Pandemi Covid-19 mempengaruhi seluruh lini kehidupan, termasuk pendidikan. Sekolah diliburkan sudah sekitar 3 bulan terakhir untuk mencegah penularan virus Corona. Pemerintah pun mengeluarkan beberapa kebijakan pendidikan agar anak-anak tetap dapat belajar meski dari rumah.
Kemendikbud
membuat Program Belajar dari Rumah di TVRI. Ada berbagai program pembelajaran
yang terdapat di saluran televisi pemerintah tersebut untuk berbagai jenjang
kelas sekolah. Diharapkan tayangan-tayangan tersebut dapat membantu keluarga
yang memiliki keterbatasan pada akses internet. Dengan begitu, semua anak bisa
terus belajar di rumahnya masing-masing.
Pada sekolah-sekolah yang memungkinkan penggunaan
teknologi internet, kelas-kelas dilakukan secara langsung via aplikasi video
calling seperti Zoom atau Google Meet. Dalam level yang lebih rendah, kelas via
grup WhatsApp juga bisa dilaksanakan. Para guru disarankan untuk tidak mengejar
penyelesaian materi dalam kurikulum, tapi lebih menekankan pada pengembangan skill, kesehatan, dan rasa empati.
Untuk ujian atau ulangan, Google Form dapat
digunakan sebagai sarana mengasah kemampuan siswa. Ngomong-ngomong tentang
ujian, ‘berkat’ pandemi Covid-19 UN ditiadakan tahun ini. Satu tahun lebih cepat
dari rencana awal Pak Nadiem Makarim yang akan menghapuskan UN tahun 2021. Selain
itu, ada banyak hal-hal lain di sekolah yang juga berubah karena adanya pandemi
ini.
Salah satunya dialami oleh adik sepupuku, ia kelas
9 tahun ini. Tidak ada selebrasi khusus apapun dalam merayakan kelulusannya
dari SMA. Cuma foto-foto biasa saat pengambilan ijazah ke sekolah. Lagi-lagi
hal ini dilakukan untuk mencegah kerumunan orang banyak.
Tips
untuk Orangtua yang Menyelenggarakan Pendidikan dari Rumah
Selain stimulus yang dibuat pemerintah lewat
tayangan belajar di televisi, belajar dari rumah juga harus diinisiasi oleh orangtua. Peran orangtua, terutama ibu, sebagai madrasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi
anak harus kembali digalakkan.
Mau tidak mau, para orangtua harus menengok bagaimana
para penggiat homeschooling mempraktikkan
proses belajar dari rumah selama ini. Jika ada hal-hal yang bisa ditiru atau
dimodifikasi, tidak ada salahnya untuk diterapkan.
Setidaknya 6 tips berikut dapat diterapkan untuk
orangtua yang menyelenggarakan pendidikan dari rumah. Semoga bisa diterapkan semuanya untuk
mendapatkan hasil pendidikan yang maksimal.
1. Menyusun Kurikulum dengan Penyesuaian
Orangtua harus menyusun kurikulum sendiri sesuai
visi misi dan kondisi keluarga, selain mengacu kepada kurikulum nasional yang
dibuat oleh pemerintah juga. Hanya orangtua sendirilah yang tahu bagaimana
kurikulum yang tepat untuk anak-anaknya di rumahnya sendiri. Kurikulum untuk
sekolah pun seharusnya disesuaikan dengan kearifan lokal sekitar.
Tidak bisa satu kurikulum untuk seluruh Indonesia.
Anak-anak yang tinggal di gunung tidak harus
belajar tentang pantai dan para siswa di kampung bisa memilih untuk tidak belajar
tentang kondisi kota besar. Konteks kehidupan riilnya berbeda. Sampai di tangan
guru atau pendidik, kurikulum nasional harusnya diadaptasi sesuai kondisi
murid-muridnya.
Begitu
juga kurikulum yang seharusnya dibuat untuk pendidikan di dalam rumah. Kurikulumlah
yang harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan karakter anak. Jadi, tetapkan
duluan tujuan pembelajarannya, baru mencari kendaraan (baca: cara) yang tepat
agar bisa sampai pada tujuan tersebut. Dengan begini pendidikan jadi tepat
guna, tidak bingung ketika lulus menentukan mau jadi apa.
2. Perhatikan Potensi Anak
Tidak hanya dalam penyusunan kurikulum pembelajaran, dalam semua aspek
belajar mandiri di rumah memperhatikan potensi anak harus dilakukan. Proses pendidikan
yang berhasil akan membuat seorang anak mengeluarkan potensi terbaiknya. Mungkin
memang akan hanya fokus pada satu bidang, namun dalam kenyataannya hidup memang
begitu kan? Kita tidak bisa menguasai semua hal.
Orangtua tidak harus memaksa anak untuk menelan semua
materi. Kita bisa memilih bidang-bidang tertentu yang membuat anak tertarik dan
sesuai dengan bakatnya. Kita mendorong dan menstimulasi potensinya agar
berkembang dan bisa dijadikan alat untuk berkarya. Dengan fokus pada hal yang sesuai potensinya,
ia akan tumbuh menjadi pribadi yang unggul. Bukan pribadi yang kebingungan
dengan potensi dirinya sendiri saking bingungnya karena kebanyakan materi
belajar yang masuk ke otaknya.
3. Lakukan Lebih Banyak Praktik daripada Teori
Aplikasikan
kurikulum yang dibuat sesuai dengan kemampuan anak dan orangtua. Jangan
memaksakan hal yang susah untuk dilakukan. Jangan lupa, aktivitas dari
kurikulum tersebut harus menyenangkan. Kalau bisa sambil bermain sehingga baik
orangtua maupun anak tidak tertekan.
Jangan
menghabiskan waktu untuk menghafal teori. Teori itu sifatnya wawasan agar saat
praktik tidak kagok dan lebih dari sekadar trial and error. Dengan
adanya teori, anak-anak akan belajar lebih cepat jika mereka terjun langsung
dan tahu medan perangnya.
Pada konsep
belajar mandiri di rumah, orangtua harus memperbanyak praktik daripada teori. Kenalkan
anak pada dunia nyata, teori yang mereka dapat dibarengi oleh pembelajaran life skills yang mengajarkan mereka
untuk mengaplikasikan apa yang mereka dapat ke dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
4. Alokasikan Waktu Khusus untuk Belajar di
Rumah
Meski tidak akan seketat sekolah formal pada
umumnya, harus ada jam khusus untuk belajar di rumah. Minimal 5 jam
pembelajaran dalam sehari.
5. Utamakan Pendidikan Agama, Akhlak, Karakter,
dan Kesehatan Mental
Semua hal di atas harus diutamakan sebelum materi ‘duniawi’
lainnya. Dengan penanaman materi-materi ruhiyah yang kuat, anak akan bisa
tumbuh dengan lebih kuat. Pada masanya nanti, skill pengendalian emosi semacam ini akan memberikan manfaat luar
biasa.
6. Teladan dari Orangtua
Orangtua harus
mencontohkan hal-hal yang baik kepada anak agar anak tidak sulit menerapkannya
juga. Perilaku orangtua dalam keseharian itu lebih
cepat dan lebih mudah dicontoh anak ketimbang nasihat yang disampaikan tanpa
teladan langsung. Pepatah bahwa anak
adalah cerminan orangtua itu benar sekali adanya.
Demikian
6
tips yang dapat diterapkan orangtua untuk menyelenggarakan pendidikan di rumah.
Jangan lupa untuk melakukan evaluasi secara berkala. Tiga indikator utama dalam
pembelajaran di rumah yaitu:
a. Apakah pengetahuan anak bertambah?
b.
Apakah kemampuan anak makin terasah?
c.
Apakah anak bahagia menjalani kesehariannya?
Jika 3
hal tersebut di atas tercapai, maka proses pembelajaran di rumah kita berhasil.
Jika ada salah satu indikator yang belum tercapai, maka perlu dilakukan
perbaikan. Apakah visi pendidikan yang belum sesuai dengan kondisi anak, apakah
strategi yang disusun belum maksimal.
Semuanya
dikembalikan kepada orangtua sebagai guru atau pendidik di rumah. Semangat ya
para ayah bunda dalam mendampingi putra-putrinya untuk belajar di rumah. Ingat,
ini bukan untuk membantu menggantikan peran guru di sekolah tapi ini untuk
membangun karakter dan kecerdasan anak.
Karena bagaimanapun
waktu akan terus berjalan selama pandemi Covid-19 ini. Anak-anak harus tetap
berkembang otaknya, jangan ikut mandeg karena imbas virus Corona. []
Pada akhrinya rumah tidak hanya tempat pulang tapi, tapi juga tempat belajar. Madrasah pertama anak ya kak.
BalasHapusOrang tua yang biasanya nungguin anak belajar, jadi ikut aktif belajar.
IMO, sisi positif belajar di rumah karena pandemi ini membuka kesempatan untuk orang tua agar bisa turut serta berperan dalam pendidikan anaknya.
BalasHapusAnak-anak yg pengen ngerasain home schooling, jd keturutan yaaa..
BalasHapusdan doa2 para anak2 yg mau UN, terdengar. :)
duh, padahal saya pengen ngerasain tanpa UN waktu itu.
hehehehe
Semoga semua keadaan setiap keluarga bisa melakukan hal ideal demikian ya kak :)
BalasHapusTerkadang, beberapa keluarga (orangtua) sdh sibuk dg pekerjaannya untuk mencari sesuap nasi :(
Namun secara fakta yang aku temuin, orang tua pada banyak yang ngeluh ðŸ¤
BalasHapusKarna orang tua msh ada yg gak ngerti gadget.
Setuju banget dengan kak rindang, bahwa kita sebagai orang tua lah yang harus menjadi teladan yang baik untuk anak. Karena masa anak2 merupakan seorang peniru ulung, terutama meniru perilaku orang tuanya.
BalasHapusPas banget buat aku yg udah 3 bulan ini ngajari 3 anak di rumah.kurang efektif sih karena aku juga nyambi kerjaan rumah. Tapi alhamdulillah pihak sekolah fleksibel. Jadi benar2 terasa fungsi aku sbg madrasah pertama anak2ku
BalasHapusdi saat pandemi seperti ini para ibu benar-benar diuji ya kemampuannya mendidik anak jadinya.
BalasHapusSetuju banget kalo pendidikan itu berawal dari rumah. Soalnya sebelum anak ketemu siapa siapa kan sama ortu jd yg pertama d tiru ya ortu hehe
BalasHapusSebenernya belajar di rumah ini punya tantangannya yang banyak banget. Apalagi dari segi orangtua. Yang awalnya ngelemparin tanggung jawab ke guru, sekarang jadi harus berperan aktif buat anaknya sendiri. Mudah-mudahan dua-duanya bisa belajar berkembang dengan baik ya :")
BalasHapusRumah adalah tempat meletakkan dasar. jadi emang semua harus dimulai dari rumah dan orang tua. Kalau jalan udah bener, rambu udah jalan kemana mana bakalan beres
BalasHapusSepakaaat.. tentu dgn demikian pendidika jg butuh kuota ya mbak.
BalasHapusAlhamdulillah jadi semakin dekat dengan buah hati saat pandemi ini, tapi ternyata membuat anak fokus belajar di rumah sangat sulit ya :(
BalasHapusAku pernah mencoba alokasikan waktu tapi kayanya kurang efektif juga karena akunya kurang disiplin sama anak.huhuhu
BalasHapusTerima kasih banyak tispnya. Di masa-masa kayak gini, menyesuaikan kurikulum emang penting banget supaya anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman.
BalasHapusChallenging banget lho bikin kurikulum buat anak. Aku yang antusias dengan belajar dari rumah aja belum siap-siap banget kalo everything harus dilakukan di rumah.
BalasHapusMengalokasikan waktu khusus untuk belajar minimal 5 jam sehari ini yang sulit buatku. Huhu. Anakku empat dan masih kecil-kecil semua (yang udah sekolah ada dua), semua butuh perhatian dan waktunya kadang gak bisa ditebak. Tantangan tersendiri, nih.
BalasHapusEhhh maaf curcol :D
Aku jadi teringat dulu sebelum sekolah diajarin baca dulu di rumah dan PR selalu tanya orangtua, memang kalau di dukung pendidikan d rumah anak jadi lebih maksimal dlm pendidikannya :D
BalasHapusSebenarnya proses belajar mengajar secara online lebih ribet ya. Kita sebagai orangtua malah harus 24 jam mengontrol anak dalam sistem pembelajarannya. Tapi mau tidak mau di masa Pandemi ini orangtua turut andil sepenuhnya ya.
BalasHapusSelama pandemi ini. Terasa banget peran ortu dalam membimbing anak untuk belajar dan ini jadi ladang pahala
BalasHapusSemoga semester ini belajar online nya bisa lebih lancar dan bikin anak dan ortu hepi ya, ada metode baru dari diknas..
BalasHapusteladan itu nomor satu. makanya aku gak pantes banget jd guru, gak bisa ditiru, wkwk. Jambi Alhamdulillah zona hijau, kemungkinan dlm wkt dekat anak2 sdh sekolah lagi
BalasHapus