Setelah berkontemplasi cukup
lama, memadukan pemikiran dari banyak penulis dari buku yang kubaca, dan
merenungi perjalanan hidupku 22 tahun terakhir ini, aku membuat kesimpulan. Kesimpulan
yang sejatinya memang harus sudah didapatkan oleh orang-orang yang berumur20-an. Kesimpulan tersebut berisi bahwa hidup yang kita lalui harus bermakna.
Hidup bukan hanya sebagai tempat
singgah sebelum menuju keabadian. Hidup juga bukan sekedar waktu menikmati
semua yang tersedia di alam. Pun, hidup juga bukan wahana untuk
bersenang-senang semata. Ada yang lebih harus dikaji dari kehidupan ini. Ada sesuatu
yang harus kita bawa pergi sekaligus kita tinggalkan ketika kita meninggalkan
dunia ini nanti. Itulah “makna”.
Sejatinya, hidup kita bermakna
ketika keberadaan kita mampu memberi perubahan lingkungan ke arah yang lebih
baik. Lebih jauh lagi, sebagai muslim, keberadaan kita harus meliputi 3 hal
berikut. Pertama, kehadiran kita memberikan rasa nyaman terhadap orang di
sekitar kita. Kedua, keberadaan kita memberikan rasa aman terhadap orang lain. Ketiga,
eksistensi kita sebagai manusia harus bermanfaat bagi makhluk hidup lain
terutama sesama manusia.
Ketika ketiga hal tersebut sudah
kita penuhi, setidaknya kita telah melengkapi setengah dari makna hidup kita. Setengahnya
lagi, urusan kita dengan Sang Khalik. Karena tak bisa dipungkiri, manusia
adalah makhluk spiritual. Jiwa kita memiliki kebutuhan untuk dekat dengan
Rabb-nya. Oleh karena itulah, orang jahat biasanya selalu merasa gelisah.
Bagiku sendiri, hidupku akan
bermakna ketika aku mampu mencapai mimpi-mimpiku dan kemudian berkontribusi ke
lingkungan dengan apa yang telah aku capai. Jadilah, beberapa tahun terakhir,
ketika pencarian makna terhadap hidup ini kumulai, aku telah menghabiskan
setidaknya tiga per empat energiku setiap harinya untuk memenuhi target-target
yang telah kubuat.
Secara konkrit, bagiku hidup akan
jauh lebih bermakna ketika keluarga -terutama orang tua, menjadi tempat kembali dalam berbagai hal. Tolak ukur baik buruk adalah apa yang akan keluarga rasakan,
ketika kita memutuskan sesuatu. Bukan diri sendiri, apalagi orang-orang di
sekitar kita yang hanya ngomong
sesuai prasangka mereka.
Oleh karena itu, salah satu mimpi
dalam hidupku adalah membersamai keluarga selama mungkin dalam hidup yang
singkat ini. Kita tidak akan pernah tahu, kapan kematian akan memisahkan kita. Dan
aku tak ingin ketika hari itu tiba, aku baru menyadari betapa pentingnya menghabiskan
waktu bersama keluarga.
Kalau prinsip saya mah hidup akan bermanfaat apabila diisi dengan yang bermanfaat juga mbak dan apabila hidup mau berkah diisi juga dengan keberkahan.
BalasHapusBenar Kang Nurul Iman, berkah itu kata kunci hidup yang bermakna.
Hapusiyahh..tentunya manfaatkan hidup ini dengan penuhh kebaikan dan kejujuran yang akan membawa kita hidup tenang dan bisa mempergunakan hidup dengan sebaik-baiknya..hehheh
BalasHapussalam blogger
Salam blogger juga Mas/Mbak Yuli. Semoga hidup kita sama2 bermanfaat ya.
HapusMaka dari itu semakin seseorang dewasa, pmikirannya uda bukan ke diri sendiri lagi ya, tetapi tindak tanduknya juga menjaga kehormatan keluarga
BalasHapusBenar, Mbak. Semakin dewasa, semakin banyak hal yang harus dipikirkan terutama keluarga.
Hapusthank infonya ya mba :)
BalasHapusKeren tulusannya,
BalasHapusKalo ak sih hidup Itu untuk dijalani, hal-hal yang bermanfaan Dan berguna bagi diri sendiri maupun orang disekitar kita
Ini juga keren.
HapusBenar sekali Mas Bimo
BalasHapus