Waktu magang dulu, aku mengangkat tema laporan untuk mata kuliah Kerja Praktik dengan tema Bank Sampah. Karena aku dulu magang di Sub Bidang Daur Ulang Sampah dengan salah satu program andalannya adalah Bank Sampah. Di Yogyakarta, aplikasi Bank Sampah di tingkat masyarakat sudah cukup baik. Oleh karena itu, aku senang mengambil tema ini karena bisa belajar langsung ke lapangan.
Sebelum aku membagikan hal-hal terkait dengan bank sampah ini, aku mau bercerita sedikit tentang laporan kerja praktikku yang berjudul “Program Bank Sampah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta”. Perjuangan menyelesaikannya benar-benar satu tingkat di bawah skripsi. Untungnya, aku mendapat nilai memuaskan ketika selesai mempresentasikannya di depan pembimbing internal dan teman-teman mahasiswa.
Kebanggaanku lainnya berkat laporan ini aku jadi punya banyak bahan bagus untuk karya tulis tingkat nasional. Sekitar tahun 2014, satu tahun setelah magang aku mengikuti seleksi Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) mengambil tema yang sama. Dengan Judul “Program Bank Sampah Kota Yogyakarta Sebagai Wujud Pengelolaan Sampah Di Tingkat Komunitas”, artikelku berhasil menjadi salah satu penerima award dari DIKTI. Yeay!
Sudah ya tentang kilas balik masa kuliahnya. Kali ini aku ingin berbagi sedikit teori dari program Bank Sampah. Bank sampah sendiri merupakan salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan sampah pada sumbernya yaitu di tingkat masyarakat. Tahu kan prinsip 3R? Itu loh, reuse, recycle, dan reduce. Btw, 3R ini juga menjadi motto hidupku. Tak heran dulu aku begitu tertarik dengan program bank sampah.
Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial (sosial engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah, ditemukan satu solusi inovatif untuk “memaksa” masyarakat memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah.
Mekanisme operasional bank sampah secara umum meliputi hal-hal berikut:
Pemilahan
Pemilahan sampah ini dilakukan dalam skala rumah tangga. Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi 3, yaitu kertas, plastik, logam. Proses pemilahan harus sesuai dengan ketiga kelompok sampah tersebut.
Penyetoran
Sampah yang disetor oleh masyarakat dianjurkan sudah dalam keadaan bersih, karena harga sampah dalam keadaan berssih dan utuh lebih tinggi dibanding dalam keadaan kotor dan robek.
Penimbangan
Sampah yang ditimbang kemudian ditimbang dan diberi harga sesuai jenis masing-masing sampah. Sebagai ilustrasi, berikut adalah harga beberapa jenis sampah : kardus Rp.2000/kg, kertas kantor Rp.1500/kg, dan plastik sachet Rp.15/sachet.
Pencatatan
Setiap sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga pasaran sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap pelanggan.
Penarikan tabungan
Uang yang terkumpul dalam buku rekening sebaiknya diambil paling cepat setelah 3 bulan. Hal ini penting dalam upaya menghimpun dana yang cukup untuk dijadikan modal dan mencegah budaya konsumtif.
Berdasarkan teori di atas, seharusnya aplikasi bank sampah dapat membantu mereduksi jumlah sampah dari sumbernya. Di Yogyakarta, berdasarkan penelitian kilatku, program ini cukup berhasil. Beberapa bank sampah yang kukunjungi malah bahkan memiliki tempat untuk mengembangkan kerajinan yang berasal dari sampah. Sangat kreatif.
Bagaimana dengan program bank sampah di Kota Barabai? Menurut penilaian sepintasku, program bank sampah di Kota Barabai belum sampai pada titik berkembang. Bank sampah diKota Barabai dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Kabupaten HST. Namun lokasinya terpusat ada satu tempat saja, belum dikembangkan ke banyak tempat dan partisipasi masyarakat juga masih sedikit. Aktivitas di bank sampah masih didominasi oleh kegiatan para pengepul dan petugas bank sampah dari DLHP.
Secara pribadi, aku tentu ingin bank sampah di Kota Barabai berkembang dengan baik sesuai teori dan peruntukkannya. Sesuai namanya, bank seharusnya adalah tempat para nasabah (masyarakat) menabung sampah produksi rumah tangga mereka masing-masing. Semoga suatu hari impianku ini bisa terwujud, bukan hanya di Kota Barabai tapi juga di seluruh kota di Kalimantan Selatan. Aamiin.
baru kemarin banget aku berkunjung ke bank sampah di kotaku. semoga makin banyak ya yang sadar lingkungan
BalasHapusSalah satu masalah terbesar di Jakarta adalah masalah sampah.
BalasHapusKeren nih ada Bank Sampah. Jadi bisa memanfaatkan sampah yang bertebaran. Semoga di kotaku segera ada Bank Sampah juga
BalasHapusBagus banget ya program begini, jadi sampah bisa dimanfaatkan kembali jadi produk bernilai
BalasHapusAda juga bank minyak jelantah ya, semoga makin go green
BalasHapusAku pengen juga bikin kek gini, tapi halaman rumah ga memungkinkan buat nampung, jd mulai dari nasabahnya aja dulu
BalasHapusPengin banget sebenarnya kayak gini tp deket rumah blm ada
BalasHapusBank sampah tertua di Indonesia yakni Bank Sampah Gemah Ripah di Bantul. Dan sekarang sudah menjamur di InsinIndo dgn segala macam inovasi terbaru.
BalasHapusPengen banget bikin bank sampai di pekaranagn rumah... tapi belum sempat-sempat aja
BalasHapusBank sampah ini termasuk ide yang kreatif dan solutif
BalasHapusBank sampah sangat membantu melestarikan lingkungan sehingga tidak ada pembuangan sampah sembarangan
BalasHapusKabupaten HST itu kabupaten apa ya? Hihi kok aku belum sempat terus ya mengecek Barabai itu dimana.
BalasHapusaku pernah kerjasama ma bank sampah.. tapi karena harganya murah banget di sini huhuhu
BalasHapussaya pengin belajar nih, serius
BalasHapusInspiratif, makasih tulisannya.
BalasHapusdi tempat aku juga ada bank sampah dan pas setor sampah nantinya dikasih tabungan berupa tabungan emas
BalasHapusDi Malang juga belum merata bank sampahnya, masih di titik tertentu aja. Semoga bisa kayak Yogya ya
BalasHapus