Secara pribadi, aku tidak suka kalau
mendengar ada warung makan yang masih buka ketika siang Ramadhan. Warung sakadup, kata orang Banjar. Hanya
alas kaki yang kelihatan karena badan dan kaki yang naik ke atas bangku tertutup
tenda yang menutupi warung. Apalagi rumah makan-rumah makan yang ada pintunya.
Tinggal tutup saja. Beres. Tak ada yang
melihat aksi makan di siang hari bolong ini.
www.republika.co.id |
Aku sendiri belum pernah melihat warung makan yang buka ketika siang hari Ramadhan.
Namun di sebuah pasar, aku pernah melihat beberapa gerobak penjual minuman
dingin berjualan dengan bebas. Aku geregetan sekali. Pertama karena berpikir
apakah mereka tidak mengetahui larangan berjualan makanan/minuman saat puasa.
Kedua, karena saat itu rasa haus sampai ke ubun-ubun. Panas bray, melihat es siapa yang tidak
tergoda? Bayangkan jika ada yang nekat membeli. Nah siapa yang berdosa?
Sebenarnya kategori pelanggaran
aturan ini juga kena bagi para penjual makanan untuk berbuka yang menggelar
dagangannya sebelum jam 2 siang. Setahuku sih begitu. Ketika aku SMA dulu, para
polisi berjaga-jaga di sekitar pasar Ramadhan untuk mencegah para penjual untuk
membuka dagangan mereka sebelum jam 2. Ngapain juga siang-siang mulai berjualan
sedangkan waktu berbuka jam setengah 7 petang?
#30HariNgeblogTemaRamadhan
Posting Komentar
Posting Komentar