Di suatu hari Minggu, tanggal 1 Juli 2018
aku bersama teman-teman SMPku janjian untuk rekreasi ke Nateh. Fyi, Nateh adalah sebuah desa wisata di
kabupatenku. Akhir-akhir ini desa ini jadi hits
lagi karena ada wahana arung jeram yang bisa dijajal untuk yang sudah bosan
berwisata alam biasa. Aku tentu antusias dong, ini kesempatan pertama kali
buatku. Semua temanku juga sepertinya sama. Cuaca yang berubah menjadi gerimis
saja tak menjadi halangan bagi kami untuk tetap menuju ke desa yang berada di lembah
tersebut.
Kami berangkat pakai motor, otomatis
ketika hujan menyapa di tengah perjalanan kita basah kuyup dan sempat berteduh
sebentar. Saking lebatnya hujan, pakai jas hujan saja kita tetap kebasahan. Untung
saja di dekat area wisata ada sebuah rumah keluarganya temanku. Jadi waktu sampai
di Nateh, aku dan teman-teman dapat tempat berteduh yang cukup menyenangkan
sembari menunggu hujan reda. Saat hujan tak jua berhenti, kami memutuskan untuk
menyiapkan makan siang saja. Agar setelah berarung jeram kami bisa langsung
makan siang karena waktu sudah menuju jam 11 siang. Setelah itu, kami langsung
ke panitia penyewaan perahu karet.
Well
ya
kita tetap harus menunggu karena antrian dari para wisatawan cukup banyak. Ternyata
bukan kami saja yang terlalu antusias berwisata outdoor di rainy day seperti
ini. Kami pun menunggu sambil ngobrol
di parkiran yang melindungi kami dari derasnya air hujan. Oya, kita menyewa dua
perahu karena jumlah rombongan kita cukup banyak yaitu 12 orang dewasa dan satu
orang anak kecil. Satu perahu karet disewakan seharga 150K.
Hujan, mari berteduh |
Akhirnya giliran kami tiba. Untuk menuju
ke hulu sungai, kami diangkut terlebih dahulu menggunakan mobil Carry Pick Up.
Berasa kembali jadi anak kecil, kami yang sudah dewasa ini antusias berebut
naik ke bak belakang mobil. Dan catat, cuacanya sedang hujan lebat. Gila, sih.
Kondisi jalan menuju hulu sungai ternyata
tidak ramah. Menanjak dan berlubang-lubang. Sehingga beberapa kali kami
terpental dan kadang kepala harus merunduk agar tidak terkena ‘sabetan’
daun-daun dari ranting yang menjulur ke tepi jalan. Ini seru! Tantangan ternyata
tidak sampai di situ. Setelah satu kilometer lebih berpegangan erat di dinding bak
mobil agar bisa selamat, kami harus turun ke sungai yang ternyata agak jauh di
bawah jalan. Dan karena sedang hujan, kondisi jalan menjadi sangat becek, licin,
dan berbahaya.
Di tepi sungai telah tersedia dua perahu
karet yang sebelumnya sudah diangkut terlebih dahulu menggunakan mobil yang
sama. Di perahu sudah terdapat dayung dan live
jacket. Sayang, nggak ada helmnya. Di SOP mestinya ada nih, iya aku
berlebihan. Anaknya savety first
soalnya. Oya, ternyata kami didampingi oleh dua orang petugas wisata di
masing-masing perahu. Aman, para cowok jadi nggak perlu capek mendayung.
Ma best! |
Beneran deh, waktu kupikir-pikir lagi
saat aku menulis ini waktu itu kami lagi kesambet atau apa. Nekat banget
berarung jeram di kondisi hujan badai. Pertama, rekreasi tentu menjadi tidak
seasyik ketika cuaca sedang cerah. Namun, karena dijalani bareng teman-teman
yang asyik, sehingga kemarin itu hujan tidak menjadi penghalang bagiku untuk
menikmati rekreasi susur sungai. Dua, sebenarnya bahaya juga kalau sampai air
sungainya meluap. Iya, debit air cukup tinggi saat itu, keuntungannya kami jadi
tidak banyak tersandung batu-batu yang jika air sedang surut muncul di
permukaan.
Gila? Biarlah. |
Meski di sisi lain menurutku itu kurang
seru sih. Arung jeram itu kan soal kita mengarungi jeram yang deras, ini
definisi ala aku, jangan ditelan bulat-bulat. Hehe. Sungai yang tenang waktu
itu membuat kita cukup menikmati berperahu menuju hilir. Bahkan, para cowok
yang bosan ada yang terjun ke sungai hingga pinjam dayung berlagak menjadi
nahkoda. Di beberapa titik berbatu kita otomatis berteriak karena perahu oleng
dan kadang malah perputar-putar sebelum kembali melaju ke hilir.
Di sebuah spot yang bebatuannya cukup
tinggi di tengah sungai, kami berhenti. Ngapain? Foto-fotolah, karena waktu itu
hujan sudah mulai reda dan kamera-kamera yang takut air bisa keluar dari
sarangnya. Tidak lama berhenti, hujan ternyata turun lagi. Beruntung, kami
sudah hampir tiba di garis finish. Jadi
bajuku basah bukan karena nyebur ke sungai, tapi karena kehujanan. Untuk yang
satu ini aku berterima kasih kepada parka kesayangan karena telah melindungi
tubuh bagian atasku sehingga tidak terlalu menggigil.
Turun dari perahu, teman-teman bukannya
langsung balik ke rumah, mereka malah berenang sambil hujan-hujanan. Sudah terlanjur
basah gini, alasan mereka. Akhirnya ketika tubuh tambah dingin dan perut mulai
lapar, kita balik. Numpang bersih-bersih dan ganti baju di rumah keluarganya
temanku. Habis itu kita makan. Sedap sekali, makan di cuaca dingin dan perut
yang lapar.
Terima kasih, teman-teman. |
Terima kasih teman-teman, berkat kalian
aku jadi punya satu kenangan tambahan tentang hujan. Semoga ada ‘lain kali’ yang
seperti hari ini.[]
Waah seru banget y mbak. Itu pulangnya pada masuk angin ga mbak? Hehehe..
BalasHapusBtw, suka deh sama blog ya. Semangat terus ya mbak ����
Hihihiii seru yaaa
BalasHapusAku belum pernah main arung jeram. Pernahnya cuma tubbing
Dulu pernah ada kesempatan main arung jeram. Tapi sayangnya air sedang meninggi. Bahaya. Dicoba dua tim, lalu mereka kembali dengan keadaan luka2 di badan kena batu2.
Jadinya dibatalkan deh
Yaaa semoga lain waktu bisa nyobain serunya main arung jeram, hehe
Aku kangen arung jeraam huhu semenjak punya bayi jadi jarang maen air
BalasHapusUaaa, arung jeram saat hujan. Kok berani bener!!!
BalasHapusAku kemarin jg arung jeram tp hari biasa. Kalau hujan mungkin malah gak berani krn sungainya gedhe banget
Seru ya Mbak. Basah-basahan gitu. Aku mau arung jeram gagal dua kali. Yang satu pas hamil besar jadi nggak mungkin ikut. Yang satu eh hujan deras jadi petugasnya juga nggak ngijinin buat tetep terjun
BalasHapusWah seru banget, tapi emang bener sih kurang aja jeramnya. Jadi lebih kaya susur sungai gitu.
BalasHapusEh di KABUPATEN KU itu kabupaten apa mba, mngkn bisa dituliskan.. biar saya ga makin penasaran.. dan googling sendiri! hihi..
BalasHapusWow, Arung Jeram, seru banget, dulu pas di kantor ngadain kegiatan arung jeram, anakku yang waktu itu usianya 3 tahun, ikut, ternyata dia suka banget
BalasHapusWah..nekaaat! Hujan-hujan tetap arung jeram? Kan bahaya? Duh, alhamdulillah semua baik-baik aja ya...
BalasHapusLoh...kok saya yang jadi panik hihihi. Abis ngeri juga ngebayanginnya. Naik jeep hujan-hujanan, jalanan pasti becek, licin. Begitu pula waktu jalan turun ke sungai...duuh!
Masya Allah... nekat banget ih! Hihihi.. kebayang deh serunya. Pasti jadi salah satu kenangan indah bareng temen-temen ya, Mbak :)
BalasHapusWoaaa... tak ada makanan yang lebih nikmat kalau memang sedang kebasahan, kedinginan dan kelaparan. Makan dengan ikan asin pun bisa 4 piring!!! Apalagi jika makan makanan menu desa.
BalasHapusHabis berapa piring? Hihihi
Ah.... 2 minggu lalu teman2 berarungjeram dan aku hanya bisa menemani sampai tepi sungai. Sedih, kesal tapi harus tampak tabah
Duhh ngeri juga tanpa helm,tapi fotonya kayaknya airnya tenang ya jadi kayak ngga arung jeram tapi berdampak hihi
BalasHapusHmm..main di air pasti seru ya kak
BalasHapuskapan-kapan ajakin dong kak arung jeram ^^
Udah lama banget aku ga ngarung lagi.. hehe
Wah serunya, bayar berapa mba dan berapa lama?
BalasHapusWah, seru banget ya mba main arung jeram. Aku belum pernah nyoba nih kalau arum jeram, malah mikirnya kalau sungainya deras mungkin gak sih kebalik perahunya terus kepentok batu-batuan. Hahaha kekhwatiran yang berlebihan.Tapi, suatu saat aku pengen deh nyobain wisata arum jeram ini. Biar gak nyesal, hihihi
BalasHapusArung jeramnya gak kaya yg biasa kuliat. Ini airnya dalam ya. Nanti pengen coba tp ga berani anak
BalasHapusanak2 hehehe..
Jadi kangen arum jeram 😭 waktu ke barabai dah lama banget ya gak bisa naik ini 😁 biasanya kalooo kondisi sedang hujan itu arus nya akan lebih seru dan lebih menantang 😁😁
BalasHapus