Dear, Tidore.
Salam kenal, aku Rindang. Seorang bloger
yang lahir, tumbuh dan berkembang serta kembali mengabdi di Kalimantan.
Tepatnya di Barabai, Kalimantan Selatan. Jejak langkahku ke luar pulau hanya sesekali.
Itu pun sekadar ke Pulau Jawa dan Bali.
Indonesia terlalu sempit jika hanya menjelajah Jawa dan Bali. Pulau-pulau kecil sepertimu -Pulau Tidore di bagian timur Indonesia pun sebenarnya harus dieksplor untuk menyelami wajah Indonesia yang sesungguhnya. Ya, karena kamu adalah bagian dari Nusantara. Tidore ada untuk Indonesia, untuk memperkokoh julukan Negara Kepulauan yang diberikan kepada negeri kita tercinta. Tak salah jika sekarang gaung 'Visit Tidore Island' mulai terdengar jelas di dunia maya. Hal ini karena pulaumu memang layak untuk dikunjungi dan dinikmati.
Pulau Tidore. Sumber : www.octaviana8.blogspot.co.id |
Terus terang aku mengenal dirimu
baru-baru ini. Dari postingan
beberapa teman di blog mereka. Namamu cukup asing di telinga meski
sebelumnya aku sudah pernah mendengarnya. Mungkin ini karena aku tak pernah
bersentuhan langsung denganmu sehingga tak memiliki kesan tentangmu.
Sekarang izinkanlah aku memperkenalkan
diri dan mengenal dirimu. Sebagai penghuni Pulau Kalimantan yang luasnya semena-mena (bahkan melingkupi 3 negara) aku menjadi penasaran dengan kehidupan
masyarakat Tidore yang hanya berada di satu pulau kecil jika dibandingkan
dengan Kalimantan.
Secara geografis pulaumu sama dengan
Pulau Laut di Kabupaten Kotabaru di provinsiku. Ya, pulau kecil ini berada
di laut bagian selatan Provinsi Kalimantan Selatan. Masyarakat di pulau tersebut harus
menyeberangi lautan untuk mencapai ibukota provinsi yaitu Banjarmasin. Mungkin seperti itu jugalah yang dialami
oleh penduduk di Pulau Tidore yang harus menyeberangi samudera jika ingin menuju Ternate sebagai pusat pemerintahan di Provinsi Maluku Utara.
Perbedaan geografis antara Tidore dan Kalimantan juga membuat pengalaman berbeda bagi penduduknya. Bagiku yang tinggal di pedalaman Kalimantan, aku harus menempuh perjalanan sekitar 7-8 jam untuk mencapai pantai
terdekat dari rumahku. Berbeda dengan para penduduk yang tinggal di pulau kecil seperti Tidore, bertemu pantai mungkin adalah hal yang biasa dan mudah dijangkau. Bahkan bagi yang bermukim di pusat kota.
Aku pernah membaca blog seorang teman,
katanya Pantai Cobo adalah salah satu pantai yang wajib dikunjungi ketika di Tidore. Jaraknya 'hanya' 35 km dari pusat kota. Baiklah, aku
berjanji jika aku ke sana. Aku akan mampir ke sana untuk menikmati pasir putih dan
lautnya.
Selain pantai yang merupakan titik
terdekat dengan laut, aku pun tertarik dengan Gunung Kie Matubu yang merupakan titik
tertinggi di pulau Tidore. Meski hanya berada di ketinggian 1730 mdpl, lebih rendah jika dibandingkan dengan Puncak Halau-halau (1901 mdpl), salah satu puncak di jejeran Pegunungan Meratus yang terdekat dari rumahku.
Aku pasti akan senang sekali jika bisa
mendaki ke sana dan mendapatkan bonus pemandangan berupa lautan, Pulau Maitara,
gugusan Pulau Halmahera, Kota Ternate dan bahkan Kota Tidore sendiri yang jika
malam hari seperti ribuan bintang yang berkelip dari bawah. Subhanallah, indahnya.
Selama ini, jika aku naik gunung di Kalimantan, tepatnya di sekitar tempat tinggalku, aku belum pernah menikmati view seperti itu. Sebagian besar pemandangan yang kulihat adalah hijaunya hutan Kalimantan yang masih tersisa. Jarang kudapatkan pemandangan lautan dari puncak gunung. Kecuali aku pernah menikmati pemàndangan gugusan pulau dari Bukit Batas di Kab. Banjar. Meskipun itu bukan di laut tapi di Waduk Riam Kanan. Benar, aku belum pernah mendaki gunung yang terletak di dekat laut.
Gunung yang juga akrab disebut sebagai Gunung Tidore ini juga menjadi background tunggal dari setiap tempat di Pulau Tidore. Aku sudah stalking banyak foto tentang tempat-tempat iconic di Tidore. Ternyata latar Gunung Kie Matubu tak pernah alpa menjadi latar yang membuat apik pemandangan di bawah langit Tidore.
Bukan hanya puncak dan pemandangan dari atasnya yang membuat gunung ini seperti magnet bagiku. Namun, sebuah desa di lembah gunung ini juga mengusik rasa penasaranku untuk berkunjung ke sana. Desa Gurabunga, sebuah desa terpencil di kaki Gunung Tidore. Di dekat tempat tinggalku desa ini mungkin mirip dengan Desa Juhu yang merupakan desa terakhir sebelum mencapai Puncak Halau-halau.
Kedua desa ini memiliki kemiripan yaitu terisolir namun penduduknya masih betah tinggal di sana dengan berbagai keterbatasan. Aku tidak heran mengapa mereka jauh lebih memilih tinggal di desa daripada di kota yang menawarkan segala bentuk kemudahan. Selain faktor keturunan, mereka juga pasti memilih karena ketenangan hati yang bisa dengan mudah didapat jika menyatu dengan alam.
Selain kearifan lokal penduduk Desa Gurabunga, aku pun ingin menyaksikan langsung kekayaan alam Tidore yang membuat Bangsa Portugis ingin menjajahmu di masa lalu. Ya, kebun rempah-rempah. Itu tujuanku. Katanya aku bisa dengan mudah menjumpai pepohonan cengkeh dan pala di sekitar desa tersebut. Pemandangan seperti itu jelas tak akan bisa kujumpai dengan mudah di tanah Kalimantan. Beruntung, Indonesia sekarang masih memilikimu sebagai penghasil bumbu-bumbu alami ini.
Kedua desa ini memiliki kemiripan yaitu terisolir namun penduduknya masih betah tinggal di sana dengan berbagai keterbatasan. Aku tidak heran mengapa mereka jauh lebih memilih tinggal di desa daripada di kota yang menawarkan segala bentuk kemudahan. Selain faktor keturunan, mereka juga pasti memilih karena ketenangan hati yang bisa dengan mudah didapat jika menyatu dengan alam.
Desa Gurabunga dari Puncak Gunung Kie Matubu. Sumber : www.ilhamarch.blogspot.co.id |
Selain kearifan lokal penduduk Desa Gurabunga, aku pun ingin menyaksikan langsung kekayaan alam Tidore yang membuat Bangsa Portugis ingin menjajahmu di masa lalu. Ya, kebun rempah-rempah. Itu tujuanku. Katanya aku bisa dengan mudah menjumpai pepohonan cengkeh dan pala di sekitar desa tersebut. Pemandangan seperti itu jelas tak akan bisa kujumpai dengan mudah di tanah Kalimantan. Beruntung, Indonesia sekarang masih memilikimu sebagai penghasil bumbu-bumbu alami ini.
Ngomong-ngomong tentang Bangsa Portugis
ternyata peninggalan mereka masih ada di pulaumu. Yaitu berupa benteng perang
yang masih kokoh berdiri hingga sekarang. Subhanallah keren sekali ya.
Setidaknya aku harus berkunjung ke salah satu benteng dari dua benteng yang ada di Tidore, yaitu Benteng Torre dan Benteng Tahula. Pasti aku akan senang sekali bisa berwisata sejarah ditemani seorang pemandu yang menguasai sejarah tentang seluk beluk perang melawan Portugis. Tentu akan menjadi cerita yang menarik bagiku karena di Kalimantan aku lebih sering mendengar cerita penjajahan dari Bangsa Belanda dan Jepang saja.
Setelah puas menyusuri wisata alam dan sejarahnya, aku tak akan lupa untuk menjelajah kota dan pusat
pemerintahan di Pulau Tidore. Ini juga menarik, karena berdasarkan hasil stalkingku, Tidore masih menerapkan sistem kesultanan. Sebuah bentuk pemerintahan yang langka di abad modern seperti sekarang. Meski di tanahku berasal bentuk kesultanan juga pernah ada, yaitu di Kerajaan Banjar. Namun, sekarang hanya tinggal gelar tanpa silsilah. Gelar Sultan dan Permaisuri hanya sekadar disematkan kepada petinggi tanpa esensi. Aku tak akan lupa, untuk bertandang ke Istana Sultan Tidore yang memang dibuka untuk umum. Pastinya menyenangkan dapat menelusuri pusat pemerintahan nan Islami di pulau rempah-rempah ini.
Demikianlah Tidore, sebuah surat dariku anak Kalimantan yang ingin mengenalmu lebih jauh. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu dan menjejakkan kaki di tempat-tempat yang paling kuingini di atas. Sampai jumpa di waktu yang tepat.
Demikianlah Tidore, sebuah surat dariku anak Kalimantan yang ingin mengenalmu lebih jauh. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu dan menjejakkan kaki di tempat-tempat yang paling kuingini di atas. Sampai jumpa di waktu yang tepat.
Wah pengen sekali berkunjung ke Tidore. Penasaran dengan Kota yang kaya akan rempah rempah yang banyak diperebutkan bangsa bangsa Eropa karena karena nilai jualnya yang sangat tinggi. Selain itu juga banyak pantai pantainya yang keren sekali ^_^
BalasHapusBenar. Visit Tidore, yuk 😊
Hapussaya mbak dewi di samarindah
HapusIni Kisah Cerita Saya yang benar2 terjadi (asli) bukan rekayasa
Saya sudah sangat lama bermain togel dan saya belum pernah merasakan
Kemenangan, karana saya selalu menggunakan prediksi atau rumusan tangan manusia
Jadi saya sudah kapok untuk menggunakan prediksi atau rumusan manusia lagi,
karna itupun selalu meleset , Jadi saya putuskan untuk coba2 buka internet dan akhirnya saya dapatnomor( AKI JOYO MALIK 085211977346 di internet.
Status beliau adalah paranormal sakti atau biasa di panggil dengan dukun togel.
Jadi saya langsung hubungi( KI JOYO MALIK dan meminta angka hasil ritual/Ghoib untuk putaran
Singapore. Awalnya saya Cuma meminta angka togel 2D, Karna baru kali ini saya meminta angka togel hasil ritual, dan saat itu saya masih ragu2 untuk mengirim mahar/pembelian peralatan ritual, di saat itulah saya berpikir unutuk memutuskan melaksanakan semua permintaan dari (AKI JOYO MALIK) karna saya sadar bahwa kalau ingin sukses/kaya membutuhkan kerja Keras dan pengorbanan,
dan akhirnya angka ritual yang di berikan mbah yaitu 2D (42)
Saya Cuma Coba2 pasang 200 ribu dulu. alhamdulillah saya menang 12 juta.
Dan ke esokan harinya saya meminta angka Ritual yang 4D ke mbah lagi, karena saya sudah sangat percaya dan yakin kepada mbah ,Untuk memasang yang Angka 4D yaitu (1737) saya pasang 300 ribu dan alhamdulillah akhirnya saya menang lagi 450 Juta…
Dan Saya Sangat Ber Terimah Kasih Kepada AKI Berkat Bantuan AKI saya bisa melunasi
Utang2 saya yang ada di bank dan akhirnya saya pun juga bisa buka usaha sendiri yaitu buka restoran. Dan saya juga berencana beli tanah kapling, dan bukan Cuma itu aja AKI JOYOMALIK.
sekali lagi terimah kasih. Karna rasa Hati yang gembira saya cantumkan nomor hp
AKI di internet, dan saya pun juga mengajat seluruh teman2 saya yang pecinta togel
untuk berkonsultasi sama AKI JOYO MALIK.. yang sering kalah bermain togel,
Silahkan HBG nomor 085 211 977 346 AKI JOYO MALIK
(-Terimah kasih Room nya temen2-)
Wah kak, jadi pengen kesana :')
BalasHapusKuy lah Mbak 😁
Hapus