Galuh Kalingga duduk dengan
gelisah di atas balai bambu di depan rumahnya. Sudah sejak pagi tadi, ia
bolak-balik masuk ke dalam rumah hanya untuk melihat ibunya lalu keluar lagi
melihat gerombolan orang di kejauhan.
“Bu, apakah ayah baik-baik saja?”
tanyanya sekali lagi ketika masuk ke dalam rumah.
“Doakan saja, Nak. Kabarnya hari
ini perang dilakukan hanya antara Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera.
Ayahmu di sana hanya untuk menyaksikan,” jawab Astika, ibunya Galuh Kalingga.
Ia sedang khusyuk duduk sambil menangkupkan kedua belah tangan di depan dada,
berharap agar Dewa menyelamatkan suaminya.
Galuh Kalingga mendengus, ia
tidak peduli dengan kedua pangeran yang sedang bertikai tersebut. Ia hanya
memikirkan keselamatan ayahnya yang sudah satu minggu tidak pulang dari medan
perang.
http://bloggbebass.blogspot.com |
Salah seorang tetangganya kemarin
pulang tinggal nama. Ia adalah ayah dari 3 anak, paling sulung seusia dengan
Galuh Kalingga. Keluarganya sedih sekali, mereka meratap betapa tidak adilnya
perang kerajaan karena telah mengorbankan kehidupan rakyat jelata.
Nasib ayah Galuh Kalingga lebih
mujur, sampai kemarin seorang kerabat membawa kabar jika Lasman masih hidup.
Hal itu membuat Galuh Kalingga dan ibunya senang tapi juga harap-harap cemas
tentang kondisi yang akan datang.
Dari kerabat tersebut jugalah
Astika tahu bahwa hari ini akan diadakan duel antara kedua pangeran. Hal
tersebut dikarenakan keprihatinan Arya Trenggana, Patih Nagara Dipa –daerah di
mana Galuh Kalingga tinggal, terhadap banyaknya korban dari rakyat biasa demi
perebutan kekuasaan kedua pangeran.
Galuh Kalingga sendiri sebenarnya
mendukung Pangeran Samudera, karena kata ayahnya dialah penerus Kerajaan Nagara
Daha yang sah. Namun, ayahnya sendiri berperang sebagai prajurit Nagara Dipa,
karena Pangeran Tumenggung yang sedang berkuasa di sana.
“Gusti, selamatkanlah ayah
hamba.” Galuh Kalingga berdoa dengan lirih.
Terdengar sorak sorai dari
kejauhan. Galuh Kalingga berdiri di atas balai bambu untuk memperluas jangkauan
pandangannya. Ia sebenarnya ingin sekali mendekat ke sana, tapi ibunya sejak
satu minggu yang lalu tidak pernah mengizinkannya.
“Ada apa, Nak?” Ibu Galuh
Kalingga yang juga mendengar keributan tersebut bergegas ke luar rumah.
“Sepertinya terjadi sesuatu, Bu.
Bisakah kita ke sana? Sepertinya kondisi sudah aman.” Galuh Kalingga mencoba
membujuk ibunya untuk memenuhi rasa penasarannya.
Astika berpikir sejenak, lalu
mengangguk. “Ayo kita ke sana!”
Mereka bergegas berjalan ke arah
keramaian beriringan dengan beberapa ibu-ibu yang juga terlihat penasaran
menuju ke sana.
Sesampainya di tujuan, dari tepi
sungai terlihat sebuah perahu terbuka. Di atas perahu tersebut terlihat kedua
pangeran berpelukan dengan air mata yang membanjiri wajah mereka/
“Apa yang terjadi?” tanya Galuh
Kalingga pada seorang bapak-bapak di sebelahnya.
“Kedua pangeran berdamai setelah
bertarung sengit di atas perahu. Pangeran Tumenggung akhirnya sadar bahwa ia
tidak bisa membunuh Pangeran Samudera hanya karena tahta,” jelas bapak
tersebut.
Galuh Kalingga mengangguk-angguk.
Ia ingin menceritakannya kepada ibunya, ternyata sang ibu sudah tidak ada di
sebelahnya. Ia menerobos kerumunan orang untuk mencarinya.
Akhirnya ia menemukan ibu bersama
ayahnya berbicara di antara kerumunan orang lainnya. Galuh Klaingga yang baru saja
mendekat segera dipeluk ayahnya.
“Semua sudah berakhir, Nak,” kata
Lasman kepada putrinya.
Galuh Kalingga mengangguk lega di
pelukan ayahnya.
Hari itu, 24 September 1526
Pangeran Samudera alias Sultan Suriansyah resmi dinobatkan sebagai raja Kerajaan
Banjar yang meliputi seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Galuh
Kalingga dan keluarganya serta seluruh rakyat yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Banjar kemudian masuk ke dalam agama Islam sebagai pemenuhan janji
terhadap Kerajaan Demak yang membantu Pangeran Samudera dalam perang saudara
tersebut.[]
Berandai2 jika sekarang masi jaman kerajaan...
BalasHapusAkhirnya, cerita fiksi sejarah darii luar jawa :D
BalasHapusCakeeeeep
Saya tertarik sekali dengan kisah ini. Keren, Mbake.
BalasHapusBisa dieksplore lebih jauh menjadi novel sejarah ini.
Salam,
Heru W.
folback my blog:
https://dloverheruwidayanto.blogspot.co.id
Mangtap betullll...
BalasHapusbagus mbak....sukaaa
BalasHapusSaya malah belum bisa nulis Hisfic