Halo, selamat datang di masa new normal. Sekali lagi, ini merupakan sejarah yang merupakan bagian dari pandemi Covid-19. Semoga kalian tidak bosan membaca episode tulisanku yang berkaitan dengan virus Corona ya.
Jangan berharap tulisanku membahas semuanya secara
komprehensif, aku menulis hanya untuk bersenang-senang. Sekalian mengabadikan
sejarah pribadi. Jadi ya isinya pasti personal banget. Jika kalian butuh data
lengkap, website atau kanal pemerintah tempatnya. Jangan buka sumber berita
yang berpotensi menyebarkan hoax ya.
Ekonomi Indonesia benar-benar lesu setelah wacana
#dirumahaja dan PSBB diberlakukan. Tidak semua jenis usaha bisa dijalankan dari
rumah, kita tahu itu. Dan tidak semua jenis usaha dapat dimaklumi bisa terus
berjalan selama masa pandemi, hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko
persebaran virus Corona bukan untuk membunuh sumber kehidupan orang banyak. Tapi
ya bagaimana, dua sisi ini sungguh berseberangan.
Ada banyak pemutusan kerja oleh perusahaan
terhadap karyawannya karena zero revenue.
Tidak semua orang punya sumber keuangan kedua. Dan masih ada banyak kisah sedih lainnya dari warga yang
terdampak secara ekonomi oleh penerapan PSBB dan gerakan #dirumahaja. Oleh pemerintah,
mengikuti jejak negara-negara terdahulu, skenario new normal mulai diberlakukan di beberapa daerah di Indonesia.
Transportasi umum mulai kembali beroperasi, rumah
makan dan sejenisnya boleh dibuka, mall juga diperbolehkan aktif kembali, tempat
ibadah bisa kembali digunakan, hingga tempat wisata satu persatu mulai membuka loket
tiketnya. Meski libur anak sekolah terus diperpanjang, beberapa sektor
pekerjaan sudah mulai diaktifkan kembali.
Kantorku pun mulai berhenti menerapkan half work from home per tanggal 8 Juni
2010 kemarin. Aku tentu saja senang bisa kembali ke kantor 5 hari dalam
seminggu. Toh libur juga tidak bisa kemana-mana, kalau ke kantor hitung-hitung
keluar rumah. Bertemu dengan rekan kerja yang selain keluarga inti dapat
membuat hormon bahagiaku meningkat.
Tapi di sisi lain, aku harus mengucapkan selamat
tinggal untuk daily routine selama wfh. Bye
morning routine yang santai, bye
menulis sepanjang hari. Terima kasih sudah menjadi bagian dari sejarah hidupku
selama 2,5 bulan kemarin. It’s a new
experience for me.
Seperti namanya, kondisi normal yang sekarang
tentu berbeda dengan kondisi normal sebelum terjadi pandemi. Kita jadi harus
ekstra hati-hati dengan menerapkan perubahan perilaku hidup sehat. Masker tetap harus dipakai, cuci tangan harus
lebih sering. Berkerumun harus dihindari, tidak berinteraksi terlalu dekat
dengan orang asing.
Miris, setelah new
normal diberlakukan jumlah kasus positif di kabupatenku malah dilaporkan
meningkat. Entah itu cluster para
pemudik yang nekat mudik saat lebaran atau memang karena rapid dan swab test mulai diperbanyak. Berita ini
membuat kewaspadaan meningkat. Begitu juga dengan jumlah kasus positif di
kabupaten-kabupaten lain di provinsiku. Itu yang membuat kepala kantorku belum
mengizinkan kami dinas keluar kabupaten.
Tak jarang dalam laporan harian pemerintah,
Kalimantan Selatan menempati urutan kedua terbanyak pertambahan kasus positif Covid-19.
Namun beberapa hari terakhir sih ‘sudah’ menempati urutan ke-4 setelah Jatim,
Jakarta, dan Sulsel. Tetap saja membahayakan.
Oya, intermezzo
sebentar tentang laporan Covid-19 resmi dari pemerintah yang ditayangkan setiap
hari di televisi. Setiap sore atau menjelang makan malam saat masak, aku
biasanya mendengarkan laporannya. Benar-benar mendengarkan karena aku tidak menontonnya
sambil duduk di depan televisi.
Aku menggarisbawahi pelafalan kata ‘konfirmasi’
dan ‘periksa’ yang di telingaku terdengar seperti ‘KONFERMASI’ dan ‘PEREKSA’.
Hehe. Receh ya, tapi itulah yang kutangkap selain garis besar jumlah
angka-angka yang dilaporkan.
Salah satu hal yang kuamati terjadi di sekitarku
setelah penerapan new normal ini
adalah banyaknya tempat umum yang mengharuskan pengunjung melakukan pengukuran
suhu tubuh. Selama tugas lapangan di dalam kabupaten terutama di daerah-daerah
wisata, beberapa orang yang terdiri atas pemerintah desa setempat, aparat
polisi, TNI, hingga satpol PP berjaga di beberapa titik jalan untuk melakukan
pengukuran suhu tubuh dan menanyakan tujuan.
Hal lain yang aku dan teman-teman alami adalah
ketika saat ke lapangan lupa membawa mukena. Saat tiba waktu salat, tidak ada
satu masjid atau musala pun yang kami singgahi menyediakan mukena. Karpet sajadah
pun digulung, benar-benar manaati anjuran pemerintah. Salut sih.
Mustahil sih jika berharap bisa kembali normal
seperti masa sebelum pandemi. Yang abadi di dunia ini adalah berubah, dunia
berubah kita juga harus menyesuaikan. Tidak ada ruginya mematuhi anjuran
pemerintah dengan menerapkan protokol kesehatan. Malah bermanfaat untuk diri
sendiri dan orang-orang terdekat.
Selamat datang tatanan kehidupan normal yang baru,
mari hidup damai berdampingan dengan risiko dan bencana. Apapun itu. []
semoga perubahan ini bisa menjadikan kita pribadi yg lebih baik terhadap alam dan sesama ya :)
BalasHapusSelamat menerapkan kenormalan baru ya Mbak.
BalasHapusSemoga Mbak selalu sehat bersama keluarga tercinta.
rasa kuatir lebih besar sih aku sekarang sebab kran suah dibuka, meski new normal banyak yang abai, jadi ku kuatir
BalasHapusaku pribadi belajar mengambil hikmah dari pandemi ini, bahwa "ambil hikmahnya" itu gampang disebut tapi sangat sulit dipraktikkan
BalasHapusNew normal semacam dua mata pisau ya 🙄 tetap jaga diri dan keluarga serta patuh pada protokol kesehatan ya kan mb
BalasHapusRada degdegan juga neh dg istilah new normal. Kok kesannya jadi upnormal ya
BalasHapusBerusaha tetap gembira dan tenang beraktivitas di tengah pandemi sambil tetap waspada dengan menjalankan protokol kesehatan, belum ada event jadi belum wara-wiri, di rumah saja dulu
BalasHapusstay safe and stay healthy everyone :D
BalasHapus