Dear FLP, tahun ini kamu genap berusia 22 tahun.
Usia yang cukup matang untuk terus tumbuh dan berkembang. Sejak menjadi bagian
dari dirimu, ada banyak kisah yang sudah kujalani. Terutama, kamu membersamai perjalanan
menulisku sejak remaja hingga kini saat kupantas disebut dewasa.
Jika kukatakan aku mencintaimu tanpa alasan,
apakah kamu percaya? Ya, bukankah kadang cinta memang tak butuh alasan. Apalagi
bertanya seberapa besar cinta pada seseorang, jawabannya pasti tak akan berisi
angka. Cinta tidak mengenal kuota, tidak berbatas meski kadang tak berbalas.
Jika mencintaimu masih membutuhkan alasan, maka
aku akan menceritakan kisah berikut agar cintaku lebih logis di matamu. Padahal
seperti yang kita tahu, rasa cinta seringkali berbanding terbalik dengan
logika.
Seorang remaja putri yang tinggal di pedesaan
kecil Kalimantan selalu menunggu waktu ketika sang ayah membelikannya majalah.
Bukan majalah remaja seperti pada umumnya, tapi majalah remaja islami bernama
Annida. Karena keterbatasan akses terhadap majalah tersebut, si remaja hanya
bisa mengharapkan ayahnya yang bekerja di kota kabupaten untuk membelikannya.
Di dalam majalah tersebut, ada banyak tulisan menghibur dan tidak disadari ikut
membentuk kepribadian si remaja. Rubrik yang paling ia sukai adalah Kias,
berisi cerita pendek islami yang sarat makna.
Si remaja pun tertarik agar bisa menulis sebagus
cerita pendek yang diterbitkan oleh majalah tersebut. Namun apa daya, ia tidak
menemukan guru dalam mempelajari ilmu tulis menulis di sekitarnya. Hingga pada
suatu ketika, ia membaca profil sebuah komunitas kepenulisan islami bernama
Forum Lingkar Pena dari Annida. Tentu saja si remaja bermimpi bisa bergabung
dengan komunitas nasional tersebut. Namun lagi-lagi, domisilinya yang berada di
pelosok mengharuskan ia gigit jari. Tak ada cabang FLP saat itu di kabupaten
tempat ia tinggal. Ia dengan sabar menunggu sambil terus berlatih menulis
sendiri, salah satunya lewat rubrik Bengkel Cerpen Nida.
Si remaja akhirnya berkuliah di ibukota provinsi.
Tak sengaja, ia melihat sebuah gantungan kunci berlogo FLP saat kuliah. Tak
sadar, ia berteriak pada teman pemilik gantungan kunci tersebut dan bertanya
dari mana ia mendapatkannya. Sang teman menjawab, itu milik kakaknya yang
merupakan anggota FLP kota tersebut. Si remaja yang saat itu sudah berusia 19
tahun itu mulai berselancar di Facebook yang merupakan media sosial paling hits saat itu. Akhirnya, ia menemukan
kontak pengurus FLP di mana ia bisa bergabung.
Tak butuh waktu lama, ia pun mengikuti rekrutmen
dan terlibat aktif dalam kegiatan offline
dan online FLP. Hingga pada tahun 2013
ia berkesempatan ikut Musyawarah Nasional FLP ke-3 di Bali dan bertemu dengan
para penulis idolanya. Mereka yang biasanya hanya ia lihat nama dan wajahnya di
majalah Annida kini berada dekat dengannya. Itu tentu menjadi sebuah pengalaman
yang sangat berkesan bagi dirinya.
Perjalanannya bersama FLP juga semakin lama
semakin intens. Ada banyak orang baru yang ia kenal selama kiprahnya di FLP.
Semakin lama, ia juga terpaksa harus terus belajar beberapa keahlian yang
sebelumnya tidak dikuasainya agar bisa terus berkembang bersama FLP.
FLP di Majalah Annida |
Remaja tersebut adalah aku. Aku yang kini sudah
mulai terbiasa menulis dan bahkan sekarang dengan percaya diri melabeli diri
sebagai bloger. Tak dapat kuingkari, di seluruh titik perjalanan menulisku ada FLP
yang berperan menumbuhkannya.
So, jika
kamu masih bertanya apa alasanku mencintai FLP. Mungkin lima alasan ini bisa
merangkum semuanya.
Kenangan
Masa Remaja
Jika ditelisik dari cerita di atas, aku mengenal
FLP bukan sejak aku bergabung secara resmi dengan komunitasnya. Tapi sejak
‘kemunculannya’ di Majalah Annida. Penulis-penulis di Majalah Annida seperti
otomatis menjadi anggota FLP, itu yang terbayang di benakku dulu. Aku menikmati
karya-karya mereka sepanjang usia remajaku, sehingga kesannya masih melekat
hingga sekarang.
Pertama Kali Mengenal Liqo
Sebelumnya, aku memang bukan anak Rohis atau
semacamnya. Pada saat SMA, peranku hanya sebagai peserta kegiatan acara-acara
islami saja. Bukan pengurus atau anggota aktif komunitasnya. Sehingga saat itu
aku belum mengenal istilah liqo atau ngaji.
Namun setelah masuk FLP yang mewajibkan semua
anggotanya aktif liqo, aku pun mulai beradaptasi mengikuti kegiatan halaqah
ini. Alhamdulillah, sampai sekarang meski sudah pindah domisili aku masih hadir
di kegiatan liqo rutin. Aku bersyukur sekali karenanya, ada banyak ilmu agama
yang kudapat dari kegiatan ini. Hal ini tentu tidak akan terjadi seandainya aku
tidak kenal FLP.
Kenal
dengan Banyak Orang
Ya, berkat FLP aku jadi kenal dengan banyak orang
(penting). Entah itu karena sama-sama menjadi anggota FLP, kenal di acara
kepenulisan, atau bahkan terhubung karena liqo. Dampak positif punya banyak
kenalan sudah kurasakan sejak aku bergabung di FLP.
Mengantarkan
pada Pengalaman-pengalaman Menarik
Ada banyak pengalaman menarik yang kulalui bersama
FLP. Mulai dari mengikuti kegiatan-kegiatan literasi yang memang menjadi
hobiku, pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan, hingga bisa aktif berkarya.
Menambah Semangat
Menulis
Manfaat utama bergabung di FLP itu menurutku
adalah meningkatnya semangat menulis. Dengan melihat teman penulis lain di FLP
yang karyanya bagus-bagus, aku biasanya terpacu agar bisa juga seperti mereka.
Meski sampai sekarang kuakui, aku masih berproses untuk menghasilkan karya yang
berkualitas.
Selamat Ulang Tahun FLP |
Bagaimanapun, rasa cinta dapat tumbuh seiring
perjalanan waktu. Semakin lama berkecimpung di FLP, maka rasa memiliki itu
semakin kuat kurasakan. Semakin ke sini, semakin kusadari bahwa FLP adalah
bagian tidak terpisahkan dari hidupku sendiri. []
“Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba
blog dari Blogger FLP pada rangkaian milad FLP ke-22”
Kirain nama oraang hahaha. Aku baru tahu kalau FLP ini seumuranku, pernah beberapa kali baca nama ini di Facebook-ternyata sudah selama itu ya. Senang rasanya membaca perjalanan menyukai menulis salah satunya dari FLP ini
BalasHapusBener ya yang di katakan kalo bergaul sama penjual parfum kita ikutan wangi. Begitu juga dengan flp, bergabung dengan para penulis kita jadi semangat nulis terus. Sangat positif dampaknya
BalasHapusUwaaaaaah selamat ulang tahun FLP
BalasHapususianya selisih 3 tahun sama aku, hehe
FLP keren banget sih memang, sudah banyak penulis yang ia jangkau dan ia bangkitkan semangatnya untuk terus menulis
Wah, berkesan sekali ya mbak sepertinya. Senang ya mbak kalau ketemu komunitas yang asik kaya gitu. Berasa pulang ke rumah sendiri dan langsung nyaman. Pantas bisa sampai segitunya jatuh cinta.
BalasHapusSelamat ultah FLP hihi. Dulu pengen banget ikut forum lingkar Pena tapi sekarang malah sulit membagi waktu untuk menulis disela Sela sibuk ngajar
BalasHapusIni ulang tahun FLP iya mba,
BalasHapusJadi pngn ikut gabung dlm grup para penulis FLP mba.
Banyak ilmu, banyak kenalan juga.
FLP berarti sangat berarti banget ya di kehidupan sehari harinya mba. karena, semenjak bergabung disana banyak sekali ilmu dan mendapatkan banyak teman ya mba. hebat sekali nih FLP membangkit semangat untuk menulis
BalasHapusAkuuu suka sama majalah Annida, mbak. Aku dapat dari temennya liqo kakak. Dari situ aku juga suka melatih kegiatan nulis mbk, cuman belum seantusias Mbk Rindang.
BalasHapusTerimakasih sudah berbagi ceritanya Mbk Rindang
Selamat bertambah usia, FLP
Wah komunitas ini sudah lama sekali ternyata, kalau umur segitu manusia sudah beranjal dewasa. PAsti sudah banyak melahirkan penulis hebat dan yang paling penting komunitas ini memberikan dampak positif bagi anggotanya. mantep banget. Selamat ulang tahun FLP
BalasHapusSemoga makin banyak menebarkan kebaikan.
BalasHapusIn syaa Allah.
Aku pernah sekali datang ke acara FLP. MashaAllah~
Bikin minder yaa....para penulis buku, jurnalis, dan profesional.
Huhuu~
**berasa remahan rengginang
Sepanjang baca tulisan ini, yang terbayang di kepalaku adalah Bunda Helvy wahahha jadi kangen, udah lama banget gak ketemu Bunda sejak gak aktif masuk kelas di kampus.
BalasHapusWah..kalo soal cinta aku demen nih.he2.
BalasHapusKadang untuk jatuh cinta tak butuh alasan. Tapi untuk mempertahankan cinta butuh banyak alasan.., karena banyak hal mempengaruhinya.. he2
Membangun banget ya..ikut forum menulis tapi wajib liqo. Itu artinya selain menambah wawasan literasi tapi juga agama. Tujuannya mungkin agar para penulis bisa berdakwah melalui tulisan,
Mba Rindang sama kaya mba Antung donk FLP. Kenapa aku ga pernah berpikir untuk masuk FLP padahal dari dulu aku suka nulis T.T pikirku waktu itu ngapain masuk sana, orang2 gedey aja yg cocok di sana, sekarang nyesel krn merasa dulu punya bakat tapi tidak terarah T.T
BalasHapusaku kenal rindang malah dari blog. hihi. padahal aku masuk FLP tahun 2013
BalasHapusAku jg bukan anak rohis mba.. *kok nyambung kesini.. Haha. Intinya ya mba kalau bergabung dg org2 yg satu passion sm kita tuh seneeeng. Apalagi mrk bs menularkan kegiatan positif. Maju terus FLP..
BalasHapusFLP ini sudah berapa tahun ya, trkenal banget, salah satunya mpok gue dulu ketua FLP Sumsel waktu jaman kul
BalasHapusAaaaa... Majalah Annida!
BalasHapusJadi inget jaman sekolah dulu. Sore2 aku sering main ke toko kelontong yg agak lengkap di kampungku, cuma mau liat ada Annida yg baru nggak hahaha... :D
Jaman2 itu aku juga penasaran banget, pingin ikutan FLP klo udah gede. Tapi di kemudian hari rada keder, soalnya anggotanya pake jilbab lebar2 (aku nggak jilbaban soalnya) hehehe
Btw, sampai sekarang aku masih penasaran: Annida itu terbitnya per bulan atau tiap brp minggu sih mbak?
Wkwkwkwkwkk
*Annida
BalasHapusSalah tulis tadi. Maklum, ingatan jaman kecilku jadi salah eja hehe