Hari ini 9 Juli 2014. Salah satu tanggal bersejarah di Indonesia pada tahun ini. Bangsa Indonesia memilih (kembali) siapa pemimpinnya. Namun kali ini lebih alot, lebih panas karena hanya ada 2 capres dan cawapres. Perang di sosial media dan televisi semakin gencar meski telah memasuki masa tenang. Kedua kubu saling membanggakan jagoannya masing-masing, bahkan tak sedikit yang "usil" membongkar aib kubu lawan. Astaghfirullah, Ramadhan ini. Ada pula isu yang mengatakan akan terjadi chaos di beberapa kota. Namun hingga saat ini, belum ada. Semoga tak akan pernah terjadi.
Pagi ini sesaat setelah shalat subuh aku mulai "berenang" di dunia maya. Ada dua berita besar selain pemilu hari ini. Yakni kekalahan Brazil atas Jerman 7-1 di Piala Dunia, secara Brazil tuan rumah dan termasuk tim yang dijagokan banyak orang plus yang paling menggerkan skornya itu lho.
Yang kedua, ada kabar dari Palestina. Israel Jahanam menyerang Gaza (lagi), kali ini korban yang berjatuhan sangat banyak. Foto-foto yang dibagikan oleh mereka yang kebetulan berada di sana cukup menggambarkan bahwa keadaan Gaza jauh lebih chaos daripada dunia perpolitikkan di Indonesia. Semoga para syahid/syahidah diterima di sisi-Nya. Juga semoga Israel segera dihancurkan oleh Allah. Aamiin. #PrayForGaza
Well, kembali ke copras-capres dan pencoblosan. TPS terdekat dengan kostku ternyata berada tepat di depan kostku! So, aku bisa "memantau" seluruh kegiatan pemilu di sana hari ini hanya dari jendela kamarku yang berada di lantai 2. Dari sumpah jabatan, proses pencoblosan, hingga perhitungan suara. Yang kudengar waktu perhitungan suara itu "satu sah, dua sah, dua sah, satu sah, satu sah, dua sah". Begitu berulang-ulang. Alhamdulillah, artinya tidak banyak suara yang batal.
Hingga siang kemarin sebenarnya aku masih belum pasti bisa memilih atau tidak. Soalnya, aku sedang berada di kost, bukan di rumah di mana alamat dalam KTPku. Dengar-dengar kabar dari teman-teman, para perantau tidak akan bisa nyoblos tanpa membawa form A5 yang sudah ditandatangani dan distempel oleh PPS di TPS asal. Ternyata itu benar ketika kutanyakan pada ibu-ibu PPS di TPS dekat kostku.
Beruntung, sore kemarin, aku sempat minta tolong minta kirimkan scann A5 yang sudah lengkap dari TPS tempatku terdaftar di desaku. So, hari ini bisa milih. Yang kasian, ada banyak teman-teman perantau dan adik-adik di kostku yang nggak bisa milih gara-gara masalah teknis ini.
Entah ini salah siapa. Apakah KPU yang kurang sosialisasi, atau kami -mahasiswa ini, yang keterlaluan kupernya. Yang jelas ada banyak suara yang terbuang. Semoga presiden yang terpilih nanti, benar-benar merupakan refleksi dari pilihan sebagian besar rakyat Indonesia. Aamiin.
Posting Komentar
Posting Komentar