Jum’at, tanggal 4 Juli yang lalu
aku dan teman-teman dari organisasi FLP Cabang Banjarbaru mengunjungi Panti
Sosial Tresna Werdha “Budi Sejahtera”. Panti ini merupakan sebuah panti jompo
milik pemerintah yang terletak di Martapura dan memiliki sekitar 60-70 orang
penghuni lansia.
Ketika kami datang ke sana,
sekitar jam 3 siang menjelang sore, para pegawainya sudah pulang dari kantor
sehingga tak ada pengelola yang bisa diwawancarai. So, kami langsung saja mengunjungi para nenek dan kakek yang terlihat
sedang duduk-duduk di wisma masing-masing.
Ada sekitar 10 buah wisma di sana.
Setiap wisma dinamai dengan nama-nama bunga. Aku dan beberapa orang teman
mengunjungi Wisma Anyelir. Pertama-tama kenalan dulu dengan nenek-nenek di
sana. Kita memperkenalkan diri, dan mereka kita tanya balik nama dan alamat
asal. Trus kita nanya-nanya tentang kegiatan apa saja yang dilakukan di panti,
terutama ketika Ramadhan.
Ada seorang nenek yang terlihat
lebih sehat dari yang lain dan lebih suka bicara dari yang lain, sepertinya
beliau jubir wisma ini. Hehe. Beliau bilang, kalau sedang Ramadhan gini, hanya
jadwal makan yang berubah. Sahur dan buka, tentu saja. Oya, di panti ini ada sebuah dapur khusus. Menjelang waktu
sahur dan berbuka tiba, jatah makan biasanya diambil ke dapur. Jika di wisma
ada yang tidak bisa berjalan (sakit), maka diambilkan oleh nenek-nenek yang
sehat.
Fyi nih, di wisma tersebut tidak semua nenek (bisa) puasa. Entah memang
sudah tidak kuat, atau bahkan sudah lupa dengan kewajiban puasa karena beberapa
dari mereka juga ada yang (maaf) sudah pikun. Jadi ketika kami membantu mereka
mengambilkan jatah makan mereka untuk berbuka, ada beberapa nenek yang langsung
makan. Dari 7 orang penghuni wisma tersebut, hanya ada sekitar 4 orang yang
puasa.
Yang sanggup melaksanakan shalat
dengan sempurna pun hanya sedikit. Di mushala panti yang cukup kecil, kami ikut
shalat ashar berjamaah dan melihat hanya sebagian kecil nenek dan kakek yang
kuat berjalan ke mushalla.
Oya sebenarnya di setiap wisma
terdapat pengasuh masing-masing. Namun, ketika kami datang ke sana, ibu
pengasuh sedang tidak di tempat. Sepertinya, wisma ini cukup sering dikunjungi
terutama oleh mahasiswa keperawatan, kedokteran, dan kesehatan masyarakat. Terlihat
dari tempelan-tempelan poster dan foto bareng yang ditempelkan di dinding
wisma.
Secara umum para penghuni panti
jompo tersebut menurutku kurang bahagia. Bukan karena pelayanan dari pengelola
panti yang urang, namun karena mereka ingat keluarga. Secara fisik setengah dari
mereka terlihat sakit-sakitan. Ada nenek yang jalannya (maaf) bungkuk
menyerupai huruf “n”, dengan tangan menyentuh lantai L. Ada pula nenek yang
tidak bisa bangun dari tempat tidur, kalau mau ke kamar kecil harus dibantu. Sedih
pokoknya, aku melihat mereka.
Tapi keadaan psikis mereka sepertinya
juga tidak lebih baik. Banyak dari mereka yang bercerita bahwa mereka
merindukan keluarga. Ada yang berasal jauh dari jawa, sudah tidak bisa pulang
karena ketiadaan biaya atau pun memang sudah tidak ada lagi sanak keluarga. Ada
pula yang diantar oleh keluarga sendiri ke panti ini, namun setelah
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun mereka tak pernah ditengok. Hiks.
Ada yang baru beberapa bulan di
sana, ada pula yang sudah 6 tahun. Ada seorang nenek yang mengaku kepada kami
sudah berumur 121 tahun. Masyaallah. Beliau memang terlihat lebih tua, dan
dipanggil penghuni lain dengan sebutan mbah.
Oleh karena itu, ketika kami
datang kemarin, mereka dengan suka cita menyambut dan bercerita-cerita kepada
kami. Kami senang meski hanya bisa membagi sedikit kebahagiaan kepada mereka,
kehadiran kami sebagai pengganti keluarga yang tiada atau lupa. Semoga Allah
melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada mereka. Aamiin.
Setelah penyerahan sedikit
bantuan sembako diwakilkan kepada pengurus poliknik panti yang sedang berada di
tempat, kami pun pulang. Semoga pada kesempatan lain, kami bisa kembali ke sini
lagi, mengunjungi mereka berbagi bahagia.
Posting Komentar
Posting Komentar