Hai, semuanya ...
Lama gak posting. Lama gak nulis review buku. Lama gak baca. Lama gak nyemplung di dunia baca tulis lagi bikin aku kangen. Jadi, sekarang aku mau posting review novel lama yang kupinjam dari perpustakaan kotaku.
Kebanyakan kerjaan di dunia nyata (alasan) membuatku hampir lupa bagaimana asyiknya membaca sambil goler-goleran seperti dulu. Kebanyakan pengantar, nih. Yuk, langsung review novelnya.
Judul novel yang kubaca kali ini adalah Heart of Thunder. Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, ini novel terbitan lama dan setting waktu yang digunakan penulis pun jauh kembali ke masa lalu. Aku berasa terbawa ke abad 18 di mana saat itu, di Benua Amerika sedang terjadi demam emas. Saat di mana alat transportasi utama adalah kuda dan kereta kuda, sehingga untuk perjalanan jauh memerlukan waktu berbulan-bulan. Kondisi padang pasir di Amerika yang menjadi setting tempat di novel ini pun membayang di khayalanku, betapa kosong tanpa gedung bertingkat seperti sekarang.
Novel ini bercerita tentang dua orang yang sama-sama keras kepala dan gengsi mengakui bahwa mereka saling jatuh cinta. Konflik utama dalam novel ini adalah usaha Hank Chevez untuk mendapatkan kembali rumah dan tanah milik keluarganya yang dirampas oleh pemerintah Meksiko. Namun, ternyata tanah tersebut sudah dibeli oleh ayah Samantha Kingsley -tokoh perempuan utama dalam novel ini. Dari sanalah interaksi antara Hank dan Samantha bermula. Kebencian di antara keduanya membuat rumit perasaan cinta yang mulai tumbuh.
Meski terlihat ringan, tapi menurutku tema
yang diangkat dalam novel ini cukup sadis -yaitu usaha untuk
mengambil/mempertahankan hak dengan berbagai macam cara. Entah karena memang
kultur zaman dahulu yang memang penuh kekerasaan atau penulis memang sengaja
mengangkatnya agar menjadi alasan yang memperkuat setiap langkah yang diambil
tokoh-tokoh utama.
Plot cerita dalam novel ini apik dan natural. Tak heran, karena penulisnya adalah Johanna Lindsey, The #1 New York Times Bestselling Author. Menurutku, ia piawai sekali menulis novel bergenre fiction historical romance ini. Terdapat dua sesi utama dalam novel ini, yaitu perkenalan dan konflik tokoh di Meksiko dan proses penyelesaian konflik yang dimulai dengan pelarian diri Samantha ke Inggris. Kedua sesi utama tersebut terjalin dengan rapi sehingga membentuk plot yang bagusnya juara.
Karakterisasi kedua tokoh utama sangat
kuat sehingga mengendalikan jalan cerita di keseluruhan cerita. Meskipun
sama-sama keras kepala, tapi emosi yang berasal dari hati juga kadang
mempengaruhi keputusan pasangan ini. Penggambaran karakter yang mampu
mengungkapkan apa yang ada di kepala masing-masing tokoh membuat cerita dalam
novel ini terasa nyata.
Judul: Heart of Thunder (Cinta yang Tersisa)
Penulis: Johanna Lindsey
Penerbit: Dastan Book
Tahun terbit:2011
|
Di balik 'kesempurnaan' novel ini, ada
beberapa kesalahan ketik nama yang kutemukan pada versi terjemahan ini.
Misalnya pada halaman 308. Tertulis, "Aku memaksa. Dan itu alasan yang
cukup bukan?" Samantha menyeringai. Seharusnya yang menyeringai adalah
Hank pada konteks pembicaraan tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadi favoritku
dalam novel ini. Salah satunya adalah ungkapan-ungkapan Bahasa Spanyol, yang
terlihat cantik dibaca. Seperti kata Gatita, Dios Mio, Querida,
dan Amigo.
Aku juga suka scene di halaman 377 saat
Hank tidak percaya pada penjelasan Lorenzo betapa Samantha mengkhawatirkannya,
bahwa Hank sangat berarti bagi Samantha. Hank hanya bisa berkata,
"Sialan!" Bukan karena ia merasa Samantha mengasihaninya tapi karena
ia akhirnya menyadari bahwa binar cinta yang sama juga tumbuh di hatinya.
Bagian lain yang juga menjadi
favoritku adalah ketika akhirnya Samantha mengkonfrontasi Hank di halaman 465
dan keduanya berbicara panjang lebar mengenai perasaan gila merek. Hingga
mereka akhirnya memutuskan untuk hidup bersama.
Ya, novel dengan tebal 476 halaman ini memiliki pesan jika cinta mampu mengalahkan ego, keras kepala, dan gengsi sepasang kekasih. Pikiran negatif juga perlu disingkirkan sebelum mempengaruhi keputusan atau menjadi sesal karena ternyata kenyataannya berbeda. Dan yang terpenting, kalau cinta ya bilang saja. ^^
wow hebat bisa selesai baca novel 400 halaman lebih. Novel history termasuk yang jarang kubaca sih, kalo film aku suka. Tapi kapan2 coba deh baca novel romance historical, thanks ya mbak reviewnya
BalasHapusSama-sama, Mbak Dian.
HapusSeru kayaknya deh..apalagi kisahnya rumit..tapi tetap ada kisah percintaan yang menyelip..
BalasHapusJadi kisahnya gak tegang terus ya..
Iya, cinta dalam suasana genting memang seru.
Hapusabad 18 dipikiranku Amerika masih jaman koboy, walaupun sama sekali gak yakin koboy itu ada di jaman apa di Amerika.
BalasHapusapalagi demam emas, imajinasiku selalu rampok merampok ala koboy
BTW betah ya, baca setebal itu
Betah, karena ceritanya seru. Hehe
HapusSayangnya, Dastan udah tutup pabrik. Kalau mau terjemahan jd mikir keras apalagi yg ada serinya. Aku blm baca novel ini, tp cukup menikmati cerita dg setting tahun lama
BalasHapusKalau punya sendiri, hrsnya memang diperjuangkan sampai darah penghabisan
Oh, penerbitnya udah tutup ya. Mungkin sudah beda era dan ada penerbit2 baru yang merangkul buku terjemahan.
HapusCuma tiga halaman review nya...
BalasHapusHehehee..
Tapi yg jadi pertnyaan aku, itu novel bahasa apa sebanarnya. Karna kata penulis ada penggalan dlm bahasa Spanyol.
Buku aslinya english, tapi diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan ada selipan bahasa Spanyol karena setting budayanya.
HapusMaaf, saran.
BalasHapusKalo bisa kolom komentarnya di sematkan saja, jangan di tab baru.
Iti saran...
Wah, terima kasih sarannya Mas Pujiaman. Siap, dilaksanakan 😊
Hapusaku suka banget dengan novel-novel pengarang terbaik, biasanya novel-novelnya memang kece. jadi kita ga nyesel kalau beli
BalasHapusSangat gak nyesel kalau sudah selesai baca.
HapusIya sih, kalau cinta bilang saja. kalau cinta, ego dihancurkan bersama.
BalasHapusCinta beda negara begini asyik dinikmati, karena unsur budaya jadi cukup kental. Juga perbedaan karakter yang terjadi secara natural.
Iya, dulu mungkin cinta beda negara apalagi yang bertikai tabu untuk terjadi.
HapusUlasannya menarik. Saya suka dengan ulasan buku yang sampai detail menyebutkan halamannya. Kesalahan terjemahan dari sudut pandang orang itu jamak sih. Karena biasanya penggunaan bahasa aslinya tentang sudut pandang pun kadang bikin bingung :-)
BalasHapusHeart of Thunder tapi jadi cinta tak bersisa, ya? kupikir cinta guluduk :-)
(((cinta guluduk))) =D
HapusKalau baca novel dengan nuansa romance suka jadi ikutan baper juga heheheh tapi pesan moral dari novel ini keren banget. Menceritakan tentang bahwa cinta beneran bisa mengalahkan ego. Kalau biasanya cinta terkalahkan oleh ego tapi ini malah sebaliknya :D
BalasHapusKalau baca novel dengan nuansa romance suka jadi ikutan baper juga heheheh tapi pesan moral dari novel ini keren banget. Menceritakan tentang bahwa cinta beneran bisa mengalahkan ego. Kalau biasanya cinta terkalahkan oleh ego tapi ini malah sebaliknya :D
BalasHapusIya, cinta memang mampu meluluhkan ego.
HapusCinta memang bisa jadi senjata yaaa mbak. Aku blm pernah baca buku karyanya. Soalnya dr cover nampak kaku dan dewasa. Ternyata enggak juga yaaa
BalasHapusIya, isinya seru kok. Nggak kaku banget.
HapusSaya sering beli novel tapi berakhir menumpuk diperpystakaan pribadi. Semoga nanti jika ada waktu akan mencoba mencarinya. Alur ceritanya menarik. Ngomongin kehidupan cinta dan ego untuk dewasa. Coba nanti nyari nyari deh
BalasHapusWah, perpustakaan pribadi kak Don pasti banyak koleksi bukunya.
HapusHemmm novelnya cinta cintaan karena sebuah ego sendiri akan tetapi egonya dab keras kepalanya pun pecah hanya karena cinta. Mantab banget nih memang seru novelnya
BalasHapusSeru banget, kak Dikki.
HapusNovelnya tebal juga ya. Hebat bisa selesai, trus ini novelnya novel historical gitu pula.
BalasHapusBtw kalau terjemahan begini, kalimatnya suka panjang panjang gitu ga, aku kan suka tuh baca marry mongomerry dan jonathan stroud, itu krn terjemahan kdg kadang ngos ngosan jg bacanya. Sebab satu kalimat kadang panjang banget kayak choki choki..
Iya, panjang-panjang. Tapi aku suka. Hehe
HapusKayaknya buku ini, gak akan membosankan ya.. karena dari review Mbak Rindang, alur/plot ceritanya bagus. Apalagi ini tentang romance ya, wah ..saya suka karya romance
BalasHapusSaya juga suka romance. Hehe
HapusWaah...
BalasHapusAku terakhir baca novel terjemahan kapan yaa..?
Kangen juga.
Karena sensasi baca novel Indonesia dengan terjemahan adalah selain imaji setting latar tempat dan waktu juga kultur, kita juga ditantang memahami arti bahasa si penterjemah.
Kompleks yaa..kisahnya.
Bener deeh... Gemes!
Orang jaman dulu mah..mau bilang suka aja mutar-muter dulu keliling dunia...*tapedee...
Iya, Mbak Lendy. Kalau baca novel terjemahan itu berasa lagi jalan2 ke luar negeri.
Hapus