Berasa remaja aku selesai membaca buku ini. Bagaimana tidak, novel mini ini bercerita tentang Yasmin dan Nadira yang masih menuntut ilmu di pesantren setingkat SMA. Mengapa kusebut novel mini, karena tebal buku ini hanya 166 halaman. Isinya bercerita tentang Yasmin yang akan berulang tahun ke-17. Nadira adalah sahabat Yasmin yang sangat dekat. Saking dekatnya, Yasmin rela berjilbab dan ikut Nadira sekolah di pesantren. Di ulang tahunnya yang ke-17 nanti, Yasmin berniat merayakan ulang tahunnya bersama anak-anak yatim. Tidak pakai pesta besar-besaran lagi seperti dulu. Tentunya ia juga mengharapkan Nadira hadir dalam acaranya tersebut. Namun, semuanya tidak berjalan sesuai harapan. Apakah yang terjadi?
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Pertama, tidak semua orang kaya sombong. Kedua, kemiskinan seringkali memaksa orang berbuat jahat. Ketiga, hati manusia bisa berubah. Keempat, keluarga adalah segalanya. Well, buku kecil ini memang banyak memberikan pelajaran. Sangat layak dibaca oleh para remaja agar tidak ikut terbawa arus globalisasi.
Dari segi bahasa, novel ini sangat ringan dan mudah dipahami. Mbak Leyla Imtichanah mampu membuat pembaca terhibur dengan tetap memasukkan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Apalagi buku ini diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House yang terkenal dengan kualitas buku-bukunya yang baik.
Dari segi bahasa, novel ini sangat ringan dan mudah dipahami. Mbak Leyla Imtichanah mampu membuat pembaca terhibur dengan tetap memasukkan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Apalagi buku ini diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House yang terkenal dengan kualitas buku-bukunya yang baik.
Hanya ada sedikit kekurangan novel ini, sepertinya pun hanya kesalahan redaksi. Pada cerita dimana Nadira diceritakan baru pulang dari pesantren dan ayahnya berkata, "Maaf ya, Abi tidak menjemputmu di stasiun." Padahal pada bab sebelumnya diceritakan bahwa Nadira pulang menggunakan pesawat, harusnya ayahnya mengatakan bahwa ia tidak menjemput Nadira di bandara bukan di stasiun. Selain itu, disebutkan bahwa Nadira kalau di rumah dan di sekolahnya yang lama biasa dipanggil Yasmin juga -nama lengkapnya Nadira Yasmin. Tapi karena di sekolah barunya, ada nama yang sama yaitu Yasmin calon sahabatnya itu ia rela dipanggil namanya dengan Nadira atau Dira. Tapi ternyata di cerita-cerita selanjutnya di rumah, ia memanggil dirinya sendiri dengan nama Dira, ayahnya pun begitu memanggil dengan nama Dira (halaman 55 dan 73).
Secara umum, buku ini rekomen banget buat dibaca adik-adik remaja atau pun kakak-kakak (hampir) dewasa sepertiku untuk mendapat hiburan sekaligus pencerahan.
Posting Komentar
Posting Komentar