya yang paling besar, di akhir novel keherananku terjawab mengapa Ray mendapatkan kesempatan istimewa ini sekaligus juga menjelaskan mengapa judul novel ini terlihat sangat dalam.
Meskipun secara umum novel ini terlihat begitu “keras”, namun sisi romantisnya juga ada. Yaitu cerita tentang “si ceroboh” dan “si gigi kelinci”. Pada beberapa bab, cerita tentang kemesraan pasangan ini terlukis dengan sempurna. Meskipun bukan sebagai topik utama, cerita romantis antara keduanya membuat novel ini lebih terasa manis di antara taburan kepahitan dalam kehidupan sang tokoh.
Aku paling suka dengan kutipan percakapan ini. Manis sekali.
“Kenapa kau sering sekali terluka di pintu yang sama?”
“Bagaimana tidak terluka… Belakangan seringkali aku merasa tempatku di situ, tapi hatiku tidak sedang disitu”
(halaman 251)
Ciri khusus dari novel ini adalah pada setiap judul bab diawali dengan kata “Aku”. Pada awalnya aku belum ngeh tentang ciri khas ini karena pada bab-bab awal judulnya adalah nama tokoh seperti “Aku Rehan” dan “Aku Rinai”. Tapi ke belakang-belakangnya menjadi semakin aneh terdengar aneh seperti “Aku Perkelahian-Perkelahian” dan “Aku Gerbong Makan”, namun sukses menjadi brand tersendiri bagi novel ini.
Jadi apa 5 pertanyaanmu? Mungkin saja langit secara acak mengirimi malaikat-Nya padamu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Posting Komentar
Posting Komentar