Amuntai
adalah sebuah kota yang menjadi ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU),
Provinsi Kalimantan Selatan. Tanah yang mendominasi wilayah Amuntai adalah rawa
dan sungai sehingga jika hujan lebat sedikit saja, Amuntai akan mengalami
banjir.
Dengan
slogan “Amuntai Kota Bertakwa”, Amuntai memang masih terbilang religius jika
dibandingkan dengan kota besar lain di Kalimantan Selatan. Sebagai simbol
kereligiusan kota ini, terdapat sebuah masjid besar di tengah kota yang bernama
Masjid Raya At-Taqwa. Selain itu, adat budaya di Amuntai masih kental sehingga
kesan tradisional masih terasa ketika kita menjelajah kotanya. Mungkin pada
zaman dahulu kala, di sinilah salah satu daerah yang menjadi cikal bakal
peradaban Kalimantan Selatan. Terbukti dengan adanya sungai besar yang
melintasi Kota Amuntai, yang dulunya merupakan jalur utama transportasi.
Seperti halnya Kota Banjarmasin, dengan banyaknya sungai dan anak sungai yang
melintas di Kota Amuntai, maka jembatan pun banyak menghiasi hampir di seluruh
sudut kota. Salah satu jembatan terbesar di Amuntai adalah Jembatan Paliwara.
Jembatan Paliwara |
Ada
beberapa ciri khas yang hanya dimiliki oleh sebagian besar orang Amuntai, yaitu
logat yang berayun dan cadel saat bicara. Selain itu, konon watak dasar orang
Amuntai terkesan sedikit kasar terutama laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan
mereka senang berbicara keras, yang juga merupakan sifat Suku Banjar pada zaman
dahulu karena demografi penduduk yang tinggal berseberangan sungai. Sehingga
agar bisa terdengar lawan bicara di seberang sungai, maka saat berbicara harus
berteriak. Aku menjumpainya sendiri ketika kuliah dan bertemu dengan
teman-teman yang asalnya dari Amuntai. Meski begitu secara umum orang Amuntai
terkenal gigih dalam berjuang, sehingga ada banyak orang Amuntai yang sukses di
tanah perantauan. Sebutlah seorang dosen favoritku di Fakultas Pertanian, baru
saja beliau meraih gelar doktor dari universitas luar negeri dan sekarang
menetap di Kota Banjarbaru.
Masjid Agung Amuntai |
Kuliner
khas Amuntai adalah itik becabut tulang.
Itik atau bebek ini memang banyak diternakkan di salah satu daerah di Amuntai,
yaitu Kecamatan Alabio sehingga juga dikenal dengan sebutan Itik Alabio. Tempat
wisata terkenal di Amuntai adalah Candi Agung, yaitu salah satu situs Kerajaan
Banjar yang bukti-buktinya masih tersisa hingga sekarang. Beberapa tahun
belakangan, salah satu tempat wisata keluarga yang hits di Amuntai adalah Water
Boom Amuntai. Di depan water boomnya terdapat sebuah rumah makan dengan konsep
lesehan yang yang menunya enak banget. Nama rumah makannya adalah Lesehan
Melati, recomended deh bagi yang baru
pertama kali ke Amuntai.
Taman
kota adalah tempat bersantai yang paling ramai saat hari libur. Ada banyak
penjual makanan dan minuman disana. Kalau aku ke Amuntai biasanya nongkrong di
sini, sekadar beli pentol dan minum jus sembari melepas lelah atau sedang
mengulur waktu karena menunggu sesuatu. Dekat dengan area taman, terdapat Plaza
Amuntai yang menempati gedung kecil bertingkat tiga. Saat aku SD atau SMP,
plaza ini sempat hits dan menjadi tempat yang harus dikunjungi jika
berjalan-jalan ke Amuntai. Namun, ketika baru-baru ini aku ke sana sekitar
pertengahan tahun 2016, pengunjung yang datang ke sana tidak terlalu banyak
lagi. Hal ini mungkin karena isi plazanya tidak terlalu menarik, hanya berisi
toko-toko yang menjual berbagai macam barang. Persis seperti pasar. Khusus di lantai
3 terdapat arena bermain anak. Waktu aku ke sana aku hanya mampir ke sebuah
toko peralatan rumah dan membeli beberapa printilan serba 5000. Uniknya, ketika
membongkar barang belanjaan di rumah aku baru sadar bahwa printilan-printilan
yang kubeli tersebut berwarna hijau semuanya. Aih, green addict.
Hasil buruan |
Berbeda
dengan plaza yang berkonsep semi modern tersebut, aktivitas warga di pasar
tradisional Amuntai sangat ramai. Pasar tradisional berlantai dua tersebut
menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau.
Selain itu, ada banyak toko yang menjual jenis barang yang sama sehingga para
pembeli dapat memilih sesuai selera. Tak heran, pasar tradisional Amuntai ini
terkenal ke seantero Kalimantan Selatan.
Demikianlah,
reviewku mengenai Kota Amuntai. Kota yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan
dari rumahku ini memang mempunyai berbagai macam hal yang menarik untuk
diketahui.
Penasaran sama rasa itik becabut tulang mbaak. . Lucu namanya. . Wkwkwkw
BalasHapuswow, jadi penasaran, aku selalu suak dengan hal yanga da di luar jawa, mau tahu tentang budaya, seni dan kebiasaan warganya
BalasHapusHehe, itu bahasa Banjar Mbak Lucky, artinya itik tanpa tulang.
BalasHapusAyo, traveling ke sini Mbak Tira. Saya akan dengan senang hati menjadi guide ;)
BalasHapusjadi pengen nyobain itiknya :D
BalasHapusAyo, ke Amuntai Mas.
BalasHapus