Setiap kali melihat tempat atau ruangan
yang berantakan, aku selalu merasa tidak senang. Pikiranku seakan ikut kacau.
Hal ini sudah kualami sejak sekolah dulu. Tak heran kamar dan meja kerjaku rapi.
Apakah aku mengidap OCD? |
Bukan hanya itu, mendengar bunyi yang
tidak normal saja kadang bisa membuatku tidak tenang. Misalnya bunyi tetes air
dari keran air yang bocor, bunyi mesin rusak di motor, atau bip-bip KWH listrik
yang mau kehabisan pulsa. Namun, jika suara normal seperti detak jarum jam atau
air mengalir normal tidak masalah di telingaku.
Menyadari hal ini, aku lalu berpikir. Apakah
aku mengidap OCD? Aku sendiri mengetahui istilah OCD dari sebuah novel yang
kubaca. Seorang tokohnya mengidap OCD, super rapi dan bersih sehingga
menimbulkan konflik dengan orang-orang di sekitarnya.
OCD (obsessive-compulsive
disorder) adalah gangguan pada psikologis seseorang yang mudah merasa
gelisah. Gejala utamanya, pengidap selalu memiliki pikiran obsesif dan perilaku
kompulsif.
Seseorang yang menderita OCD memiliki
pikiran bahwa mereka harus melakukan tindakan tertentu untuk meredakan stress.
Seringkali, rasa takut dan obsesi para penderita ini tidak masuk akal sehingga berujung
pada pengulangan tindakan secara terus menerus.
Dari berbagai referensi yang kubaca,
berikut adalah gejala umum penderita OCD.
Sangat
Bersih
Kebersihan menjadi hal utama bagi
penderita OCD. Mereka selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan
sesuatu. Mereka takut memegang benda-benda milik fasilitas umum. Aku sendiri
sepertinya tidak mengidap gejala ini, aku masih bisa menolerir keadaan kotor
dalam level tertentu.
Super
Rapi
Penderita OCD terkenal dengan
keteraturan dalam meletakkan dan menyimpan barang-barang. Mereka tidak akan
pernah tenang sebelum merapikan ruangan di sekitar mereka. Untuk yang satu ini,
sepertinya aku termasuk meski dalam keadaan tertentu aku masih bisa tidur tanpa
merapikan kamar.
Check and Recheck
Pengidap OCD selalu melakukan pengecekan
ulang untuk mencegah barang tertinggal atau untuk memastikan keamanan oke. Contohnya
sebelum pergi berkali-kali mengecek pintu rumah apakah terkunci dengan sempurna
atau tidak. Aku termasuk tipe ini, sih. Di kantor, aku bertanggung jawab
terhadap instrumen lapangan. Setiap akan berangkat, sudah jadi kebiasaanku
untuk membaca list dan memastikan
tidak ada barang dalam list tersebut yang
tertinggal.
Simetris
Bagi para penderita OCD, simetris adalah suatu keharusan. Lukisan abstrak sama sekali tidak masuk akal bagi mereka. Untuk wanita penderita OCD alis kanan-kiri harus sama ukurannya. Bagi bookholic penderita OCD isi rak buku harus rapi sesuai ukuran dan warnanya. Bahkan mungkin bagi pengidap OCD, menggambar gelombang laut saja mesti pakai penggaris! Aku sepertinya bukan penganut paham simetris ini, aku masih bisa menolerir kejanggalan anak-anak seni.
Simetris
Bagi para penderita OCD, simetris adalah suatu keharusan. Lukisan abstrak sama sekali tidak masuk akal bagi mereka. Untuk wanita penderita OCD alis kanan-kiri harus sama ukurannya. Bagi bookholic penderita OCD isi rak buku harus rapi sesuai ukuran dan warnanya. Bahkan mungkin bagi pengidap OCD, menggambar gelombang laut saja mesti pakai penggaris! Aku sepertinya bukan penganut paham simetris ini, aku masih bisa menolerir kejanggalan anak-anak seni.
Simetris! |
Ritme
Harus Teratur
Langkah kaki, detak jantung, hela napas,
atau bahkan waktu kedipan mata bagi penderita OCD harus teratur. Seakan jika
mereka tidak meneraturkan hal-hal tersebut, dunia akan kiamat. Untuk poin ini,
aku big no sih.
Suka
Menghitung
Dalam kegiatan sehari-hari yang terlihat
sepele, penderita OCD suka menghitung. Misal, jumlah anak tangga yang dilewati,
jarak sebuah perjalanan, atau harga per satuan barang meski membeli dalam
jumlah banyak. Aku termasuk tipe yang suka menghitung ini sih, tidak ada alasan
khusus. Hanya ingin tahu saja.
Terorganisir
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
penderita OCD memiliki tingkat organizing
yang sangat tinggi. Mereka biasanya memiliki buku agenda dan to do list setiap harinya. Aku begini
nih, rasanya hariku akan berantakan jika di pagi atau malam sebelumnya tidak
menuliskan apa saja yang harus aku lakukan hari ini.
Repetitif
Penderita OCD biasanya melakukan sesuatu
dengan urutan yang sama dan berulang setiap harinya. Jika orang biasa
melakukannya karena terbiasa, pengidap OCD mengharuskan mereka harus selalu
begitu. Misal, menggunakan pakaian harus diawali dengan mengenakan celana baru
baju, tidak boleh tertukar. Parah ya? Aku sepertinya tidak termasuk ke dalam
tipe ini.
Merasa
Ketakutan Berlebihan
Jika orang biasa takut disakiti, takut
dengan penyakit, takut kecelakaan, atau takut dengan kematian dalam level
normal, maka penderita OCD merasakan ketakutan pada hal-hal tersebut secara
berlebihan. Pada beberapa penderita, ketakutan juga dirasakan terhadap naiknya berat badan atau pipi yang terlihat gemuk. Entah aku ya, pada beberapa waktu aku merasa ketakutanku
berlebihan. Namun, di waktu yang lain, aku sudah merasa biasa saja.
Suka
Menimbun dan Menyimpan Barang
Penderita OCD merasa senang menimbun dan
menyimpan barang, terutama yang berkesan dan unik di mata mereka. Parahnya mereka
enggan memberikan barang tersebut kepada orang lain, padahal jelas lebih
berguna jika didonasikan daripada disimpan saja. Aku dulu begini, tapi sekarang
tidak lagi. Setelah belajar metode Konmari, aku jadi lebih ikhlas membuang banyak
kotak atau kemasan (tidak) berguna tersebut.
Apatis
dengan Hubungan Asmara
Penderita OCD kebanyakan tidak suka
bermain-main dengan asmara, terutama yang tidak pasti. Mereka hanya akan menjalin hubungan dengan orang
yang terpercaya. Aku sepertinya termasuk tipe ini. Hoho.
Mencari
Hiburan Ketika Stres
Karena penderita OCD rentan stres, maka
mereka biasanya mencari pelampiasan berupa hiburan yang dapat meredakan stres
mereka. Aku termasuk tipe ini, hiburan paling efisien dan efektif adalah
menonton drama korea. Hehe.
Penampilan
Harus Sempurna
Tidak hanya wanita, pria pengidap OCD
pun memiliki kecenderungan untuk selalu tampil sempurna dalam setiap
kesempatan. Bukan hanya riasan, tapi juga padu padan pakaian dan aksesoris yang
digunakan. Aku sepertinya bukan termasuk tipe ini, karena masih suka abai
dengan mix match pakaian, apalagi
riasan.
Nah, itulah beberapa gejala penderita
OCD yang umum terjadi. Pertanyaannya, apakah aku mengidap OCD? Berdasarkan analisa
subjektif sekaligus objektifku, sepertinya aku tidak menderita gangguan OCD
tapi penganut paham perfeksionis.
Ya, ternyata tidak semua orang yang
perfeksionis mengidap gangguan OCD. Karena perfeksionis setingkat lebih rendah
dibandingkan dengan OCD. Lagipula, OCD membutuhkan bantuan dokter untuk
mengatasinya. Sedangkan perfeksionis ‘hanya’ membutuhkan toleransi diri sendiri
terhadap keberagaman sifat manusia lainnya. Perbedaan mendasar lainnya adalah
bahwa orang yang perfeksionis biasanya tahu tujuan apa pun yang dilakukannya.
Sedangkan ocd seringkali resah tanpa alasan.
So,
setelah
membaca gejala-gejala di atas, apakah kamu mengidap gangguan OCD?
Wahh saya baru tahu OCD kak,apakah gelisah memikirkan si Dia juga termasuk ke dalam OCD? qiqiqiqi :D
BalasHapusKalau menurutku malah semua orang punya kecenderungan OCD, cuma tingkatannya beda-beda. Karena dari semua gejala, paling enggak setiap orang punya satu atau dua dari gejala-gejala OCD tersebut. Aku pun demikian.
BalasHapusBaru tau ada penyakit OCD, ternyata segala sesuatu yang berlebihan itu g selalu baik ya 😬
BalasHapusWah sulit yaa kalau sampai mengindap OCD semua nya harus serba hati hati, apalgi mudah setres yah huhu. Dan syukurlah nisa tidak mengidap OCD hehe
BalasHapusternyata ada ya sebutannya bagi mereka yg bersih bgt hihi..mirip ibuku si..iya si yg berlebihan pasti gak bagus.yg ada kita jd galau sendiri
BalasHapusKetemu sama OCD ini bisa bikin gemas kayanya, soalnya pernah dengar cerita suami ttg temannya yang almost OCD. Dan sepertinya penganutnya rentan stress ya karena standar hidupnya tinggi
BalasHapusAlhamdulillah, aku gak mengidap OCD.
BalasHapusTapi satu sisi diriku sih pengen apa-apa rapi gitu, kaya risih ngeliat yang berantakan huhu
salam,
simatakodok.blogspot.com
Ak jg termasuk tipikal yg perfeksionis mb. Tp ak berpikir positif ini bkn OCD. Caranya gimana? Ini ak lakuin pas ak kena PPD dulu gr2 perfeksionis sindrom ak. Pas ak udh keluar dr lingkaran lingkungan yg kurasa semakin menuntut ak perfect, ak berusaha melawan diri melakukan beberapa kebalikan di beberapa point standar ak. N its work.
BalasHapusBaru tahu ada istilah OCD ini. No.3 sy bingit. Hiks.. Tapi kayaknya kada smp level OCD. Hee
BalasHapusYang simetris dan check n recheck aku bgt kayanya mba wkwkwknitu alis kiri kanan harus sama yak wkwkwkw
BalasHapusWahh aku gak bisa bayangin ya kalau ada orang yang punya kecenderungan OCD ini. Hidupnya pasti luar biasa sekali, mesti perfect ya kayaknya hahaha.
BalasHapusKayaknya aku gak OCD sih hahaha
Risih melihat yang berantakan itu bisa jadi naluriah perempuan dan istri ya Mba. Misalnya suami ngambil baju yang sudah aku lipat rapi dalam lemari dan lipatan baju jadi berantakan, langsung ngomel beresin lagi sampai rapi. :') #salahfokus
BalasHapusSepertinya aku bukan OCD sih Mba, masih bisa toleransi soalnya.
Haha aku malah berantakan parah orangnya. Meja kerja penuh tumpukan kerjaan. Heu
BalasHapusAku masuk yang perfectionist dan bukan OCD hehe memang 11 12 ya mereka ini.
BalasHapusDari gejala OCD itu juga, aku hanya ada beberapa yang masuk hehe