Di Indonesia, Ramadhan seperti musim
yang harus dirayakan. Berbagai pihak menyambutnya dengan tendensi yang
berbeda-beda. Ada yang seneng banget Ramadhan datang karena bonus pahalanya
yang melimpah ruah. Ada pula yang yang riang gembira datangnya bulan puasa ini
karena artinya bakal libur satu bulan lebih. Yang lain bahkan ada yang bersuka
ria karena Ramadhan artinya hujan uang.
Nah, yang terakhir ini biasanya
ada di otak para kaum kapitalis, pebisnis duniawi. Di media elektronik atau pun
cetak misalnya, banyak terdapat acara dan rubrik khusus mereka persembahkan di
bulan Ramadhan. Sebut saja “season Ramadhan”. Sinetron season Ramadhan, ajang
pencarian bakat season Ramadhan, acara lawak season Ramadhan, ulasan season Ramadhan,
puisi season Ramadhan, bahkan para artis pun menjadikan tampilan mereka season
Ramadhan.
3ejo.com |
Bagaimana dengan pribadi kita? Apakah
season Ramadhan juga? Kalau bisa sih jangan. Karena jika ada embel-embel “season
Ramadhan”nya, berarti ada pula pribadi “season di luar bulan Ramadhan”. Aih, jangan
sampai seperti para artis yang bertutup kepala ketika Ramadhan, namun ketika
Ramadhan usai hijabnya pun usai.
Contohnya, semangat berbagi kita
hanya saat Ramadhan. Kelar Ramadhan, kelar pula aksi berbagi kebahagiaannya. Atau
ketika Ramadhan, tilawahnya bisa satu juz sehari, namun ketika Ramadhan
berlalu, tilawahnya kembali hanya selembar. Kadang itu pun terlewat. Begitu juga
amalan-amalan kebaikan yang lain. Shalat berjamaah, puasa, sedekah, tidak
mengghibah, atau pun tidak berbohong.
Sebaiknya, setelah Ramadhan selesai,
hidup kita menjadi lebih baik dari sebelum Ramadhan. Jangan malah kembali
menjadi “buruk” di luar Ramadhan. Sungguh merugi orang-orang yang hari ini sama
dengan hari kemarin. Sebaiknya, kita meramadhankan hidup kita sepanjang tahun, hingga bertemu Ramadhan berikutnya.
#30HariNgeblogTemaRamadhan
Posting Komentar
Posting Komentar