Apa yang aku pikirkan tentang hidup?
Pertama
kali yang terlintas di benakku adalah hidup itu singkat. Sangat singkat. Di
umurku yang sudah mendekati 30 tahun ini, aku merasa belum melakukan dan
mengalami banyak hal.
Hidupku
sepertinya terlalu banyak dilenakan oleh kesenangan-kesenangan sebentar yang
memalingkan wajahku dari tujuan yang sebenarnya ingin aku capai. Ketika aku
sadar, eh sudah 27 tahun saja. Terdengar insecure
memang, tapi ini caraku untuk membersihkan remah-remah perasaan puas diri yang
terkadang berserakan di dasar hati.
Selain
itu, esensi hidup yang paling kuhargai adalah circle terdekatku. Paling utama sih keluarga. Mereka nomor satu di
hidup aku. Hidup di keluarga yang bahagia meskipun tidak sempurna tentu adalah
anugerah yang seharusnya sangat aku syukuri. Sehingga ketika masalah datang
menimpa terkait keluarga, sembari mencari solusi aku juga selalu mengingat ini.
Ada
terlalu banyak nikmat keluarga yang sudah kucecap, masalah kecil hanyalah
kerikil yang akan dapat mudah dilewati. Aku sangat menyayangi mereka. Hidup
bersama mereka dan juga semoga di surga nanti kami tetap bersama adalah hal
terindah yang sedang dan ingin kujalani.
Circle kedua adalah teman. Teman akrab
ya a.k.a sahabat. Well yeah aku tidak punya banyak. Untuk
tipe introvert sepertiku, sahabat
adalah hal yang sangat berharga. Aku tidak mudah untuk membuka diri kepada
orang lain. Tapi untuk mereka ada hal-hal yang dengan senang hati kuceritakan.
Di luar
kedua circle tersebut, aku merasa
bebas untuk tidak menggantungkan hidupku kepada mereka. Kecuali ya ada term and condition dari kedua belah
pihak. Aku malas mengurusi hidup orang lain, sama malasnya ketika hidupku juga
mulai disorot oleh orang asing.
Aku
seperti enggan peduli dengan apa yang terjadi di luar circle-ku, dengan begini aku jadi tidak berminat menggosip. Juga
selama campur tanganku tidak diperlukan dalam sisi positif, aku biasanya tidak
pernah menyentuh wilayah orang lain. Mengetahui permasalahan orang lain itu
menurutku kayak menuh-menuhin kepala gitu loh, jadi alih-alih kepo kalau bisa
mendengar orang punya masalah saja aku tidak mau.
Dan
ketika ada permasalahan, selain menyelesaikannya secara teknis, aku juga lebih
mementingkan kedamaian bersama agar tidak ada urusan lain di kemudian hari. Aku
malas ber'sentuhan' dengan orang asing. Lagi pula, apa gunanya ribut coba? Hidup
terlalu sebentar untuk mengoleksi dosa.
Hal lain
dari hidup yang sering kurenungi adalah kematian. Aku tahu setiap orang akan
mati. Semua kehidupan akan berakhir. Khawatir, tentu saja. Tapi kemana aku
harus membaginya? Toh yang lain juga akan mengalami hal yang sama. Terlebih
karena waktunya yang tak dapat ditebak, kematian diri sendiri atau orang-orang
terdekat tentu akan menjadi hal yang tidak mengenakkan.
Oleh
karena itu aku berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia ini. Akan ada alam
lain yang menyambut kita setelah kehidupan yang fana. Aku yakin. Ketika
memikirkan ini, ambisi dunia pasti akan segera mengendur dan menemukan
batasannya.
Hal
terakhir yang bisa kubagi tentang esensi hidup bagiku adalah bahwa aku tipe planner. Aku sudah memetakan diri hingga
beberapa tahun ke depan. Ingin ngapain, di mana, bersama siapa. Bahkan juga
dalam urusan finansial. Karena aku mengenali diriku sendiri yang perfectionist ini, maka aku tak khawatir
akan menjadi stres ketika tidak dapat melaksanakan rencana-rencana tersebut.
Intinya aku hanya lebih nyaman saja dengan hidup yang lebih terencana.
Jadi ya,
itu pendapatku tentang hidup. Kefanaan yang tidak lama ini harus direnungi agar
berarti. Agar kita tahu bagaimana inginnya kita. Bagaimana kita ingin dikenang
nanti.[]
Aku pun enggan memperdulikan kehidupan diluar circle dan menganggapnya hampir tidak ada. Sebodo amat itu karena dengan begitu hidup terasa lebih bahagia bagiku.
BalasHapusAku juga merasa kalau hidup itu singkat banget. Tau-tau uda 1/4 abad. Dan merasa banget aku belum banyak bermanfaat buat orang lain. Bahkan ada hal nekad yg aku rencanain kak. Jual rumah, jual aset dan pergi ke zona lain. Belajar mulai hidup dari nol lagi. Mungkin karena dr kecil aku terbiasa pindah dan bepergian.
BalasHapusWalaupun di juluki : si putri yg punya temen se Indonesia, tapi kaya masih nothing gitu buat keluarga aku, buat diri sendiri.
Yes! Sama Mbak, saya juga malas kepo dan ga suka dikepoin.
BalasHapusDulu saya juga tipe planner. Senang saja bikinnya walaupun tak jarang ada yg tidak bisa terlaksana. Sekarang saya jarang bikin plan karena sok sibuk XD terima kasih sudah mengingatkan, jd kangen bikin rencana-rencana lagi ^^
Sama mbak, sekarang di umur 23 jalan 24 teman juga sudah tidak terlalu banyak yang dekat dan kalau ngumpul juga bahasanya sudah jauh dari gosip karena ya buat apa juga kan yah? Haha, terus juga sering mikir nanti kalau mati bakal dikenang gimana ya? Sedih sih kalau mikirin kematian huhu :')
BalasHapushmmm merenungi hidup ya. kadang saat sendiri suka kepikiran bayak hal juga. apalagi soal kematian, suka membayangkan banget, saat apa ya pas dipanggil kelak dll nya..
BalasHapussama, aku juga tipe yang malas terlalu ikut campur sama urusan orang alias cuek aja hehehe. sayangnya, aku bisa marah banget bila ada orang yang iseng " ngejahatin" padahal kita merasa nggak ada masalah sama mereka. OMG..
Tapi sementara merasa nyaman sih dengan yang dijalani dan berharap berthn kedepan lebih berguna buat bnyak orang. karena hidup yang singkat banget tadi..nggak terasa banget..
Kadang karena asik dengan kesibukan yg sekarang kita bisa lupa fokus utama keinginan kita, tp mmg benar utk org introvert rsanya satu shabat sangat berarti hehe
BalasHapusaku juga tipe yang tidak terlalu peduli dengan dunia luar dan kadang memiliki dunia sendiri. sepertinya memang orang introvert rata-rata begitu yaa
BalasHapusYaelah baru 27 ya ternyata.. masih cocok jadi adek aku ya.. hihihi.. aku setuju banget hidup ini singkat dan kok rasanya gitu2 aja..aku aja yang uda kepala 3 masih sering kerasa baper kalo mikirin hidup singkat ini
BalasHapusdalem banget ini renungan hidupnya. pengen sih aku tu kaya orang-orang yang mapping plan terkait hidup. usia segini planning meraih ini itu. tp akunya kadang stuck di tengah jalan, merelakan yang terjadi nggak sesuai harapan. yg ada sibuk berkutat dg apa yang dihadapi, planningnya paling menjadikan hal-hal yang dilalui sebagai pengalaman & pelajaran dalam hidup. biar tambah kuat.
BalasHapusAku kayanya suka yg let it flow gitu, gak tau kenapa ya udahlah ya hehe
BalasHapusSalam,
www.rizkyashya.com
Sama Mbak, kalau aku sih mikirnya, setelah kematian nanti, aku diingat sebagai sosok yang seperti apa?
BalasHapusSelain itu, kan, menghindari gosip juga menghindari dosa, juga menjaga hati biar fresh dan nggak selalu komentarin hidup orang.
Kalau soal kepo, aku sendiri masih kepo sama hidup orang lain, sebatas kepo untuk mencari inspirasi, kalau orangnya sendiri hendak memberi informasi. Dan memang kadang sengaja menggali.
Suka banget dengan tagline blognya, Mbak.
rasanya baru kemarin aku taruhan kelereng dg teman di kelas, waktu itu jakarta lg heboh reformasi. nah sekarang tau2 buah reformasi sudah sampe sini. listrik naik, bpjs naik. ruar biasa prank dunia ini!
BalasHapusSaya kerap merenungi kematian. Terutama ketika di sekeliling, para tetangga satu persatu dipanggil ke hadirat-Nya. Ada ketakutan yang kerap menghantui. Ketakutan karena betapa telah menyia-nyiakan usia sehingga luput dari berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.
BalasHapusHidup itu tahu-tahu. Tahu-tahu sudah terlewat. Karenanya kita perlu lebih mawas diri. Semoga kita bisa untuk terus belajar
BalasHapusKita bisa berencana, namun Allah saja yang menentukan. Maka dari itu baiknya punya rencana A, B, C. Apapun yang terjadi, insya Allah itulah yang terbaik bagi kita
BalasHapusaku baru merasakan hidup itu emang bener kudu punya rencana yaa, dulu sih males kaya hidup kok jadi diatur itu, ternyata justru kalau nggak terarah malah nggak enak, maish masa transisi sih
BalasHapusMerenungi hidup, aku juga mikir udah ngapain aja di usia ini. Sudah bermanfaat belum? Sudah bahagia kah? Dan bagaimana aku dikenang nantinya. Kan ngeri kalau orang2 bicarain keburukan kita setelah gak ada
BalasHapusSemua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, Mbak. Pasti ada awal, ada juga akhir. Itulah esensi hidup, tinggal pikirkan saja apa tujuan kita untuk hidup di sini, dan apakah yang kita sudah lakukan ini sesuai dengan garis hidup yang kita tuju itu.
BalasHapusSetuju juga, kesenangan sementara membuatku lupa akan tujuan hidup yang sesungguhnya. Tentunya, aku belum bisa ceritakan ini ke siapapun. Hanya aku, orang tua, sahabat dekat, dan Tuhan saja yang tahu itu.
Iya mbak. Aku juga ngerasa gitu. Ngapain lah aku selama ini. Banyak santainya daripada berjuangnya. Bingung. Ini hal yg harus disyukuri atah patut diwaspadai?
BalasHapusklo aku tipe yang suka membuar circle baru kak. melakukan perjalanan panjang, menikmati banyak hal termasuk bertemu dengan orang baru, selain berencana aku juga selalu membuat goal jangka pendek, panjang dan menengah lalu tak lupa memasukkan bahagia disana
BalasHapusEny udah 23 ini apa kabar 😂😂 apa yg sudah dicapai dan apa saja yg sdh dikerjakan, kadang masih bingung ingin pencapaian seperti apa mbaa
BalasHapusKehidupan bersama satu circle itu enak banget ya kak selalu ada teman teman yang support kita.
BalasHapusAkan tetapi kalo untuk yang diluar circle rqsanya gimana gitu rasanya males banget
Esensi hidup ini pernyataan yang think to much banget. Karena kita memiliki akal dan kepribadian yang unik jadi banyak hal yang dapat kita lakukan.
BalasHapusSo far, aku suka dengan esensi hidupnya.
BalasHapusMeski aku bukan sosok yang introvert ya..
Cuma kembali lagi sebagai seorang muslim, esensi hidup kita itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Jadi, apapun yang kita dapat harus selalu disyukuri karena bahagia itu sederhana selama kita bisa bersyukur dengan apa yang kita punya :)
Dulu...pas belum menikah, banyak target yang ingin dipenuhi.
BalasHapusSekarang,
setelah punya anak, target untuk bertumbuh bersama.
Jadi memang hidup harus punya goals yaa...biar seru gituu..