Kali ini aku akan bercerita tentang impian jangka pendekku. Aku ingin berbisnis! Yup, hatiku sudah mantap ingin berwirausaha. Di semester akhir perkuliahanku, seperti mahasiswa pada umumnya aku berpikir akan bekerja apa selepas wisuda nanti. Bagaimanapun, di mata teman-teman aku "berpotensi" untuk kerja kantoran. Selama ini aku memang dikenal sebagai mahasiswa "penurut", mungkin itu yang membuat teman-teman berpikir aku cocok jadi karyawan. Beberapa teman juga setuju kalau aku cocok sebagai pengajar. Ya, sejak semester 5 aku sudah kerja parttime di bimbingan belajar sebagai tentor. Selain itu juga mengisi kelas belajar privat di rumah anak dosenku. Potensiku memang ada di dunia pendidikan. Tapi mengapa aku berniat menjadi pengusaha?
Menghabiskan waktu produktif di meja kerja dari jam 8 sampai jam 5 sore, betapa membosankannya. Lagipula kemajuan-kemajuan yang didapat oleh kantor/perusahaan tidak ada efeknya untuk kita. Mungkin ada sedikit bonus di luar gaji pokok. Tapi dari segi perkembangan, kita dapat apa? Berputar-putar di roda yang sama untuk memajukan usaha orang lain. Semua orang juga tahu, gaji pegawai/karyawan tidak lebih tinggi daripada wirausahawan. Nah ini salah satu motivasiku untuk berwirausaha. Aku punya banyak sekali impian besar. Impian-impian tersebut dapat dicapai salah satunya adalah dengan adanya uang yang banyak. Meskipun tidak menutup kemungkinan, jika pada akhirnya aku melamar kerja di suatu instansi tapi setidaknya aku bercita-cita tidak akan selamanya menjadi pegawai.
Oke, sudah cerita latar belakangnya. Sekarang aku akan memetakan rencana bisnisku ke depan. Berawal dari ajakan seorang teman untuk join usaha temannya dari Jawa yaitu produksi yoghurt. Aku tertarik. Lagipula produksi yoghurt tidak jauh-jauh dari bidang penelitianku di laboratorium mikrobiologi selama ini. Hanya saja selain keuntungan-keuntungan yang ia jabarkan, ia juga memperingatkanku ketika sudah terjun ke bisnis ini agar tidak mudah menyerah karena usaha ini tidak mudah. Apalagi pembuatan yoghurt sendiri harus memperhatikan waktu inkubasi yang tepat. Kalau tidak, jumlah bakteri baik di dalam yoghurt tersebut tidak tepat jumlahnya. Dia mengatakan bahwa dalam bisnis ini kita harus rela mengorbankan waktu tidur malam (aih, aku bukan seseorang pegadang yang baik). Tapi tetap aku sanggupi. Bukankah untuk meraih sesuatu yang besar, kita juga harus mengorbankan banyak hal?
www.hayaaliyazaki.com |
Langkah yang harus kulakukan untuk mencapai impianku ini adalah pertama-tama aku harus membereskan urusan skripsiku. Selambat-lambatnya pertengahan maret nanti, agar aku bisa fokus mempersiapkan bisnis pertamaku ini. Alhamdulillah, sekarang naskah skripsiku sudah acc, tinggal mempresentasikannya di seminar hasil dan sidang akhir saja lagi. Well kalau melihat perjuanganku 2 tahun menghadapi rintangan-rintangan skripsi, aku optimis juga bisa menghadapi kerasnya dunia usaha. Oya, aku juga sudah mengajak teman yang punya jiwa bisnis untuk join di bisnis ini.
Akhir maret nanti temannya temanku yang dari Jawa itu akan datang ke Kalimantan. Dia mau uji pasar dan mentorin kami buat bikin usaha produksi yoghurt. Mungkin mulai awal April persiapan bisnis yoghurtku sudah jalan. Sambil nunggu wisuda bulan Juni nanti, mending bisnis ya kan? Itulah "mudahnya" jadi pebisnis, tidak perlu ijazah. Doakan lancar yah.
Harapanku dengan membuka bisnis ini aku bisa mengembangkannya sendiri nanti di kota asalku. Selain itu, semoga bisnis ini juga bisa menjadi lapangan kerja buat beberapa keluarga dan tetanggaku di kampung yang belum punya pekerjaan tetap.
Tak ada bisnis tanpa risiko memang. Tapi aku yakin dimana ada kemauan di situ ada jalan. Halangan seperti dicibir orang juga sudah kupikirkan masak-masak. Mungkin saja nanti ada yang ngeledek, masa lulusan S1 jualan yoghurt. Aku akan menjawabnya sambil tersenyum. Setidaknya aku jadi bos di usaha kecilku ini. Semua bisa diatur semauku.
Posting Komentar
Posting Komentar