Aku suka sedih kalau ingat mama. Beliau di rumah sering sendirian. Papa, aku, dan adik berada di tempat yang jauh dari rumah untuk tujuan kehidupan masing-masing. Keluarga kami memang keluarga LDR sejak aku masuk sekolah. Tempat kerja papa yang sering pindah-pindah tidak memungkinkan untuk aku yang mulai harus menetap karena sekolah.
Sejak 4 tahun yang lalu aku mulai merantau di kota ini, menyisakan mama bersama adik di rumah kami karena papa tetap harus kerja di luar kota. Tahun lalu adik pun harus merantau juga ke kota tempat studinya. Akhirnya, beginilah kami terpisah di 4 arah mata angin yang berbeda.
www.republika.co.id |
Kembali bercerita tentang mama. Meski tidak terang-terangan bilang kalau beliau kesepian, tapi dari cara beliau nelpon aku nanya kapan pulang atau menyambut aku yang baru pulang, ketahuan kalau beliau butuh teman di rumah. Inilah jawaban mengapa aku sering ngacir pulkam. Teman-teman seangkatan sudah tahu kalau hari-hari libur aku sudah pasti siap pulkam.
Di masa depan, setelah selesai tetek bengek perkuliahan disini sudah kuazzamkan aku akan menetap di dekat mama saja. Meski misalnya nanti ga satu rumah lagi karena aku bersuami, rasanya lebih tenang kalau tahu kabar mama setiap hari. Setidaknya menjenguk satu dua hari dalam seminggu itu sudah akan menyenangkan bagi mama.
Yang aku lihat sekarang, banyak anak yang disekolahkan tinggi-tinggi oleh orang tuanya. Ujung-ujungnya segala kesuksesan yang dia dapat tidak dia persembahkan ke orang tua. Malah ke orang lain yang baru ia temui, entah bos atau pasangan. Belum lagi kalau memilih tempat tinggal, jauh dari orang tua. Kasihan ayah ibu, kesepian dalam masa tua mereka. Itu adalah mimpi buruk bagi setiap manusia.
Bayangkan, kau pun tak ingin bukan menua dalam sepi, sendiri dalam usia senja?
Posting Komentar
Posting Komentar