Beberapa waktu yang lalu aku
ketemu sama orang yang punya perangai buruk. Well, aku jarang komplain sama kekurangan orang. Pertama, karena
aku sadar aku juga enggak sempurna. Kedua, aku bukan tipe yang peduli dengan
sifat orang lain selama enggak ada hubungannya sama aku. Ketiga, kekurangan
orang juga kadang bukan hal yang disengaja atau bahkan itu bukan hal yang bisa
diubah.
Nah, kenapa aku akhirnya
ngeluh tentang kekurangan orang ini. Karena yang kukomplain ini adalah tentang
perangai, sesuatu yang sebenarnya bisa diubah. Seandainya kekurangannya berupa
fisik, keadaan ekonomi, latar belakang keluarga, atau kapasitas otak, aku jelas
enggak bakal misah-misuh dan nulis ini sekarang. Beberapa hal terakhir ini
bukan kekurangan yang patut aku komentari dan enggak ada gunanya juga
sebenarnya buat aku kalau misalnya aku ngutak-ngatik sisi ini di kehidupan
orang lain.
Balik ke orang yang
berperangai buruk ini. Hal yang paling membuatku jengkel adalah dia tidak
memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengatakan pendapat. Ia hanya
berbicara tentang apa yang ia pikirkan dan hampir semua yang keluar dari
mulutnya dapat membuat yang mendengar sakit hati. Menjengkelkan sekali bukan?
Setelah meluapkan
kejengkelan dengan teman sependengaran, ketika orang tersebut pergi, aku
akhirnya menyadari satu hal bahwa aku seharusnya KASIHAN dengan orang ini dibanding
merasa jengkel.
Orang dengan tipe yang
suka nyalahin orang lain kayak dia ini pasti belum pernah disentil sama orang
lain, bahkan orang terdekatnya. Apakah mereka tidak peduli atau memang merasa
apa yang dilakukan oleh si A ini bukan sesuatu yang salah?
Jika kemungkinan pertama
benar, dia mengenaskan sekali. Bahkan orang-orang terdekatnya pun tidak peduli
apakah dia akan menjadi baik atau jahat di kehidupannya. Sifat buruknya dibiarin
aja gitu sampai mendarah daging dan jadi karakter yang permanen.
Jika kemungkinan kedua
yang benar, maka itu tidak kalah mengenaskan. Berarti selama ini hidupnya
dikelilingi oleh orang-orang yang juga mempunyai sifat buruk, setidaknya
orang-orang ini tidak merasa terganggu dengan sifat buruk yang dimiliki oleh A.
Dunia macam apa itu.
Sebelum bertemu dengan
orang ini aku memang pernah mendengar selentingan kabar tentang sifat buruknya.
Dengan berniat husnozan aku tidak membiarkan diriku percaya sebelum bertemu
langsung dengan orangnya. Ternyata dia memang benar-benar buruk. Aku yang baru
bertemu dan hanya sebentar saja pun sudah merasa agak mual saking jengkelnya.
Bagaimana mereka yang selalu dan sering berada di dekatnya? Entah.
Pelajarannya adalah jangan
sampai kita punya sifat buruk juga dan jika kita punya kecenderungan untuk
bersikap bodoh, cari lingkungan yang mendukung untuk berubah ke arah yang lebih
baik. Mereka yang
beneran sayang kepadamu, tak akan selalu setuju dengan keputusanmu. Bahkan
tak jarang mereka adalah penentang utama kelakuanmu.
Kamu sebal? Seharusnya jangan, karena hal
tersebut untuk menjagamu. Karena umumnya
yang mereka tentang adalah hal-hal yang akan mencelakakanmu. Mereka bakal malu kalau perbuatanmu buruk. Mereka akan susah kalau kamu tercela. Makanya mereka menentangmu sebelum terlanjur. Mereka bak sarung senjata yang akan mengamankanmu
tanpa membuat luka orang banyak. So,
jangan senang dulu kalau tak ada yang mengecammu padahal kamu melakukan banyak
hal suka-suka. Belum tentu orang-orang
suka. Mungkin karena tak ada yang sayang
padamu, tak ada yang acuh apakah kamu akan kena hujat atau cela.
Selain nasihat untuk orang lain, nasihat ini
juga kutujukan kepada diri sendiri. Tidak enak menjadi orang yang punya sifat
buruk, tapi tidak ada yang mengingatkan. Lebih tidak enak lagi jika kita punya
perangai buruk tapi kita sendiri tidak sadar. Naudzubillah. []
Sedih juga ya kalau ada teman yang sifatnya buruk tapi kalau mau memberitahu takut ia tersinggung karena mungkin kita nggak terlalu dekat. Kita bantu doain semoga bisa berubah ya..
BalasHapusBener banget mbak, lingkungan sekitar sampai lingkungan prgaulan menjadi persentase yg cukup besar
BalasHapusLangkah terbaik memang menasihati dengan baik-baik namun tidak menggurui. Tetap berbuat baik dan menyadarkan dia dari kekeliruannya. Butuh effort memang untuk menyadarkannya. Hanya dengan pengetahuan dan ilmu agar dia faham bahwa perangainya tersebut buruk.
BalasHapusSemoga kita bisa lebih mawas diri dan terhindar dari hal2 negatif
BalasHapus