Indonesia sangat kaya budaya. Salah satunya adalah masalah jamuan di pesta pernikahan. Di kotaku, Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, jamuan makannya mungkin saja berbeda dengan jamuan makan di daerah lain.
Di sini, cara penyajian makanan disusun di atas meja dengan sajian per porsi. Jadi, undangan dipersilakan mengambil jenis makanan sesuai yang diinginkan. Dari meja menu, makanan dibawa ke tempat makan yang biasanya terpisah antara pria dan wanita. Syariah ya?
Tapi agak susah kalau datang hanya berdua dengan pasangan. Makannya terpisah. Jadi kadang ada saja wanita yang duduk di tempat laki-laki dan sebaliknya. Aku juga begitu.
Jenis makanannya sendiri mulai dari soto, gado-gado, lontong, rawon, hingga gangan humbut. Yang tradisional ya gangan humbut ini.
Gangan itu berarti kuah, humbut adalah bagian dalam dari batang pohon kelapa yang masih muda. Dipotong tipis-tipis. Dimasak menggunakan bumbu yang disebut dengan 'sambal tuha'.
Meskipun jarang mengambil hidangan gangan humbut ini saat diundang ke acara resepsi, aku suka-suka saja. Pilihan lauknya di dalam gangan humbut biasanya ada ayam, ikan haruan, ikan tauman, atau daging. Oya, di dalam gangan humbut juga terdapat kacang.
Aku sendiri seperti kebiasaan gitu kalau ke pesta pernikahan mengambil makanan berupa soto atau gado-gado. Udah paling praktis pokoknya. Kalau dari segi mengenyangkannya sih tidak, tapi karena biasanya sudah makan di rumah sebelum berangkat jadi ya tidak masalah.
Oya, salah satu hidangan lain yang kusuka di pesta pernikahan adalah bulang. Bulang ini semacam kerupuk pangsit yang berbentuk bulang yaitu hiasan kepala wanita yang sudah pernah pergi berhaji khas Kalimantan Selatan. Disajikan bersama kuah soto. Sama sekali enggak ada kenyang-kenyangnya, tapi aku suka. Menu yang juga sering menjadi incaran kalau di jamuan adalah bakso (dalam porsi kecil).
Aku pribadi sebenarmya tidak terlaku berfokus pada makanan pada setiap hajatan yang kuhadiri. Tapi mengamati antusiasme teman-teman atau keluarga yang biasanya hadir bersamaku, aku menyimpulkan memang seharusnya orang-orang antusias untuk makan-makan.
Selain makanan utama, terkadang di beberapa acara pernikahan juga ada yang menyediakan semacam makanan ringan dan minuman ringan. Makanan ringan yang dimaksud adalah agar-agar (jelly) yang diiris kecil-kecil. Atau kue-kue basah yang tradisional seperti lumba atau beberapa jenis bubur tradisional. Minumannya biasanya berupa es buah beraneka rupa. Kalau yang standar aja minumannya ya air mineral kemasan atau air putih galon selain teh hangat (tawar).
Aku pernah menghadiri jamuan resepsi orang Jawa. Sebelum makan utama, para tamu diharuskan makan-makan kue kecil dan ringan dulu. Jenis kuenya tidak ada yang kukenal pula. Memang ya, beda suku beda budaya.
Kalau di daerahmu, bagaimana budaya jamuan di pesta pernikahannya Gaes? Ceritakan di kolom komentar ya. []
mmm, jadi aku disuruh ngayal2 yah, gimana bentuk bulang, lumba, dll? hehe, untung air galon gampang dibayangkan, halah
BalasHapusGangan Humbut ini mirip sayur Rebung kalai di Jawa, ya? Kayaknya enak, tuh. Banyak yang jual, kah?
BalasHapusKalau di rumah saya sih macem-macem kebiasaannya.
BalasHapusKalau orang berpunya, ya suguhannya memang banyak dan bermacam-macam.
Tapi kalau keluarga sederhana, jamuannya biasa2 saja. Ala orang desa.
Waahh aku kelihatannya beragam sekali ya menu makanan saat pesta pernikahan di sana. Jadi penasaran ingin lihat langsung.
BalasHapusKalau di Kuningan, sejauh ini yang kutemui hidangan biasa aja, nggak ada makanan khas daerah.
Saat masih kecil dulu, di pesta pernikahan juga begitu. Istilahnya hidangan. Makanan tersaji di atas taplak meja. Tamu mengelilinginya, makan bersama. Cuma sekarang model sajian begini sudah jarang karena cukup merepotkan dan orang bisa makan lebih banyak dari takaran normal
BalasHapusPunya teman di Kalimantan, dan seringkali dapat informasi soal keberadaan si gangan humbut. Penasaran sama wujud dan rasanya seperti apa.
BalasHapusKalau di Malang, hidangan khas hajat besar ... si madumangsa sama jenang. Tapi, sudah bisa dibeli secara umum, meski nggak sedang ada gelaran hajatan.
Kalau di Jakarta sih, budaya tergantung suku ya. Banyak macam. Baca artikel ini, saya ingin makan gangan humbut. Ada dijual di rumah makan nggak ya?
BalasHapus