Baru-baru ini aku tersadar bahwa aku sepertinya terlalu sering berpikir negatif. Sepertinya, sifat perfeksionis dan preventif yang kumiliki memberikan andil yang besar dalam hal ini. Padahal, persepsi negatifku terhadap sesuatu/seseorang bisa mempengaruhiku dalam bersikap. Ini tentu tidak baik sama sekali. Baik untuk kesehatan jiwaku maupun untuk penilaian orang lain terhadapku. Oleh karena itu, aku berniat untuk mengendalikan kecenderungan pikiran negatif ini.
Meskipun harus diakui pikiran-pikiran jenis ini tak dapat dilibas 100%, aku hanya perlu mengendalikannya agar hati tenang dan hubungan sosial tidak terganggu. Karena seburuk apapun pikiran negatifku, itu hanya akan menjadi milikku jika tidak kukeluarkan. Namun, jika sudah ada yang mendengar, membaca, atau melihat pikiran tersebut maka itu sudah menjadi milik banyak orang. Kabar buruknya, mereka pun bisa memberikan feed back apa saja sesuai keinginan mereka.
Oleh karena itu, sebelum melebar kemana-mana sebaiknya aku mengendalikan pikiran negatif mana yang perlu ditahan, pikiran negatif mana yang harus diungkapkan. Beberapa kali kutemui bahwa pikiran negatifku tentang sesuatu/seseorang sama sekali tidak benar, ini membuatku malu pada diri sendiri. Beruntung aku belum sempat mengungkapkannya kepada orang lain.
Lalu, bagaimana cara mengendalikan pikiran negatif? Aku mengimbanginya dengan pikiran positif. Untuk keadaan yang mengkhawatirkan, aku menginput kalimat-kalimat positif untuk otakku. Bahwa belum tentu hasilnya akan seburuk yang kukira. Jika buruk pun, efek paling besar yang mungkin kualami adalah kematian. Sedangkan mati adalah suatu kepastian, sehingga tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Selain itu, aku juga menyadari bahwa kejadian seburuk apapun pasti ada hikmahnya. Akan tetap ada hal positif di baliknya. Mau aku berpikir positif atau negatif, jika sudah takdir pasti tetap terjadi. Jadi buat apa berpikiran negatif?
Jika pikiran negatifku berkaitan dengan orang lain, maka aku akan mengimbangi dengan berpikir positif bahwa setiap orang pasti memiliki sifat baik. Ketimbang mengkhawatirkan munculnya sifat buruk orang lain, lebig baik mengharapkan sifat baiknya mendominasi. Sama sepertiku, orang lain juga berhak berpikir dan berlaku seenak hatinya.bnamun, konsekuensi ditanggung masing-masing. Jika hal negatif yang kukhawatirkan memang terjadi, biasanya aku akan mencari alasan mengapa orang lain melakukannya. Pasti ada latar belakang yang mendorong perbuatan buruk. Aku percaya, semua orang tidak akan senang berbuat jahat jika tidak ada trigger besar di baliknya. Dan terpenting, tidak ada hati yang tenang setelah melakukn kesalahan dan itu tidak mungkin dilakukan dengan sengaja.
Mungkin, ini akan terdengar berat dan ribet. Tapi sebelum hal-hal buruk terjadi karena pikiran negatifku, aku lebih suka menghindarinya lebih dahulu. Contoh paling real adalah aku tak segan menghapus pertemanan di media sosial jika seseorang sering memasang status yang membuatku berpikiran negatif. Jenis status yang lebay, ngomel, dan pamer adalah jenis status yang kuhindari dari beranda media sosialku. Hidupku di dunia nyata sudah berat, mau ditambah berat dengan polah tingkah di dunia may? No no no!
Semoga postingan curhatku kali ini ada manfaatnya. Ambil baiknya, buang buruknya.[]
Posting Komentar
Posting Komentar