Pasar terapung terkenal sebagai ikon wisata Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin. Sebenarnya ada 2 titik tempat pasar terapung tradisional dan "asli", yaitu di Desa Lok Baintan dan Desa Kuin. Sejak zaman dahulu kala, pasar terapung ini beroperasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kampung yang terletak di tepi sungai. Peradaban di Kalsel memang berawal dari tepi sungai, sungai berfungsi sebagai jalan raya pada zaman dahulu.
Adalah jukung, perahu kayu tradisional tanpa mesin milik warga yang berfungsi sebagai alat transportasi untuk aktivitas harian mereka. Di atas jukung tersebutlah barang-barang dagangan di pasar terapung digelar. Sebagian besar barang dagangan mereka berupa hasil pertanian. Konon pada zaman dahulu, sistem barter digunakan dalam operasi pasar terapung. Petani menukar berasnya dengan ikan hasil memancing orang yang menjual ikan. Orang yang berkebun pisang menukar buah pisang dengan kue (wadai) yang dijual sebagai penganan untuk sarapan para pedagang sekaligus pembeli di pasar terapung.
Zaman sekarang, uang mulai digunakan sebagai alat tukar barang sesuai nilainya di pasar terapung. Begitu juga dengan para pembeli, bukan hanya dari kalangan sesama pedagang, pembeli dari masyarakat luas juga ikut mengunjungi dan membeli barang-barang dari pasar terapung. Bahkan sekarang, pasar terapung dijadikan sebagai objek wisata.
Aku sendiri belum pernah mengunjungi Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung Kuin. Pernah suatu pagi, dengan nekatnya aku berkendara sendirian ke Desa Lok Baintan yang berjarak sekitar satu jam dari rumah kostku dulu saat kuliah. Sampai di sana, jam sudah menunjukkan jam 7 lewat. Ternyata, pasar terapungnya sudah bubar bar bar. Hiks, aku harus gigit jari. Kata warga yang kutanyai disana, kalau mau mengunjungi pasar terapung harus tiba saat waktu subuh karena saat itulah mereka beroperasi. Ketika barang dagangan sudah habis yaitu sekitar jam 6 pagi, para pedagang tentu saja langsung balik ke rumah masing-masing. Lain waktu aku harus berangkat dini hari dan yang lebih penting harus ada temannya karena jalan ke sana melewati beberapa daerah yang sunyi. Oya, pernah juga aku dan teman-teman berencana trip kesana tapi sampai sekarang belum kesampaian karena kesibukan masing-masing.
Objek Wisata Pasar Terapung
Selain Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung Kuin, di Banjarmasin kini hadir pasar terapung yang terletak di Sungai Martapura, Siring Pierre Tendean. Siring Pierre Tendean (banyak yang menyebut juga dengan Pantai Jodoh) ini merupakan pusat kegiatan dan hiburan warga Banjarmasin, sehingga selalu ramai dikunjungi oleh warga atau pelancong dari luar kota. Sejak beberapa tahun yang lalu, pada setiap pagi Minggu berbarengan dengan waktu Car Free Day diadakan pasar terapung 'buatan' oleh Dinas Pariwisata.
Tidak jauh berbeda dengan pasar terapung yang 'asli', pasar terapung di Siring Pierre Tendean ini juga bertujuan sebagai sarana jual beli antara pedagang dan pembeli yang merupakan wisatawan domestik. Perbedaannya mungkin dari segi penataan lokasi dan ketertiban pedagang, karena pasar terapung ini dikoordinir oleh pihak pemerintah. Setiap pedagang yang berada di atas jukung harus mengalungkan semacam ID card di leher mereka. Peletakan jukung juga rapi berjejer di depan pelataran dermaga siring.
Aku sendiri sudah pernah dua
kali ke pasar terapung di Siring Pierre Tendean ini. Kali pertama dengan seorang teman aku hanya menikmati
aktivitas orang-orang yang berjual beli di sana. Kali kedua, aku datang kesana bersama suami dan sepupu. Di sana kami membeli penganan yang dijual untuk sarapan. Kalau tidak salah waktu itu aku makan lupis, sedang suami dan sepupuku makan ketupat. Sedap betul rasanya sarapan di atas perahu.
Kebanyakan para wisatawan disana mengunjungi pasar terapung memang untuk wisata kuliner. Makanan yang populer dijual di pasar terapung diantaranya adalah nasi kuning iwak haruan masak habang, Soto Banjar, wadai untuk, ketupat, dan kue lupis.
Setelah sarapan, kami bertiga naik kelotok menyusuri Sungai Martapura. Di sana memang ada beberapa kelotok yang menawarkan jasa susur sungai dengan harga 5000
rupiah per orang. Rutenya tidak terlalu jauh, mungkin hanya 2 km pulang pergi. Tepatnya dari Jembatan Pasar Lama ke Jembatan Sudimampir, selama kurang lebih 30 menit.
Seru juga wisata susur sungai dengan keadaan perut kenyang, sehingga hati jadi senang. Hehe. Selain menikmati riak air Sungai Martapura bersama sekitar 10 orang lainnya yang sekelotok dengan kami, kami juga menimati pemandangan di kanan kiri sungai. Rupanya beginilah suasana di Siring Pierre Tendean jika dilihat dari tengah sungai. Ramai. Menara pandang siring yang banyak dikunjungi anak muda untuk berfoto ria, terlihat tinggi menjulang dari kelotok yang kami tumpangi. Arsitekturnya indah juga saat dilihat dari bawah. Menara pandang ini terletak di sebelah kanan pasar terapung.
Sedangkan di sebelah kiri pasar terapung terdapat patung bekantan besar, yang baru-baru ini selesai dibangun. Bekantan adalah binatang ikon Kalimantan Selatan sejenis kera yang berhidung mancung. Sama seperti di menara pandang, banyak orang mengunjungi patung ini untuk memandanginya dari dekat dan tentunya berfoto-foto.
Bagi teman-teman yang berencana berkunjung ke Kalimantan Selatan, pasar terapung adalah destinasi wajib yang harus dikunjungi. Jika ingin menikmati suasana subuh yang teduh dengan aktivitas tradisional suku Banjar, pergilah ke Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Kuin. Tapi jika ingin menikmati keseruan pasar terapung suasana modern nan ramai, kunjungilah pasar terapung 'buatan' di Siring Pierre Tendean, Kota Banjarmasin.
Posting Komentar
Posting Komentar