Pulau Bakut, aku masih merasa asing dengan namanya
dan enggak tahu arah kemana untuk menuju pulau ini. Pemandangan yang kami
jumpai masih sama, air sungai yang luas membentang di kanan dan kiri kapal.
Siluet rumah-rumah penduduk di tepi sungai terlihat kecil dari dalam kapal.
Hari mulai panas, kami tidak lagi nongkrong di atap tapi mulai masuk ke dalam dan
memakan bekal yang dibawa. Kebanyakan dari kami memang tidak sempat sarapan
karena berangkat sangat pagi.
Wisata Susur Sungai ke Pulau Bakut |
Beruntung ada warung terapung yang berpapasan
dengan kapal kami. Nama warung perahu tersebut adalah Tatamba Lapar yang dalam
bahasa Banjar artinya “pengobat lapar.” Kedua kapal saling merapatkan diri agar
para penumpang bisa memesan makanan ke kapal yang berjualan. Kami kemudian
menikmati nasi sop dan teh hangat di tengah-tengah sungai. Amazing! Sangat cocok untuk perut yang lapar. Sensasi makan di
tengah sungai dengan sedikit gelombang tentu berbeda dengan makan di warung
biasa. Harga 20K untuk satu porsi sepertinya tidak hanya membayar fisik
makanannya tapi juga untuk membayar pengalaman yang tidak setiap hari kami
rasakan ini.
Warung Terapung |
Perjalanan kemudian dilanjutkan, hingga sekitar 20
menit kemudian tidak ada tanda-tanda kapal akan merapat ke sebuah pulau. Sungai
yang kami layari semakin lebar, aku semakin hilang arah di mana lokasi kami
saat itu. Di tepi sungai sebelah kanan terlihat banyak rumah warga, terkadang
kami juga melihat pelabuhan kecil. Aku menduga itu daerah Alalak, pesisir Banjarmasin.
Sedangkan tepian di sebelah kiri
didominasi oleh semak belukar, kata temanku itu mungkin daerah Tamban, Barito
Kuala.
Selain semak belukar, di sebelah kanan kapal juga
terdapat beberapa bangunan tua yang dulunya mungkin berfungsi sebagai pabrik
kayu. Ya, di sepanjang Sungai Barito ini industri kayu memang tumbuh subur.
Pada masanya, jumlah pabrik kayu seperti jamur di musim hujan. Sekarang ini melihat kondisi bangunannya yang
dominan sudah bobrok, sepertinya pabrik-pabrik tersebut sudah mulai banyak yang
tutup entah karena apa.
Pemandangan dari Atap Kapal |
Satu hal yang terpikirkan olehku karena banyaknya pertanyaan
di kepalaku selama perjalanan susur sungai ini, seharusnya ada satu tour guide di dalam kapal yang
mendampingi para wisatawan selama perjalanan. Sehingga rasa penasaran tentang pertanyaan-pertanyaan
di kepalaku seperti di atas bisa terpuaskan. Mau tanya ke paman pengemudi
perahu, rasanya tidak tega, beliau terlihat sangat fokus mengemudi. Lagipula,
tempat duduk beliau di depan. Sedangkan para penumpang sebagian besar memilih
untuk duduk di bagian buritan atau tengah kapal. Btw, ada hal menarik dari cara mengemudi si paman ini. Beliau kuperhatikan
sering menoleh ke belakang, mungkin untuk melihat keberadaan perahu lain ya. Sama
seperti lalu lintas di darat, alat transportasi di sungai juga sepertinya membutuhkan spion.
Di sepanjang perjalanan menuju Pulau Bakut, kami
banyak berpapasan dengan perahu-perahu besar dan kecil. Perahu kecil atau
kelotok biasanya dikendarai oleh para warga yang menggunakannya sebagai alat
transportasi dari dan ke daerah Banjarmasin. Sedangkan perahu besar biasanya
berupa tongkang pengangkut batubara. Hmm, Kalimantan memang kaya. Aktivitas
pertambangan batubara masih terus dilakukan padahal hasilnya terus diekspor ke
luar pulau. Beruntunglah aku, pernah melihat batubara dari sumbernya (pit) yang masih berupa bongkahan batu
hingga menjadi serpihan halus di atas tongkang seperti ini.
Sementara itu di dalam kapal, sebagian dari kami
mulai berbaring, kondisi perut yang kenyang membuat mata mengantuk. Ombak yang
sedikit menggoyang badan kapal juga membuat kami seolah di-ninabobo-kan. Sebagian lainnya mengobrol satu sama lain. Inilah
salah satu privilege menyewa kapal
sendiri, ruang gerak tidak terbatas dan bisa berbincang bebas tanpa risih
dengan yang lain. Keluarga kecil yang ikut bersama kami juga terlihat menikmati
perjalanan dengan cara mereka sendiri.
Jembatan Barito dari Atap Perahu |
Beberapa waktu yang terasa lama kemudian, Pulau Bakut mulai terlihat.
Lokasinya tepat berada di bawah Jembatan Barito yang merupakan salah satu ikon Kalimantan
Selatan. Aku segera mengingat-ingat jarak antara Siring Pierre Tendean dan
Jembatan Barito via jalur darat, memang cukup jauh. Tak heran perjalanan
menggunakan kapal pun terasa lama. Apalagi dengan kecepatan kapal yang sangat
pelan menurutku.
Kami yang sudah tak sabar untuk segera sampai
bergegas naik ke atap, beberapa kali mengambil gambar dengan latar belakang
Jembatan Barito. Ketika kapal benar-benar merapat, kami pun meloncat ke
dermaganya.
Dermaga di Pulau Bakut ini terlihat baru,
kayu-kayu penyusun jembatan menuju ke tengah pulau juga masih kinclong.
Ternyata Pulau Bakut ini baru saja dibenahi dan diresmikan oleh salah satu
pejabat negara akhir 2018 lalu. Dan ada lambang perusahaan Adaro di salah satu
gerbang masuknya. Dana CSR dari perusahaan batubara besar sekelas Adaro memang sudah seharusnya
digunakan untuk pengembangan lokasi wisata potensial seperti Pulau Bakut ini.
Jembatan di Pulau Bakut |
Selain kondisinya yang lebih ‘baru’ dibandingkan
Pulau Kembang, Pulau Bakut ini juga bebas tiket masuk. Yeay! Jika Pulau Kembang
diklaim sebagai pulau para monyet, maka Pulau Bakut juga disebut-sebut sebagai
habitat alami bekantan. Tahu bekantan kan? Itu loh salah satu binatang endemik
Kalimantan sejenis monyet tapi berhidung mancung dan warna rambut di tubuhnya lebih
terang, sehingga ada yang menyebutnya sebagai monyet Belanda. Kalau tidak
salah, bekantan ini hewan yang jadi
ikonnya Dufan itu bukan ya?
Dari pintu masuk, Pulau Bakut bisa dijelajahi dari
atas tanah. Profil tanahnya lebih keras jika dibandingkan dengan di Pulau
Kembang. Di area inilah bangunan toilet dan musala didirikan. Setelah
menyelesaikan urusan di toilet, kami pun mulai menjelajah Pulau Bakut. Kayu
ulin lagi-lagi menjadi bahan utama jembatan kayu yang menandai jalur wisata.
Jembatan di sini diberi pagar di kedua sisi sehingga mengurangi risiko jatuh ke
tanah rawa.
Tipe tumbuhan dominan yang tumbuh di sini adalah
jenis dari paku-pakuan. Mereka tumbuh di kanan kiri jembatan. Beberapa pohon
besar juga terlihat tumbuh di tengah-tengah gerombolan paku. Di beberapa titik
terdapat gazebo di tepi jembatan yang berfungsi sebagai tempat beristirahat
bagi para pejalan. Selain gazebo, ternyata juga terdapat menara pandang yang
dibangun di area Taman Wisata Alam Pulau Bakut ini. Kami pun antusias naik ke
puncak menara. Menara pandang ini mengingatkanku pada menara pandang di kaki
Gunung Merapi yang kunaiki 5 tahun lalu.
Pemandangan dari Menara Pandang |
Dari menara pandang ini, kami bisa melihat seluruh
pucuk tumbuhan yang ada di Pulau Bakut dan tentu saja Jembatan Barito terlihat
jadi lebih dekat. Pemandangan yang worth
it, sesuai dengan tenaga yang dihabiskan untuk memanjat menara ini.
Tiba-tiba seorang teman menunjuk ke salah satu pucuk pohon yang cukup tinggi,
di sana bertengger seekor bekantan. Kami pun antusias meneriakinya. Sayang, jaraknya
cukup jauh sehingga kami tidak bisa melihat dengan jelas.
Sepanjang kami menjelajahi Pulau Bakut, hanya satu
ekor dari kejauhan itu sajalah kami melihat bekantan. Konon, bekantan merupakan
binatang pemalu. Menurut informasi teman,
mereka memang hanya aktif saat subuh dan petang. Sisanya, keberadaan bekantan kami tandai
dengan adanya kotoran mereka yang berserakan di pagar jembatan.
Meski hanya satu dua,
tapi membuat kami jadi waspada sehingga tak bisa seenaknya melabuhkan tangan di pagar jembatan sebelum benar-benar melihat kebersihannya. Tapi tentu ini lebih mending
daripada sampah plastik yang ada di Pulau Kembang. Di Pulau Bakut, kebersihan
lingkungannya cukup terjaga, ada beberapa tempat sampah di dalam area wisata.
Sehingga para wisatawan yang ingin membuang sampah bisa meletakkannya di sana.
Yang penting jangan kasih binatang sampah, mereka enggak bakal tahu kalau
sampah itu ada tempatnya.
Gagal foto sama bekantan |
Kami kemudian melanjutkan perjalanan setelah turun
dari menara pandang. Jika di awal-awal perjalanan kami banyak menjumpai tumbuhan paku, maka di tengah-tengah pulau ini pohon besar nan tinggi mulai menampakkan batang hidung mereka sehingga cukup membuat teduh. Tidak disangka,
ternyata masih ada satu menara pandang lagi yang kami temui di tengah-tengah
area wisata. Sayang, waktu itu kami tidak jadi naik lagi karena enggak enak
sama pasangan yang sepertinya sedang pacaran di atas sana.
Dari segi area jelajah, menurutku Pulau Bakut
lebih luas daripada Pulau Kembang. Dari segi kebersihan dan fasilitasnya juga
lebih oke. Mungkin karena baru saja dibangun ya. Semoga terus terjaga meski
tahun berganti sehingga pengunjung yang berwisata ke sana semakin banyak.
Ketika kami akan pulang, oleh pengelola kami disuruh mengisi buku tamu mengenai
kesan pesan selama berwisata di Pulau Bakut. Kami hampir akan ditinggalkan perahu saking asyiknya mengisi buku tamu. Pengelolanya keren ini, bersedia menerima
masukan yang membangun dari wisatawan agar Pulau Bakut semakin berkembang.
Di perjalanan pulang, karena aku tahu bakal lama
lagi baru tiba di tempat tujuan, aku berniat untuk tidur dan menandai waktu
berangkat dari Pulau Bakut. Ternyata setelah sampai, waktu tempuh dari Pulau
Bakut ke Siring Pierre Tendean itu kurang lebih satu jam. Dan aku benar-benar
tertidur di sepanjang perjalanan dengan berbaring lelap. Seandainya kami tahu
jika perjalanan susur sungai hari itu akan lama sekali, tentu kami akan membawa
‘senjata perang’ yang akan membunuh kebosanan.
Dari Atap Perahu |
Seperti papan dan kartu monopoli misalnya, sudah berlalu
eh baru kepikiran. Sialnya pula, speaker
besar milik si paman pengemudi tidak bisa berfungsi waktu itu. Entah apa yang
salah, si paman bolak-balik memperbaiki ke sumber listrik berupa aki tapi tetap tidak
berhasil. Seandainya speaker-nya
aktif, kami pasti sudah sibuk menyalakan musik dan bernyanyi di sepanjang
jalan. Musik dari hp biasa saja tidak terdengar jelas karena suara mesin kapal
dan ombak yang mendominasi selama perjalanan.
Ketika sampai kembali ke Siring Pierre Tendean, azan
Zuhur berkumandang. Berarti kami menghabiskan waktu setengah hari untuk
perjalanan ini. Benar-benar perjalanan panjang yang berkesan. Semoga suatu hari
nanti, kami kembali bisa melakukan travelling
seperti ini lagi dengan destinasi yang lebih menarik. Aamiin. []
Menikmati alam bagi saya selalu bisa membuat suasana hati menjadi adem kembali, semacam terapi.
BalasHapusKalimantan memang kaya dengan wisata air ya, pengen sih sekali-kali mampir ke sana. Thanks for sharing
BalasHapusHuwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa kangen banget sama pulau! Mau ke sana tapi lagi musim hujan terus huhuhuhu
BalasHapusBanyak sekali spot wisatanya ya kak. susur sungai juga sering sih kulakukan di Pontianak. disini ada waterfront yang terintegrasi dengan wisata, Maju terus wisata sungai. mantep
BalasHapusMbak berani banget berdiri di atas kapal. Gak takut kecebur kah, hihihi. Kalo aku gak bakal berani, duduk aja syukur2 meskipun bisa berenang
BalasHapusMakan soto di perahu itu asik kayaknya. Viewnya pasti bagus.
BalasHapusWah sensansi makan di atas perahu yang aku belum pernah coba, penasaran pasti seru banget
BalasHapusDulu ke pulau bakut pas masih SMA kah yu rasanya. Sekarang sudah lebih bagus. Karena sekarang di mana-mana pariwisata lagi dapat perhatian lebih.
BalasHapusOoh itu jembatan barito yang iconic itu yaaa
BalasHapusWuah keren
Acara susur sungainya juga keren. Lumayan banget buat refreshing
Serunya! Aku baru sekali susur sungai dan itu di Rembang. Jepara belum ada nih. Kalau mau ke pulau lain lewatnya laut bukan sungai gitu. Kudu dicoba kalau ke Banjarmasin
BalasHapusSeruuu.....aku gak pernah naik perahu dalam waktu lama,,huhuhu deg2an gak bisa berenang
BalasHapusNama pulaunya unik yaa...Bakut.
BalasHapusAdakah artinya dalam bahasa Banjarmasin?
Senang bisa menjelajah kekayaan hayati Indonesia.
Wah ada ya jembatan Barito, aku kudet sekali baru tahu haha :P
BalasHapusNext kalau ke sana kudu ke jembatan itu.
Perahu2 sebagai alat transportasi utama di Kalimantan, sepanjang sungai masih populer ya mbak? Maksud saya dengan kemajuan infrastruktur kyk jalan zaman skrng gtu, apakah tdk mulai terganti dengan mobil/ angkutan truk2 gtu?
MOga2 bisa ke wisata alam Pulau Bakut juga, suatu saat nanti. Pengen liat jg makhluk primata Kalimatan, Bekantan.
BalasHapussemoga suatu hari nanti, aku juga bisa ikut dan merasakan wisata susur sungai di Banjarmasin nih. Teman-teman aku sudah pernah ke tempat ini dari tahun 2017.
BalasHapuswahhh..aku blm pernah wisata ke pulau bakut ini.sering denger pdhl.ternyata isinya bekantan ya hehehe..boleh deh next ngajak keluarga,aplg indah pemandangannya euyyy dan bersih ya pulaunya..
BalasHapusmakasih mb.rindang..
Wah, baca ini aku jadi malu loh mb rindang. Pasalnya aku domisili Banjarmasin tp gak pernah kesini. Jadi inget waktu ada calon ART kerumah aku nanya orang tuanya dimana? Katanya deket pulau bakut. Dan aku gak tau itu. Hahaha. Kapan2 pengen jalan kesini ahh
BalasHapusRugi mun org Banjar kd suah susur sungai sampai pulau bakut😆😆
BalasHapusaku harus pergi kesana sebelum dipindah lagi huhu
BalasHapusjembatannya bagus mbak, instagramable wkwk
salam,
rizkyashya.com
Aku sering banget ngelakuin ini dulu sebelum serame sekarang Banjarmasin dan memang seru tapi aku sedikit mabok neh naik perahu gini. Huhu :(
BalasHapusMba, aku terngiler melihat pertualanganmu. pingin kayak gini lagi.. wkwkw
BalasHapusWah keren sekali mbak perjalanannya, jadi mupeng pengen ke sana :)
BalasHapusWah, susur sungai ya. Pasti seru banget. Aku jadi kangen olahraga air...
BalasHapusSeru banget deh ya, pengen main ke Kalimantan..
BalasHapusKeren ya bisa jejalan. Itu yang hutan Mangrove sama kayak Bengkulu loh. Menarik dan rame dikunjungi orang2
BalasHapusInstagramable banget lokasinya yak 😀
BalasHapusSaya kok agak gimanaa gitu kalau ikutan susur sungai gitu. Ngeriii krn ga bisa lihat di bawah seberapa dalam dan ada bahaya apa aja. Mikirnya udah parno duluan. Padahal ya savety pasti diutamakan kalo di tempat wisata gitu. Terakhir susur sungai pas ke mangrove di kab bekasi. Memang indah sih dan seru tapi tetep sereeem haha
BalasHapusIni naiknya dimana ya? Dekat patung bekantan kah?
BalasHapusKalau mabuk laut bisa melelahkan juga perjalannya.. Tapi worth it lah..
BalasHapusWaw ... Emezing semuanya, semoga suatu saat bisa ke pulau itu juga, aamiiin
BalasHapusTerima kasih atas info yang anda berikan, informasi ini sangat membantu sekali, dan untuk anda semua yang ingin mengetahui informasi lebih lanjutnya maka bisa mengunjungi website yang kami berikan https://travelingaja.com/
BalasHapus