Sebagai
orang yang tinggal di kota kecil, waktu liburan pasti kumanfaatkan untuk
berjalan-jalan di kota besar. Seperti yang aku dan suamiku lakukan pada tanggal
12 Desember lalu yang bertepatan dengan Hari Senin dan tanggal merah karena ada
peringatan Maulid Nabi SAW. Sejak hari minggu siang kami sudah berangkat ke Banjarmasin
menggunakan sepeda motor. Sampai di Banjarmasin waktu sudah menunjukkan jam 5
sore. Agenda kami pertama kali adalah ke daerah Pelambuan, tepatnya ke Dermaga
Banjarraya. Ceritanya mau melihat sunset, tapi suami juga sekalian mau
bernostalgia di sana karena ia pernah merantau ke daerah ini setelah lulus SMP.
Dermaga
Banjarraya saat itu sedang ramai oleh orang-orang yang ingin menyeberang ke Kecamatan
Tamban, Kabupaten Barito Kuala. Suamiku bilang, begitulah kegiatan mereka
setiap hari. Pulang pergi Banjarmasin – Tamban untuk bekerja. Terlihat feri masih
menunggu muatan penuh baru berangkat. Di sebelah feri, terdapat sebuah kapal
besar dengan tujuan Buntok, Kalimantan Tengah. Sepertinya kapal ini tidak
terlalu diminati lagi karena akses jalur darat dari Kalsel ke Kalteng sudah
bagus. Dari kejauhan terlihat pelabuhan Trisakti yang sibuk dengan aktivitas
kapal yang singgah dan bertolak menuju pulau-pulau di seberang.
Puas
menikmati suasana di dermaga, kami ke Masjid Raya Sabilal Muhtadin untuk
mengerjakan shalat maghrib dan isya. Masjid ini persis di tengah kota dan berseberangan
dengan Siring Pierrre Tendean. Setelah menunaikan kewajiban, kami kembali
berpelesir ke siring. Kami ke tempat dimana Patung Bekantan berdiri. Ternyata ada
banyak orang juga yang sedang berkunjung ke sana. Selain berfoto-foto di ikon
Kota Banjarmasin tersebut, para pengunjung juga ada yang naik kapal untuk susur
sungai. Susur sungai malam-malam? Sepertinya asyik juga. Oya, waktu kami kesana
pancuran air dari mulut bekantannya sedang diaktifkan sehingga jika berdiri
terlalu dekat dengan patungnya bisa basah karena cipratannya.
Sebenarnya,
ada satu titik lagi yang ingin kukunjungi yaitu Tugu Nol KM Banjarmasin yang
mulai hits di instagram. Sayang, malam itu kami tidak menemukan keberadaannya.
Jadilah dari siring kami langsung menuju mall terbesar di Kalimantan Selatan,
Duta Mall. Kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam di sana untuk mengunjungi
Gramedia, Eiger Shop, Matahari, dan Hypermart.
Pagi
Senin, 12 Desember tujuan pertama kali adalah Makam Sultan Suriansyah. Kami pun
meluncur ke daerah Kuin. Ternyata ada acara maulid nabi di Masjid Jami
Banjarmasin yang akan kami lewati, sehingga lalu lintas dialihkan lewat jalan
pintas. Aku dan suami tidak terlalu hafal jalan, kami tersesat dan malah sampai
di tujuan yang sebenarnya akan kami kunjungi nanti, yaitu Museum Wasaka. Karena
kami datang terlalu pagi jadi museumnya belum buka. Jadilah kami hanya dapat
menikmati arsitektur museum bagian luar dan taman di bagian belakang halaman. Bonusnya,
kami juga mendapatkan pemandangan Sungai Martapura yang terdapat di bagian
depan museum dan tepat di bawah Jembatan Banua Hanyar.
Setelah
puas memanjakan mata di sana, kami kembali menuju Desa Kuin dan jalan masih
dialihkan. Kali ini kami berputar-putar sekitar setengah jam hingga menemukan
jalan pintas yang tepat. Ketika kami bertemu kemacetan barulah kami yakin bahwa
kami berada di jalur yang tepat. Setelah setengah jam berjibaku dengan
kemacetan di gang sempit tepi Sungai Martapura, kami akhirnya keluar di pasar
tradisional yang becek dan penuh sesak manusia.
Dari
daerah Pasar Lama tersebut kami kembali melewati siring. Saat itulah aku
melihat Tugu Nol KM yang kucari malam sebelumnya. Mampirlah kami di sana. Sayang,
hasil foto saat siang tidak sebagus saat malam karena tidak ada efek lampu di
tulisannya seperti yang sebelumnya pernah kulihat di instagram. Kawasan di
sekitar tugu ini dikelilingi oleh seng karena masih dalam proses renovasi,
pantas saja aku tidak menemukan destinasi ini saat malam. Seng-seng tersebut
menyembunyikan keberadaan tugunya.
Hari
semakin meninggi. Kami akhirnya sampai di Desa Kuin Utara tempat makam dan
masjid sultan berada. Di Jembatan Putih, kami kembali dihadapkan oleh kemacetan
parah. Ternyata penyebabnya adalah perayaan maulid yang diadakan di makam,
lokasi makam memang cukup dekat dengan jembatan tersebut. Kami pun mampir di
makam dan mengikuti perayaan maulid. Kami juga sebenarnya ingin mampir ke Museum
Sultan Suriansyah yang terletak di samping makam, tapi tidak bisa karena sedang
digunakan sebagai tempat ibu-ibu menyiapkan hidangan.Destinasi selanjutnya adalah
Masjid Sultan Suriansyah yang berjarak sekitar 1 KM dari makam. Kami menyaksikan
acara Baayun Maulid di sana. Itu adalah destinasi terakhir kami saat travelling di Banjarmasin kemarin
sebelum kembali ke hotel dan pulang ke rumah.
Makam Sultan Suriansyah |
Baayun Maulid |
Begitulah
pengalaman liburanku di Banjarmasin. Selain menyukai wisata alam, seperti ke gunung, air terjun, atau pantai, kami juga suka
berjalan-jalan di kota seperti ini. Menikmati hiruk pikuk sebuah kota, lalu
lalang di keramaian, dan mengamati sosial
culture di sana. Terutama ketika ada event seperti perayaan maulid nabi
seperti kemarin. Selain bisa melihat tempat baru aku juga bisa menyaksikan
langsung adat budaya yang terjadi di sana.
Rencana
liburan kami selanjutnya adalah ke Kota Pontianak. Pada tanggal 21-23 Maret
yang akan datang karena akan ada momen Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa.
Fenomena ini tidak bisa disaksikan di kota-kota lainnya. Keunikan fenomena ini
antara lain adalah bayangan benda persis dengan bendanya sehingga seakan
menghilang dan telur bisa berdiri dengan tegak. Wow banget kan? Selain itu
menurut bloggers dari Pontianak pada
event tersebut biasanya diadakan semacam pertunjukkan seni khusus bagi
wisatawan yang menyaksikan kulminasi. Jadi ngiler banget deh aku ke sana.
Makanya
dari sekarang aku dan suami sudah mulai menabung untuk biaya travelling ke sana. Selain itu aku juga mulai
mengunjungi website tempat booking hotel dan googling tempat wisata yang ada di sekitar Kota Pontianak agar wisatanya di sana bisa
maksimal. Oya, kemarin aku sudah buka websitenya HIS Travel Indonesia dan aku menemukan paket wisata domestik yang cocok sekali dengan kebutuhan travellingku. Bisa banget nih buat liburan di dalam negeri.
Eh,
tapi kenapa harus liburan di Indonesia sih?
Pertama, budget lebih terjangkau. Kedua, waktu bisa lebih sebentar. Jadi tidak
perlu lama izin di tempat kerja. Ketiga, kita bisa lebih mengenal bangsa kita
sendiri yang ternyata sangat beragam budayanya. Setidaknya jika kita ke luar
negeri pas orang bule nanya, kita juga bisa menjelaskan keunggulan pariwisata
kita ke mereka.
Waktu aku ke Banjarmasin bulan Mei kemarin, sempat ngunjungin Pulau Kembang doang, trus banyakan jalan-jalan ke luar kotanya :D Pas mau mampir ke Patung Bekantan, sudah malam, eh, banyak cabe-cabean, gak jadi berhenti :D Alhasil, banyakan wisata kulinernya. Ke Pondok Bahari (kalau gak salah sih itu nama tempatnya). Ke Soto Banjar Bang Amat aja nggak sempat. Untung waktu ke Banjarmasin Desember 2015 sempat makan di sana :)
BalasHapusPulau Kembang, Patung Bekantan, dan Soto Banjar Bang Amaat memang icon wajib wisata di Bjm. Meski sebenarnya ada masih banyak destinasi lain yg masih belum populer.
Hapusitu yg titik 0 km sebelah mana mbak, kok waktu aku ke banjarmasih gak ada sih???
BalasHapusDi depan kantor gubernur, Mbak. Dulu memang nggak terlalu menarik perhatian karena bentuknya hanya tugu. Sekarang sudah mulai cantik karena direnovasi.
Hapuswah, ternyata tulisan ini untuk lomba.
BalasHapusoke gpp.. btw ulun orang Banjarmasin jua.. hhehe
Kalau dari bandara syamsudin banjarbaru naik apa ya, ada bus atau travel kah?
BalasHapusSetahu saya belum ada angkutan umum Mbak, hanya ada taksi bandara.
Hapus