Aku punya benjolan di leher sebelah kanan. Lamaaaa sekali tidak hilang-hilang,
seingatku sudah 2 bulan terakhir ini “mereka” bertengger di leherku. Tidak
sakit sih, hanya saja terasa mengganggu dan membuat risau juga. Karena dari
informasi yang kubaca di internet, benjolan di leher itu bisa jadi gejala
penyakit serius.
Sebelumnya seingatku aku juga pernah punya
benjolan-benjolan begitu di leher (biasanya muncul saat aku dalam keadaan
capek) tapi langsung hilang atau mengecil ketika diurut. Kali ini karena
durasi keberadaannya yang d luar kewajaran makanya aku memberanikan diri untuk
memeriksakannya ke dokter faskes tingkat 1 BPJSku.
Di tempat praktik dokter tersebut, benjolanku
dicek setelah sebelumnya ditanyai macam-macam terkait kemunculan benjolan
tersebut. Tekanan darahku juga diperiksa. Akhirnya beliau ngasih 3
macam obat yaitu scandexon, mefentan, dan sultrimmix-ds. Dosisnya 3x
sehari untuk scandexon dan 2x sehari untuk 2 obat yang
lainnya. Aku pun searching mengenai ketiga obat tersebut, intinya indikasi
ketiganya kombinasi dari antibiotik dan penghilang rasa nyeri. Pesan dokternya
jika setelah 5 hari atau obat-obat tersebut sudah habis diminum tapi
benjolannya belum hilang maka aku harus kembali lagi ke tempat praktiknya.
Ini obat 'keras' |
Hari pertama aku lancar minum obatnya saat pagi dan siang. Waktu malam,
uhukk aku keselek obat. Muntah. Mungkin karena ukuran tabletnya yang
besar-besar dan aku minumnya 3 jenis obat sekaligus. Suamiku bilang
coba minum obatnya satu-satu gitu. Aku malas, karena bikin
begah kebanyakan minum air. Setelah tragedi muntah tersebut
aku hanya minum obatnya satu kali sehari. Efek yang kurasakan pun tidak ada.
Aku menghentikan mengonsumsinya ketika aku merasakan efek samping
jantungku berdebar-debar sangat keras. Teringat cerita seorang
tetangga kakek yang pernah pingsan gara-gara dosis obat yang terlalu
tinggi dan dikasih oleh dokter yang sama.
Seminggu kemudian aku balik lagi ke tempat praktik dokter
tersebut dengan sedikit malas. Sang dokter kemudian membuatkanku surat rujukan
ke rumah sakit, karena diduga penyakit yang menyerangku lumayan serius jadi
perlu penanganan seorang dokter bedah untuk memastikan jenis penyakit nya. Aku
bergidik membayangkan leherku bakal kena pisau bedah. Aku ingat waktu itu
malam Minggu, jadi kupikir nantilah hari Senin aku akan berkunjung ke RS.
Sampai di rumah, aku mencoba membaca diagnosa yang
ditulis dokternya di kertas rujukan. Tak berhasil hingga
perlu bantuan dengan dua orang temanku yang dokter muda.
Inti rujukan tersebut bahwa penyakitku diduga tumor ringan di
leher sebelah kanan. Aku tidak terkejut dengan ini. Yang mengejutkan
adalah bahwa obat yang tertulis pada kolom “Telah diberikan obat:”
adalah Cefadroxil. Jelas-jelas aku belum pernah meminum obat
tersebut. Kok bisa beda ya antara nama obat yang ditulis TELAH
DIBERIKAN dengan obat yang BENAR-BENAR DIBERIKAN?
Ampuh, tapi bikin lemes. |
Bikin gondok kan jadinya. Jadilah aku aktif menganalisis penyakitku sendiri
sambil chatting dengan teman dokterku dan searching juga di
Mbah Google. Kuputuskan untuk membeli antibiotik Cefadroxil di toko obat dan
kukonsomsi sampai habis. Hasilnya benjolanku berkurang setengahnya. Tapi aku
tak berani untuk terus lanjut mengonsumsi obat tersebut. Oya, efek samping
minum Cefadroxil adalah perasaan sakit perut mirip diare. Semingguan aku
benar-benar dibikin lemas tapi tetap kutahan demi kesembuhan.
Kuberanikan diri untuk konsultasi ke dokter bedah di RS pada hari Senin,
tanggal 7 Nopember. Yup, lebih dari seminggu dari tanggal surat rujukan dokter
yang bertanggal 29 Oktober. Semoga masih diterima doaku. Setelah ijin ke
kantor, sekitar jam 9 kurang 15 menit aku sudah antri di loket BPJS untuk
mengurus klaim. Nomor antrianku 39. Wuihh, jauh juga. Sekitar setengah jam
menunggu dipanggillah aku. Lancar.
Lalu antri kembali ke
loket pendaftaran dengan nomor antrian 94. Hiks, lebih jauh lagi.
Tapi ternyata di loket Rawat Inap ada temanku yang sedang
bertugas. Aku dipanggilnya sambil bertanya aku sakit apa. Jadilah aku langsung
didaftarkan tanpa antri, padahal seharusnya aku kan masuk loket Rawat
Jalan. Hehe, rezeki dari teman.
Setelah itu aku langsung ke poli bedah sesuai rujukan
dokter. Kurang lebih 2 jam aku menunggu di antrian poli
bedah baru dipanggil. Lama syekaleee. Oleh dokter Priha, aku ditanya
riwayat penyakit yang berkaitan dengan benjolan tersebut. Sering
batuk ya tanya beliau. Lumayan jawabku karena keluhan penyakitku
selama ini memang “hanya” sebatas batuk. Ada 3 kemungkinan kata
beliau,
1. Infeksi biasa oleh
bakteri, diobati selama satu minggu biasanya hilang
2. Infeksi TB, diobati
selama 6 bulan
3. Tumor jinak, diobati
dengan cara kemoterapi
Hasil USG benjolan di leherku |
Perkiraan sementara kemungkinan punyaku ini adalah
infeksi TB. Karena aku juga sering batuk dan merasa ada masalah di pernapasan,
apalagi kalau udara dingin. Oleh dokter, aku disarankan melakukan USG.
Keluar dari ruangan poli aku ke ruang
Radiologi untuk USG. Sekitar satu jam menunggu aku baru dipanggil untuk
USG. Hasilnya ada satu benjolan yang paling besar dengan ukuran 1,5 cm dan yang
sedang 0,2 cm. Yang paling kecil tidak terbaca karena sebenarnya yang teraba di
leherku ada 3 benjolan. Oleh dokter radiologi disarankan untuk
melakukan rontgen dada (scan torax) untuk melihat apakah ada
infeksi TB. Namun, karena waktu habis untuk hari itu maka
dokter menyarankan aku untuk kembali ke sana
besok pagi.
Sebenarnya aku nggak enak izin di kantor selama
dua hari berturut-turut apalagi dengan durasi waktu yang cukup
lama, sampai jam makan siang. Sebenarnya hari Selasa
itu aku ada jadwal mengambil sampel ke lapangan tapi beruntung ada
teman kantor yang bisa ditukar jadwalnya. Tebak kapan aku harus sampling? Hari
sabtu, Sodara-sodara. Itu hari liburrrrr.
Aku berniat datang jauh lebih pagi ke
RS pada Hari Selasa supaya bisa antri cepat. Waktu aku sampai bahkan
upacara pagi para pegawai RS belum selesai. Aku masuk lewat pintu samping dan
dengan segera mengambil nomor antrian di loket BPJS. Nomor 21. Ada yang jauh
lebih pagi daripada aku. Wkwk.
Urusan di BPJS selesai, aku langsung ke loket pendaftaran. Dapat
antrian 52. Kali ini aku benar-benar harus antri karena tak ada teman yang
sedang bertugas di loket. Sekitar 15 menit menunggu akhirnya tiba
juga giliranku. Urusan selesai, aku langsung ke ruang radiologi untuk rontgen.
Eh ternyata di sana aku yang paling pagi jadi tak perlu antri. Langsung rontgen
dada. Nunggu sebentar, hasilnya keluar. Sama mbak petugasnya aku disuruh
menandatangani buku dengan keterangan belum dibaca. Aku nurut-nurut aja lalu
dengan santai melangkah ke Poli Bedah.
Sabar menunggu di depan pintu ini |
Sama kayak kemarin, kali ini aku juga menunggu sekitar
dua jam mungkin lebih baru masuk ruanngan. Sampai di sana aku mendapati bahwa
hasil rontgenku belum bisa ditindaklanjuti karena belum dibaca oleh dokter
radiologinya. SHIT!!!. Aku kembali ke ruang radiologi dengan hati
yang kesal, buat apa ngantri selama dua jam kalau akhirnya harus balik lagi ke
ruang radiologi? Di sana pun sudah terlanjur banyak antrian. Aku menunggu 2 jam
lagi dan belum selesai-selesai. Dalam hati aku terus menyumpahi petugas
rontgen yang dengan tampang innocentnya tidak menyarankan aku
menunggu dokter radiologinya sejak pagi. Semoga hidupmu tak pernah
susah, Mbak.
Jam 12 lewat, teman di kantor menelpon. Ikut makan ke
luar tidak? Kubilang tunggu aku tanya ke petugasnya dulu. Waktu
kutanya apakah masih lama, tunggu aja dulu katanya. Hih, dari tadi juga
ditunggu decakku sebal dalam hati. Terus mereka menambahkan, tadi sudah
ditelpon Poli Bedah juga. Sudah ditunggu hasilnya. Tuh kan, sungutku sebal.
Kubilang aku mau keluar sebentar, kira-kira polinya tutup
tidak? Sepertinya tidak Mbak, dokternya menunggu hasilnya juga kata
mereka.
Lalu pergilah aku makan selama setengah jam. Balik
lagi ke sana ternyata loketnya sepi. Petugasnya tidak ada. Menunggu dengan bete
selama setengah jam, lalu datanglah si biang kerok dengan wajah yang tidak bersahabat. Ia
menyerahkan hasil rontgen beserta hasil analisis dokternya. Polinya masih buka,
tanyaku. Dicoba aja dulu, katanya ketus sampai bikin aku nulis status
kayak gini.
Dengan kesal aku menuju poli bedah. Kuketok tiga
kali, tak ada jawaban. Aku pun pulang dengan hati yang panas.
Hari Rabu dengan membulatkan hati agar tak
terpengaruh kejadian kemarin, aku kembali lagi ke RS. Tapi kali ini tidak
sepagi dua hari sebelumnya. Aku mengerjakan pekerjaan di lab dulu. Jam 10 lewat
aku baru meluncur ke RS. Langsung menuju poli bedah dan mengetuk pintu
saat orang-orang antri. Aku menyerahkan hasil rontgen, lalu dengan cueknya
menungggu di kursi tamu. Sekitar setengah jam aku baru dipanggil.
Dokter bilang hasil pembacaannya mengatakan
bahwa tidak ada gejala infeksi TB. Jadi hanya ada dua kemungkinan,
yaitu infeksi bakteri atau tumor. Dr. Priha memutuskan
aku dikasih obat dulu selama satu minggu baru konsul lagi,
karena besar benjolannya tidak lebih dari 2 cm. Jadi aku ke apotek dan
hari ini mulai minum obatnya. Oya nama obatnya Cefixime dan Nutriflam.
Hasil searching mengatakan bahwa keduanya adalah antibiotik
untuk meredakan peradangan dan infeksi bakteri dalam spektrum luas. Beruntung
keduanya dalam bentuk kapsul jadi tidak pahit saat akan menelan.
Doakan ada perbaikan ya, karena kalau tidak berarti
benjolan tersebut harus dibedah. Nanti aku akan cerita lagi bagaimana hasilnya
setelah aku minum obat dan konsultasi lagi minggu depan.
Baca cerita selanjutnya di Pengobatan Benjolan di Leher (2)
Baca cerita selanjutnya di Pengobatan Benjolan di Leher (2)
Hai mbak rindang yuliani ^^
BalasHapusBtw, cerita mbak, hampir sama seperti yang dialami bapak saya, benjolan di leher, dan batuk, serta pilek. perginya ke kedokter umum, hasilnya mengecewakan karena ya gitulah sebagian dokter umum yang "asal-asalan" ngasih obat tanpa diagnosis yg benar.
Hai juga, Mbak Lutfiana Ulfa :) Nah, itu Mbak. Bikin rugi pasien. Sekarang bagaimana keadaan Mbak Lutfiana?
BalasHapusHai Mba Rindang, cepat sembuh ya! Aku kemarin baru sembuh radang tenggorokan dan minum cefadroxil juga, sih.
BalasHapusNgomong-ngomong soal pelayanan, yah semoga pelayanan kesehatan Indonesia semakin bagus dan ramah. Pasti orang ngulik-ngulik karena kita pakai BPJS. Padahal, kita pakai BPJSpun karena disarankan pemerintah dan untuk membantu diri kita juga. Yah, kita dan tenaga medis memang slg membutuhkan..
Mashaallah...
BalasHapusIkut sedih baca tulisan mba Rindang.
Syakillah, mba.
Semoga Allah segera mengangkat penyakitnya.
Di mudahkan dan dilancarkan ikhtiarnya.
Aamiin.
Aku suka sama statusnya mbaaa. Karena pada kenyataannya memang ada beberapa RS yang pelayanannya 'kurang bersahabat' padahal disisi lain tuh menjadi tugas mereka untuk mengabdi kepada masyarakat bukan? :')
BalasHapusBtw syafakillah, mba Rindang. Mudah-mudahan ke depannya semakin membaik. Aamiin :)
Hai Mba Rindang,
BalasHapusSemoga lekas semuh ya dan tau pengobatannya. Sabar dan slalu semangat ya
Ternyata masih banyak ya kejadian begitu kalo pake fasilitas bpjs...
BalasHapusLekas sembuh mba sakitnya. Semoga tidak membahayakan. Amiin
Kalo mau pelayanannya prima dari BPJS, harus kenal atau minimal tahu orang yang mengurus fasilitas BPJS dirumah sakit tersebut
HapusSaran dari teman serikat pekerja
Semoga sembuh Kak.... eh selut deh nyetatusnya nggak nyebut nama
BalasHapusWah dokternya sembrono sekali ya, obat yang dikasih sama Yang di surat rujukan kok bisa ga sama? Ini kalau orang biasa pasti diiyain aja karna ga ngeh sama tulisan dokter.
BalasHapusSemoga bukan penyakit serius ya Mbak Rindang :)
Mbak Rindang semoga cepat sembuh yahh dan bukan kanker..
BalasHapusIya nihh pelayanan umum memang menjengkelkan kadang2 udah cape antri eh malah jutek perugasnya huhuhu
Baca kronologis di rumah sakit selama dua hari itu, bikin kesel juga ya..
BalasHapusSeharusnya memberikan pelayanan pada masyarakat itu harus maksimal. Ramah itu harus! Apapun permasalahan yang dimiliki petugas, harusnya nggak dibawa-bawa dalam pekerjaan. Kurang profesional sekali, ya...*jadi ikutan sebel, deh!
Semoga sehat selalu ya mbak
BalasHapusSemoga lekas sembuh Mba Rindang, Ibu saya pernah mengalami gejala yang sama. Alhamdulillah sekarang sudah kecil lagi dengan pengobatan alami yang intensif.
BalasHapussmoga lekas sembuh ya mba, serem kl sampe salah kan bs jd malpraktek ya gt itu.
BalasHapus:|
Wah. Semoga cepat sembuh dan hanya penyakit biasa biasa saja yang tidak perlu perawatan ekstra. Jangan lupa obatnya mesti rajin diminum dan jangan bolong
BalasHapusSemoga cepet sembuh ya Mbak.
BalasHapusSaran aku setiap dapat obat memang harus cek lagi ke mbah google jenis obat, kandungan, serta efek sampingnya.
Bulan lalu aku bawa suami ke dokter penyakit dalam, kaget dengan obat-obat yang diberikan begitu cek ke google ternyata agak kontradiksi sama kondisi suami. Akhirnya ga berani diminum obatnya
Syafakilkah mba rindang, semoga benjolannya cepat sembuh.
BalasHapusMemang ada beberpa pelayanan di rs yg kurang memuaskan, aku juga pernah kayak gitu si rsud pdhal bayar personal gk pake bpjs, tp ya begitulah.
Semoga lekas sembuh, Kak Rindang. Terus gak lagi-lagi sakit kayak gitu :)
BalasHapusSemoga lekas sembuh mbak rindang ������
BalasHapusBtw... diresep pertama ada antibiotik sultrimix yang diresep 2x sehari tapi sama mbak beberapa hari kemudian di minium hanya - x sehari.
Sepengetahuan aku kalau minum antibiotik harus habis dan tepat waktu mbak, karena kalau gak efek jangka panjangnya bahaya. Kalau mikroorganisme di tubuh mbak udah resisten sama antibiotik jenis tertentu nanti kalau dpt sakit yang sama gak bisa sembuh. Apalagi kalau antibiotik yg di kasih yg paling bagus. Mungkin lain kali, kalau mbak ke dokter lagi bisa konfirmasi mana obat yg harus di habiskan dan mana yang boleh berhenti ketika merasa sembuh.
Cefixime adalah antibiotik generasi setelah cefadroxil, jangan lupa dihabiskan ya mbak dan semoga lekas sembuh mbak
cepet sembuh kak dan memang harus sabar apabila ke RS terkadang di oper oper dan harus menunggu yang lama banget untuk sebuah hasilnya karena banyak yang berobat juga biasanya kak
BalasHapusSyafakillah, mbak Rindang. 😊
BalasHapusBtw. Rasanya aku pengen nge-share status Mbak Rindang. 😂
iya kzl sama pelayanan yg kaya gitu, padahal mereka bekerja kan memang untuk membantu pasien
BalasHapusPertama, semoga lekas sembuh penyakitnya dan tidak kembali....agar hilang rasa sakit dan tidak perlu kembali ke RS itu. Screen capture dari twitter mba sangat on point. Benar itu, sebagai pelayan masyarakat kudunya kepada siapapun memberikan sikap yang sama. Semoga kita pun bisa memperlakukan semua orang sama baiknya, amin :)
BalasHapusWah baca postingan Rindang jadi inget ada anak tetangga saya yang "maaf" agak kurang mampu. Anak itu punya benjolan yang semakin kesini semakin membesar, katanya sih tumor.. kasian, anaknya baru kelas 3 SD.. ey btw, semoga penyakitnya lekas diangkat ya dan pulih seperti sediakala
BalasHapusCepat sembuhh yah Mbakk... Semoga bukan tumor deh yah..
BalasHapusDuh emang yah petugas kadang menjengkelkan huhuhu.. Aku juga pernah dijutekin sama petugas BPJS huhuhu
Mbaa rindang semoga cepet sembuh yaaa
BalasHapusMbak Rindang semoga penyakitnya segera ketemu diagnosa pastinya dan segera diberikan kesembuhan ya mbak aamiin
BalasHapusSemoga cepet sembuh y mbak
BalasHapuscepet sembuh mba rindaaangg.
BalasHapuswaaahh ituuu petugasnya enaknya dijadiin perkedel mba, biar ada rasanya dikit :(
Semoga cepat sembuh mbak!
BalasHapusEmang kadang bete banget sama pelayanan rumah sakit. Udah lama, harus nunggu, ditambah perawatnya jutek atau gak ramah. Yang sabar ya mba.
Mba rindang. Semoga benjolannya lekas pergi ya. Huss husss huss..
BalasHapusSoal obat ini serung ya kita temukan dokter yang ga taat. Sebagai pasien makanya perly bangey teliti apalagi ketka diberi resep. Untung obatnya ga ada efek negatif ya mba.
Mba rindang yang semangat ya. Semoga yang terbaik untuk mba.
Ya ampun, Mbak. Cepet sembuh, ya. Aku juga kemaren minum yang belakang-nya mix-mix itu, lho. Kebetulan pernah ada infeksi saluran empedu. Aku belum pernah pake BPJS sih, cuma sekarang kalau sakit ya awalnya ke puskesmas dulu, yang murah. Baru setelahnya minta rujukan ke dokter lainnya, pake asuransi kantor. Heuheuheu
BalasHapusBpjs emang ngantrinya lama banget y mbK.. Semoga mbak rindang segera diangkat penyakitnya ya..
BalasHapusSemoga cepat sembuh ya mbak, syukurlah kalo bukan limfadenitis tb ya, soalnya pengobatannya lama
BalasHapusAstaga, Mbak Rindang. Cepat sembuh ya. Benjolannya seperti apa ya?
BalasHapusBtw, kerja di Lab? menangai sample apa? ada reagen yang karsinogenik?
Saya pernah ada kasus juga di leher, tapi bukan benjolan, melainkan lubang kecil. Jadi dari bawah leher saya keluar cairan terus. Kata dokter lubang itu ada sejak saya lahir. Tapi herannya lubang sekecil jarum tersebut brpengaruh dan tidak sakit. Efeknya hanya keluar cairan bening saja. Karena khawatir, orang tua saya memutuskan supaya saya dioperasi. Sekarang lubangnya sudah nggak ada, berganti jadi luka operasi seperti kena sabetan pisau di bawah leher.
BalasHapusBy the way, semoga lekas sembuh ya, Mbak. Semoga penyakitnya lekas pergi.
Kok bisa-bisanya dokter seperti itu... Menuliskan obat yang belum pernah diberikan...
BalasHapusLekas sembuh ya mbak... Semoga bukan penyakit yang membahayakan
Sebagai orang awam yang tidak mengerti apa apa ttg kesehatan. Saya hanya mau mendoakan semoga Dik Rindang segera disembuhkan penyakitnya, dimudahkan dalam pengobatannya sehingga bisa beraktivitas lagi tanpa rasa khawatir aaamiin ya robbal alamin
BalasHapussemoga cepat sembuh mbak.
BalasHapusteman sekantor saya ada yang begitu juga, tapi dia infeksi TB dan harus minum obat setiap hari selama 6 bulan.
sabar-sabar dalam prosesnya mbak, memang kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia sering mengecewakan.
Makanya lebih banyak yang milih ke luar berobat.
Jakup Ginting Sinusinga
Hai Rindang...
BalasHapusSemoga hasilnya yang terbaik ya... Semoga hanya bakteri yang tidak perlu dibedah, dan bisa melalui pengobatan dalam.
Dua orang terdekatku punya pengalaman serupa.
Bapakku, dulu pernah ada benjolan di leher yang cukup besar, tidak terasa sakit, dan ternyata itu mengarah ke kanker getah bening dan harus dikemo. Setelah kemo 6x sekarang akhirnya sembuh total.
Sahabatku, saat yg berdekatan juga ada benjolan di leher tapi lebih kecil mungkin sekitar 1-2 centi, dan terasa sakit, bikin dia demam, dan ternyata itu mengarah ke bakteri, cukup minum antibiotik beberapa hari akhirnya sembuh total.
Pokoknya, semua yang terbaik untukmu ya! :)
semoga cepat sembuh ya mba, mudah-mudahan semua proses pemeriksaanya juga berjalan lancar gak bikin gondok-gondok terus hehe.. syukur mba hasilnya ga ada gejala infeksi TB, aku pernah kena infeksi TB jg mba berat badan sampai turun 15kg alhamdulillah sekarang udah sembuh udah montok lagi wkwk, perjuangan banget dulu harus minum obat selama 6 bulan sekali minum 3-4 tablet gede banget hampir seukuruan jempol belum efek samping obatnya rambut rontok parah, haid berhenti beberapa bulan, sering tiba-tiba menggigil, bikin badan ngilu semua sampe gak bisa bangun dari tempat tidur, eh ini kok aku jadi ikutan curhat ya :D
BalasHapusWah.. Kalo saya mending gk minum obat wkwkw, krna obat jaman skrg udh aneh² byk campuran
BalasHapusSemoga cepat sembuh, Mbak.
BalasHapusHi mba rindang,
BalasHapussemoga lekas sembuh ya
memang benar apapun obat yang diasup oleh tubuh harus kita ketahui unsur nya.
Karena obat mengandung zat kimiawi.
Syafakillah ya mba.
Best,
KANDIDA
Hi mba rindang,
BalasHapussemoga lekas sembuh ya
memang benar apapun obat yang diasup oleh tubuh harus kita ketahui unsur nya.
Karena obat mengandung zat kimiawi.
Syafakillah ya mba.
Best,
KANDIDA
Hi mba rindang,
BalasHapussemoga lekas sembuh ya
memang benar apapun obat yang diasup oleh tubuh harus kita ketahui unsur nya.
Karena obat mengandung zat kimiawi.
Syafakillah ya mba.
Best,
KANDIDA
Semoga lekas sembuh yaa mba
BalasHapusSyafakillah.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSemoga cepet sembuh mbak..
BalasHapusSaya pun punya pengalaman perihal benjolan di tubuh, bedanya saya punya benjolan besar di lengan efek kebanyakan berlatih fisik dalam voli. Benjolan itu disebut Ganglion, tapi syukurlah kata dokter tidak bahaya, dan akan hilang dalam beberapa minggu kemudian. Dan ternyata benar-benar hilang, mungkin sangat disarankan untuk lebih banyak beristirahat mbak :)))
Waduh, emang nyebelin kalo dapet pelayanan yg seperti itu. Cepet sembuh ya Mbak Rindang.
BalasHapusSemoga cepet sembuh mbak..
BalasHapusSaya pun punya pengalaman perihal benjolan di tubuh, bedanya saya punya benjolan besar di lengan efek kebanyakan berlatih fisik dalam voli. Benjolan itu disebut Ganglion, tapi syukurlah kata dokter tidak bahaya, dan akan hilang dalam beberapa minggu kemudian. Dan ternyata benar-benar hilang, mungkin sangat disarankan untuk lebih banyak beristirahat mbak :)
Semoga cepet sembuh mbak..
BalasHapusSaya pun punya pengalaman perihal benjolan di tubuh, bedanya saya punya benjolan besar di lengan efek kebanyakan berlatih fisik dalam voli. Benjolan itu disebut Ganglion, tapi syukurlah kata dokter tidak bahaya, dan akan hilang dalam beberapa minggu kemudian. Dan ternyata benar-benar hilang, mungkin sangat disarankan untuk lebih banyak beristirahat mbak :)))
Semoga lekas sembuh mbak
ngeri ya ceritanya Mbak Rindang.
BalasHapuskalau sudah sembuh kabari ya, Mbak, karena aku mau tau lanjutan updatenya dari benjolan yang dialami mbak Rindang itu.
SEMOGA LEKAS SEMBUH MBAK! :)
Lekas sembuh, Mbak....
BalasHapusBtw, itu bukan gondongan kah? tp itu krn krg yodium sih.... smoga dpt pelayanan yg baik jg
paling kesel memang kalau nemuin mereka yang bekerja di ranah pelayanan publik tapi kerjanya asal dan nggak ada ramahnya gitu ya mbak.
BalasHapusBtw, semoga benjolannya cuma infeksi bakteri aja ya mbak, jadi nggak mesti dibedah segala :)
IG : perempuannovember
Semoga cpt sembuh ya mbakk...
BalasHapusBpjs emg udh rahasia umum pelayanannya kyk gitu. Yg sabar yaaa
Mbak Rindang semoga cepat sembuh ya mbak. Dan semoga ikhtiarnya juga diberikan kemudahan dan kelancaran :)
BalasHapusMasyaallah saya jadi sedih membacanya
BalasHapusSemoga mbak selalu diberi kekuatan dan cepat sembuh dari penyakitnya ya mbak. Pesan dari saya jangan terlalu dimasukin ke hati dulu omongan dari dokter. Serahkan saja semuanya ke Tuhan mbak ;)