Aku
baru saja selesai membaca ebook Garis
Waktu milik Fiersa Besari. Empat jempol kuhadiahkan untuk karya penulis
sekaligus pemusik ini. Fiersa yang kerap disapa Bung, bagiku adalah seorang jenius
sastra dan musik di saat yang bersamaan. Buku ini adalah karya tulisnya yang
pertama kubaca. Sedangkan lagu-lagunya sudah pernah kudengarkan hampir semua.
Garis
Waktu bercerita tentang sebuah perjalanan rasa seorang ‘aku’. Penggambarannya
terhadap rasa jatuh cinta sebegitu pas. Pun tentang patah hati, Fiersa Besar
sangat tepat merangkum kegelisahan hati si ‘aku’. Sejak mulai mengenal si gadis
pujaan, hingga bersama, lalu berpisah semuanya rapi terletak dalam satu garis
waktu.
Lihatlah kata-kata cinta yang digambarkan si ‘aku’ dalam buku ini.
“Cinta tidak pernah datang tiba-tiba; ia akan mengendap-ngendap menyusup ke dalam urat nadimu, meledakkan jantungmu, lalu meninggalkanmu terbakar habis bersama bayang-bayangnya.” (hal 16)
Pada
bab-bab tentang patah hati, aku berpikir mengapa patah hati bisa semenyesakkan
ini ya? Luka yang dihasilkan oleh cinta yang begitu dalam biasanya memang sangat pedih. Meski di akhir kata, ada keikhlasan yang coba dibagi penulis.
“Dan karena hati akan sakit lagi, bukan berarti kita harus berhenti jatuh hati.” (hal 175)
Tidak
ada setting tempat tertentu dalam
novel ini, hanya waktu yang terus maju. Si ‘aku’ dan perempuan yang dicintainya
adalah dua tokoh utama dalam buku ini. Meski beberapa kali tokoh aku juga
bercerita tentang ayah dan ibunya. Tak bisa dicegah, sebagian besar pembaca
pasti akan menuduh ‘aku’ adalah Fiersa sendiri. Tapi aku akan tetap menulisnya
sebagai ‘aku’ karena mungkin saja ada bagian fiksi yang ia tambahkan di sini.
Meski
tema utama buku ini adalah tentang perasaan cinta si “aku”, pesan moral yang
tersirat dan tersurat dalam buku ini juga banyak.
“Mereka bertanya, untuk apa
bertahan menjadi pemimpi, sementara kenyataan menawarkan harta yang lebih
melimpah? Aku tertawa pedih. Mereka menanyakan seolah hanya untuk kekayaan kita
diciptakan.” (hal 113)
“Di hidup kita yang cuma satu kali
ini, apa perlu membuang waktu dengan mengurusi yang tidak perlu, menghakimi
yang kita tidak tahu, dan memusuhi hal yang tidak kita mengerti?” (hal 100)
“Kakimu bisa kau taruh di tempat
tertinggi, tapi apakah hatimu bisa kau taruh di tempat yang terendah?” (hal
119)
Ada
gambar di setiap awal bab sebagai ilustrasi yang dapat membuat pembaca lebih
relaks karena isi babnya sedikit sesak.
Karena
aku kenal dengan lagu-lagu Fiersa duluan. Maka di beberapa bab aku membayangkan
lagunya saat membaca. Di beberapa bab malah ada lirik yang terselip di sana.
Dan tentu saja ost Garis Waktu yang begitu kusuka.
Kau yang terbaik, juga terburuk. Kau yang mengajari arti patah hati. Kau beri harap, lalu kau pergi. Garis waktu tak kan mampu menghapusmu. (hal 209)
Buku
berjumlah 218 halaman ini sukses membuatku berkelana dalam kata-kata yang kaya
imaji, diksinya begitu mengena dan tentu saja aku suka sekali gaya bahasanya. Persis
seperti gaya bahasa Fiersa pada caption
akun media sosialnya.
Pesan
utama buku ini menurutku adalah bahwa kita harus mengikhlaskan apa pun yang tak
bisa kita dapat di dunia ini, agar dapat terus melanjutkan hidup.
“Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan doa kita.” (hal 195)
Udaj lama.ga baca e book.dan novel. Seringnya baca sinopsis kayak gini. Ada ga novel yang tipis kak, apa judulnya
BalasHapusBikin galau nggak ya, baca novel ini?
BalasHapus“Kakimu bisa kau taruh di tempat tertinggi, tapi apakah hatimu bisa kau taruh di tempat yang terendah?”
BalasHapusDalem banget mbk...hihi
baca sinopaisnya aja udah galau, apalagi baca langsung novelnya. keren mba sinopsisnya
BalasHapusAku ngga sabaran baca yang mendayu-dayu ginii hiks maunya yang ada actionnya wkwkw
BalasHapuspenasaran ma novelnya...
BalasHapusWhistlist. Garis Waktu. Catet.
BalasHapusFiersa ini pernah muncul di televisi nggak sih Kak?
BalasHapusWiiiw jadi pingin beli nih.. Pake alokasi buki bulan depan.. Hehe
BalasHapusMinta dong ebooknya kalau boleh kak 😊😊 jadi pengen baca
BalasHapusbuku ini sangat bagus untuk menyembuhkan hati yang tergejala pada sakit hati.
BalasHapusWah penulisnya pintar banget ya merangkai kata-kata puitis
BalasHapusWah.. kyaknya bukunya keren. aku bakal baper deh kalo baca... hehe
BalasHapusjadipenasaran pingin baca juga kak
Perlu baca juga nie keknya.
BalasHapus