Judul : Eliana
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2011
|
Selamat datang di dunia yang tidak pernah kalian bayangkan. Di mana rasa ingin tahu, proses belajar, menyatu dengan kepolosan, kenakalan, hingga isengnya dunia anak-anak. Selamat datang di sebuah petualangan hebat, ketika persahabatan, pengorbanan, dan pemahaman yang baik atas kehidupan tumbuh dari wajah-wajah ceria terus melekat hingga mereka tumbuh dewasa.
Adalah Eliana, anak sulung Mamak yang pemberani, bersama tiga rekannya, membentuk geng dengan sebutan "Empat Buntal". Berempat mereka kompak, bahu-membahu melewati hari-hari seru, kejadian suka-suka, pantang menyerah. Bahkan melawan kerakusan di kampung kecil dengan sabuk sungai, dikelilingi hutan, dan dibentengi bukit-bukit hijau. Adalah Mamak yang membesarkan anak-anak dengan disiplin tinggi, tegas, akhlak tidak tercela, serta tanpa kompromi. Dan adalah Bapak yang selalu riang, memberikan teladan dari perbuatan, serta selalu bijak menyikapi masalah.
**
Setelah membaca Burlian dan Pukat, sekarang saatnya aku membaca buku ketiga dari serial Anak-Anak Mamak. Eliana adalah anak sulung mamak dan bapak, kakak yang terkadang meyebalkan bagi ketiga adiknya. Oi, setelah menghabiskan lembaran terakhir novel ini, aku berpikir sifat Eliana mirip denganku. Pemikirannya, sikap kritisnya, pemarahnya, dll. Tapi jujur kuakui, jika pun ada Eliana di dunia nyata, aku tak seberani dia melakukan berbagai action berbahaya sebagai bentuk perlawanannya terhadap kehidupan yang kadang tak adil ini.
Eliana begitu mencintai lingkungan,
keadilan, dan kebenaran. Cita-citanya adalah menjadi pengacara yang handal. Tak
salah jika mamak dan bapak menyebutnya sebagai anak pemberani. Karena meskipun
dia perempuan, Eliana bisa nekat melakukan hal-hal yang menurutnya benar
meskipun berbahaya. Dalam melakukan aksi-aksi nekat tersebut, ia tidak sendiri. Bersama 3 kameradnya, ia membentuk Geng 4 Buntal yang "bertugas" menumpas kejahatan.
Seperti halnya manusia biasa, anak-anak
pula, Eliana tentu tak lepas dari kesalahan. Berbagai hal gila ia lakukan,
termasuk azan di masjid ketika waktu maghrib! Eliana juga pernah ngambek karena
perlakuan mamak dan kabur dari rumah. Sungguh, bab tentang betapa besar cinta
mamak kepada anak-anaknya jauh lebih menarik di buku ini daripada di dua buku
sebelumnya. Mungkin karena ini juga pernah kualami, meski tidak sampai kabur.
Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari novel ini. Terutama tentang bagaimana menyenangkannya masa kanak-kanak. Tak ada kecemasan akan kesusahan hidup yang kerap menghinggapi hati-hati orang dewasa. Selain itu pesan tersirat dalam novel ini yang bisa diambil adalah bahwa ketamakan sebagian orang mampu menghancurkan harmoni alam bahkan merugikan orang-orang yang tak bersalah.
Di dalam buku Eliana juga diceritakan
betapa uniknya perjalanan kisah cinta bapak dan mamak. Seru. Ah, sepertinya aku
harus segera membaca Amelia, buku pertama yang menutup seluruh cerita.
Posting Komentar
Posting Komentar