Alhamdulillah, kita bisa bertemu
kembali dengan Ramadhan tahun ini. Senang, karena kesempatan untuk lebih banyak
beribadah kepada-Nya datang lagi. Senang juga karena suasana Ramadhan yang tidak
selamanya ada di sepanjang tahun akhirnya tiba hingga 30 hari ke depan.
Di beberapa daerah, ada tradisi untuk
menyambut atau merayakan bulan puasa. Hal serupa juga ada di kota kecilku,
Barabai. Namun, banyak di antaranya juga menjadi tradisi di daerah-daerah lain seperti
semarak petasan dan pasar Ramadhan. Meski begitu, ada 2 tradisi yang sepertinya
hanya ada di Kalimantan Selatan, khususnya Barabai, mengingat namanya dalam
Bahasa Banjar. Kecuali, di daerah lain ada tradisi serupa dengan nama yang
berbeda.
1.
Bagarakan Sahur
Bagarakan sahur adalah kegiatan membangunkan orang-orang untuk bersahur.
Bentuk kegiatannya berbeda-beda di setiap kampung. Di kampungku sendiri,
biasanya bagarakan sahur ini diikuti oleh para pemuda dan anak laki-laki.
Mereka berjalan dari ujung kampung ke ujung kampung lainnya pada dini hari dengan
membawa alat-alat yang berbunyi sambil berteriak ‘sahur, sahur!’.
Kegiatan ini cukup ampuh membangunkan orang-orang yang
masih terlelap untuk segera bersahur. Dibandingkan dengan program bagarakan sahur di masjid yang biasanya
dilakukan oleh kaum (marbot),
kegiatan bagarakan sahur di jalan ini
cukup memekakkan telinga.
Pernah di suatu Ramadhan aku menginap di rumah saudara di
Banjarmasin, pada saat sahur tak ada kegiatan bagarakan sahur baik di masjid atau pun di jalanan komplek. Kata
saudara yang tinggal di sana sih, hal ini karena di dalam komplek tersebut
tidak semua penghuninya beragama Islam, sehingga kegiatan bagarakan sahur ditiadakan untuk menoleransi penganut agama lain
agar tidur mereka tidak terganggu.
2.
Malam Salikur
Malam salikur adalah malam ke-21 di bulan Ramadhan. Malam
ini dianggap istimewa karena merupakan awal dari 10 malam ganjil terakhir di
bulan Ramadhan waktu diturunkannya lailatul
qadar. Salah satu bentuk pengistimewaan malam ini biasanya para penduduk di
kampungku menyalakan api kecil di halaman rumah, menggunakan obor atau lilin.
Selain itu, ada kecenderungan pasangan muda-mudi menikah
pada malam salikur ini. Meski tidak dirayakan secara mewah, namun tren menikah
di malam salikur adalah hal yang sakral. Biasanya acara dilaksanakan di rumah
mempelai perempuan setelah tarawih atau rombongan pengantin beramai-ramai ke
KUA.
Pawai tanglong adalah tradisi merayakan Ramadhan di Kota
Barabai. Biasanya juga diadakan pada malam salikur. Bentuk acara ini berupa
pawai atau festival arak-arakan kelompok pemuda masjid atau karang taruna
dengan berbagai macam hiasan di atas kendaraan yang mereka gunakan. Jalur pawai
meliputi jalan utama kota dan berpusat di lapangan kebanggaan warga Barabai,
Dwiwarna. Pesta kembang api juga menjadi bagian dari kemeriahan acara pawai
tanglong ini.
Nah, begitulah beberapa tradisi yang ada di kotaku saat Ramadhan. Bagaimana dengan tradisi yang ada di kota kalian, readers? Silakan sharing di kolom komentar ya.
Artikel Terkait :
Ramadhan Cake Fair
Nostalgia Ramadhan
Petasan Oh Petasan
Pesantren Kilat
Ramadhan Rindang
Kyak... di desa ku sekarang jarang banget terdengar suara Sahur-sahur yg dikomandani beberapa warga dan anak laki2. Dulu pernah, dan emang ampuh kok bangunin tidur, hhehehee
BalasHapusKalau di Jawa bahasanya "selikur" mirip ya bahasanya? hehe
BalasHapusKalau di kampungku di Sby sana ramainya pas malam 17 Ramadhan yang dipercaya sbg malam turunnya Al Quran gtu mbak. Biasanya ada tradisi bawa makanan ke mushola.
Di kampung suami, Kertosono, dah jarang banget ada yang bangunkan sahur seperti ini
BalasHapusEntah karena anak-anak semakin sibuk sama gadget apa gimana
Bagarakan sahur di tempatku biasanya juga ada Kak. Sekitar jam 2-an gitu (kepagian sih menurutku. Haha). Arakan bedug keliling gitu.
BalasHapusCuma kok tahun ini aku belum denger, entah aku yang ga kebangun atau memang ga ada tahun ini. Emm, mungkin belum dimulai karena cuaca yang ga menentu.
Senang ya kalau masih ada tradisi-tradisi gitu. Aku karena dari dulu di kota besar enggak pernah ngerasain yang namanya tradisi ramadhan, ada juga sahur on the road palingan.
BalasHapusKalau membangunkan saat sahur di Jogja juga masih ada mba.. tapi kalau di Jakarta selama 3 hari ini gak terdengar sih di sekitar kost saya hehe
BalasHapusWah tradisinya uniknya. Ditempatku udah gak ada kaya gitu semua berjalan biasa aja bangun masing aja.
BalasHapusditempatku pun dulu ada yg seperti ini, tapi skrng udh nggak ada lagi
BalasHapuskayaknya gw familiar soal malam slikur, wkt dl pantes koq ada yg menikah stlh tarawih. ga nunggu setelah kebaran aja pikir gw. oh jadi tau.
BalasHapusarak2kan keliling kampung membangunkan sahur
klo di Pontianak ada festival obor, keriang bandong sama meriam karbit. semuanya dilakukan saat ramadhan
BalasHapusDi kotaku yg ada cuma 'warning' sahur dari masjid. Soalnya kalo jalan-jalan dan bangunin dr rumah ke rumah, makan waktu banyak ya hihi.
BalasHapusDi daerah saya, tradisi membangunkan di saat saur juga tidak ada lagi. Mungkin karena takut mengganggu warga lain ya...
BalasHapusWeh, tempatku Jogja dah tak ada yang keliling bangunkan sahur sahur..., nice article
BalasHapuswew, barabai?
BalasHapusnama kota di Kalimantan itu unik2 dan keren2, hehehe
ya mungkin saya jarang tau kali yaa
suara kentongan beranekan nada itu memang selalu dirindukan, menunjukkan bahwa ada rasa bahagia saat menyambut sahur
Kalo tradisi di kampung saya sih biasanya pas bulan puasa itu.. tiap pagi sebelum subuh pada ramai2 makan pagi, terus siangnya mereka tidak makan... :D
BalasHapusNikah di malam ke 21 ramadhan, baru denger nih tradisi ini. Kalau remaja-remaja pria bangunin orang sahur ini di kampung saya juga ada. Cuma sekarang mereka nggak jalan, melainkann naik sepeda motor hehhehee
BalasHapuswah di sini udah jarang banget yg bangunin sahur, adanya pake weker.. udah ga ada lg anak anak keliling komplek buat bangunin sahur
BalasHapusbtw di palembang jg ada istilah malam salikur, tp aku lupa, sama ga ya dgn yg di barabai
Disini juga sama mba tiap sahur pasti ada yang jalan bilang " sahur sahur sahur" sambil membunyikan beduk atau kentongan
BalasHapusTradisidi ini sepertinya hampir disetiap pelosok negeri ada ya... tapi kalau di tempatku udah mulai enggak dipake tuh.. soalnya bukan apa-apa banyak yang merasa terganggu katanya. padahal saya sih jutru seneng, sahur jadi seru gituu
BalasHapusTradisi seperti ini yang harus dipertahankan. Makin kerasa keakrabannya.
BalasHapusDan sebenarnya, beginilah kehidupan manusia. Yang tidak bisa hidup sendiri dan senantiasa bersosialisasi dengan lingkungannya.
Tradisi Ramadhan di Jawa banyak banget, Rindang.
Termasuk membangunkan orang untuk sahur itu....seru banget!
Anakku jadi bisa belajar shaum karena lingkungannya sangat gegap gempita menyabut Ramadhan.