Sudah berapa lama pandemi Covid-19? Sudah berapa bulan new normal? Aku lupa menghitung. Lelah dengan berita pandemi yang kebanyakan negatif, aku mengurangi intensitasku menyimak berita-berita jenis ini. Sudah sejak lama aku berusaha menjalani hidup dengan lebih tenang dan berkesadaran, salah satu caranya adalah dengan menghindar dari mendengar berita negatif yang tidak berpengaruh langsung terhadapku. Meski tetap saja ada satu dua berita buruk yang sampai di kupingku yang terbuka ini.
Kegiatan yang Disesuaikan dengan Kondisi New Normal
Perlahan-lahan, ada beberapa kegiatan yang dulunya dilarang saat masa PSBB mulai bisa dilakukan ketika memasuki era new normal. Dua di antaranya yang terlihat di daerahku adalah acara resepsi pernikahan dan objek wisata yang kembali dibuka.
Namun, seiring angka penderita Covid-19 yang positif semakin bertambah, maka isu pembatasan acara pernikahan kembali terdengar di sini. Konon mulai pertengahan September nanti acara pernikahan kembali dibatasi. Aku sendiri sudah menghadiri kurang lebih 10 pernikahan selama masa new normal.
Menurutku, kehidupan dengan adaptasi kebiasaan baru (new normal) agak sulit diterapkan saat menghadiri resepsi pernikahan, terutama jaga jarak dan pakai masker. Pada kegiatan makan dan foto bareng mempelai sih kedua protokol kesehatan itu tidak mudah dilakukan. Sementara untuk cuci tangan, sebagian besar orang sudah mulai sadar melakukannya. Apalagi dengan banyaknya disediakan keran cuci tangan dan sabun di mana-mana.
Untuk kegiatan wisata, sebagian besar sudah mulai dibuka dengan berbagai aturan yang diterapkan oleh pengelolanya. Aku bahkan sudah ke luar kabupaten untuk berwisata 2 minggu yang lalu. Lumayan menghilangkan stres selama masa pandemi.
Plus-Minus Situasi New Normal
Kegiatan lain yang ikut terdampak tentunya adalah proses belajar mengajar dan pelatihan apapun yang seharusnya diadakan tatap muka. Aku banyak sekali mengikuti seminar dan pelatihan yang terkait dengan pekerjaan dan kepenulisan selama pandemi ini.
Bahkan karena sudah dijadwalkan, inhouse training kantorku dilaksanakan online sekitar satu bulan yang lalu. Kegiatan yang seharusnya mendatangkan pemateri ke kantor, kini hanya dengan menghadap layar sudah bisa diikuti. Plusnya adalah biaya menjadi dapat ditekan karena akomodasi dan transportasi pembicara menjadi nihil.
Namun, kekurangannya adalah untuk materi yang tersampaikan kurang maksimal diterima karena faktor tidak satu ruangan serta seringnya diwarnai oleh trouble sinyal. Waktu juga jadi lebih mudah terbuang karena dipakai untuk input-input dokumen yang satu kali prosesnya bisa 10 menit sendiri. Padahal pematerinya dibayar per jam. Bisa dapat ilmu sedikit aja dengan waktu terbatas kalau nggak benar-benar memperhatikan.
Untuk kelas-kelas kepenulisan online yang aku ikuti tantangannya adalah sinyal. Area rumahku miskin sinyal. Jangankan ikut seminar online via Zoom, berbalas pesan via WA saja loading-nya lama. Paling oke jika jam pelatihannya saat jam kerja dan aku tidak sibuk, bisa ngandelin wifi kantor. Kalau pelatihannya di luar jam kantor, aku harus bawa gadget ke tempat yang sinyalnya kuat atau nyerah saja sekalian. Hanya pada kesempatan yang langka, sinyal hp bisa diandalkan.
Peran Teknologi Digital di Era New Normal
Ada banyak kegiatan lain yang diikuti orang-orang di luar sana dalam rangka penyesuaian dengan kondisi new normal. Di sinilah teknologi digital berperan penting. Dengan dibatasi pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar, adik sepupuku yang baru kelas 5 SD sudah punya smartphone sendiri untuk mengikuti belajar via daring menggunakan aplikasi WA.
Adik iparku melaksanakan sidang dan yudisium secara online. Jauh dari hiruk pikuk kampus yang biasanya terjadi ketika dua kegiatan ini diadakan secara offline. Sementara itu, tanteku yang seorang guru mengikuti pelatihan PPG secara online. Jika biasanya PPG itu selama sekitar satu bulan dan berasrama, maka pada PPG online hanya perlu duduk di depan laptop beserta mengerjakan tugas-tugasnya tanpa tatap muka.
Karena aku ikut membantu mengerjakan tugas-tugas dan mengatasi permasalahan teknik daring (tanteku agak gaptek), PPG secara online cukup menguras energi juga. Tantangan pertama adalah kurang fokus karena peserta berada di tempat yang berbeda dengan pemberi materi, gangguan di sekitar pasti ada. Apalagi tanteku punya bayi. Kelebihannya ya tanteku nggak perlu jauh pergi dari rumah selama berbulan-bulan untuk mengikuti pelatihan ini.
Dalam masa new normal ini suamiku pernah mengadakan acara berskala provinsi yang diadakan secara online. Persiapannya tidak kalah heboh dibanding acara offline karena tampilan pada layar juga diusahakan semeriah pada saat offline. Perbedaannya hanya pada para peserta dari kabupaten lain tidak datang langsung ke lokasi.
Smart dalam Menggunakan Smartphone
Meski teknologi digital sangat berperan penting dalam masa new normal ini, kita harus tetap bijak dalam penggunaannya. Jangan mentang-mentang interaksi antar manusia dibatasi kita jadi lebih acuh secara sosial dan malah terlalu akrab dengan gadget. Setidaknya atur screen time kita, ada waktu maksimal penggunaannya dalam sehari. Terutama untuk aktivitas yang tidak mengarah ke hal-hal produktif, scrolling beranda medsos misalnya.
Menyaring konten-konten yang lewat di beranda medsos kita juga menjadi langkah yang smart dalam menggunakan smartphone. Jangan semua informasi ditelan mentah-mentah. Aku sendiri biasanya langsung skip info atau berita yang tidak berpengaruh pada diriku. Berita para artis? Biarlah mereka sendiri yang mendatangi telingaku, bukan mataku yang mencari sendiri ke sumbernya. Bukan apa-apa, waktu terlalu sayang untuk dihabiskan kepo terhadap kehidupan orang yang bukan siapa-siapa kita.
Di sisi lain aku senang sekarang konten positif semakin banyak bermunculan. Aku berharap ini akan menjadi trend sehingga konten negatif akan menciut jumlahnya. Sebutlah pada aplikasi digital Tik-Tok sudah mulai banyak konten kreator yang aware dengan isi kontennya. Jika dulu Tik-Tok sering dikaitkan dengan konten negatif, sekarang ada banyak video kreatif dan inspiratif yang ada di sana.
Kondisi Terkini Pandemi Covid-19
Aku sungguh tidak mengikuti lagi berita pandemi Covid-19 nasional, tapi untuk kondisi terkini pandemi Covid-19 di kabupatenku aku masih tahu. Beberapa waktu terakhir ada dua tenaga kesehatan yang bekerja di RS daerahku yang positif Covid-19 dan meninggal. Kabar menyedihkan. Selain itu, terdapat berita simpang siur (yang artinya tidak dikabarkan secara resmi) tentang banyaknya pegawai di beberapa dinas yang positif Covid-19.
Ada satu isu yang cukup menggangguku mengenai Covid-19 ini. Apa benar di beberapa rumah sakit, pasien dengan penyakit negatif Covid-19 disuruh menandatangani surat positif Covid-19? Tujuannya agar RS mendapatkan dana penanggulangan Covid-19 dari pemerintah pusat. Jika berita ini benar, maka sulit untuk membuat masyarakat percaya pada angka-angka statistik laporan harian yang diumumkan itu. Sedang yang apatis dengan kebenaran berita pandemi ini sendiri juga sudah ada.
Semoga pihak-pihak terkait dan yang berwenang selalu diberi kesehatan sehingga dapat mengawal penanggulangan bencana sosial-ekonomi-kesehatan ini dengan segera. Kalian yang membaca juga, kudoakan agar selalu berada dalam kesehatan agar dapat selalu berpikir positif dalam setiap kondisi buruk yang terjadi. Amin. []
Iya, jelas era digital ini juga ada kurangnya. Bagi sekolah yg banyak prakteknya apalagi, berasa banget pasti kurangnya sih ini.
BalasHapusMamaku juga kak, sebagai guru beliau gaptek banget saat harus pjj. Jadi kami anak - anaknya harus bantuin beliau.
BalasHapusSaat pandemi ini juga beliau banyak mengikuti pelatihan guru mata pelajaran. Memang sih lebih ringkas karna pelatihan g perlu keluar rumah. Tapi, beliau sering ketiduran didepan laptop. Ngantuk katanya dengerin pelatihan sendirian g ada temen. 😂 LOL
aku juga sekarang suka ikut webinar-webinar nih. tapi bisanya cuma pas hari kerja soalnya kalau hari libur aku rebutan hape sama anakku. he
BalasHapusPaling kerasa manfaat teknologi komunikasi di era pandemi ini. Yg gaptekpun hrs berusaha untuk bs update teknologi. Krn semua serba online yak
BalasHapusDisini open diskusi kan mba? (samblil clingak clinguk)
BalasHapusPernah denger juga dari temen yang diminta untuk TTD surat persetujuan itu mba. Hasilnya memang negatif sih. Katanya agar bebas biaya RS kalau mau TTD
Yang aku tambah bingung sekarang itu kenapa baliho2 di Banjarmasin di Pasar Sudi Mampir, Pal 6, Ujung Murung sama depan Duta mall cuma ada data positif dan meninggal. Lalu semakin lucu ketika angka dari satu titik baliho ke baliho lain "nggak sama"
kan aku bingung -___-
Jaman sekarang memang bener-bener bikin generasi X atau baby boomer keluar dari zona nyaman ya. harus bisa teknologi ini itu, padahal sebelumnya cuman bisa ngeWA aja -_-"
BalasHapusAlhamdulillah kita sehaaatt wal afita sentausa senantiasa ya Mbaaa
BalasHapusKondisi yg tidak ideal ini, mau tdk mau kita memang kudu beradaptasi.
Semogaa tetap semangaatttt
Teknologi sangat membantu sih di masa pandemi begini, mendekatkan yg jauh dan tetap bisa menjalankan aktivitas bekerja, meeting, workshop, sekolah dll meskipun masih buanyak bgt yg harus dibenahi dan pengguna'y pun harus beradaptasi ya..
BalasHapusMemang sellalu ada plus minusnya dalam sebuah kejadian. Kita sama mbak Rindang, saya juga tidak begitu ambil peduli denganbberita2 yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita. Kalau masalah kasus covid-19 paling hanya untuk bahan evaluasi saja dan pengingat diri, biar kita juga tetap berhati2 dan menjaga kesehatan. Memang harus tetap bijak dalam penggunaan teknologi ini di era pandemi seperti ini, biar tetap berpengaruh postif bagi kehidupan kita.
BalasHapusperannya ya banyak banget
BalasHapusmenggantikan hal2 yang ternyata lebih mudah dikerjakan
bahkan aku merasa, karena covid ini, membuat kita modern lebih cepat, haha
Aku juga dengar kisah mirip dengan ini mbak di daerahku "di beberapa rumah sakit, pasien dengan penyakit negatif Covid-19 disuruh menandatangani surat positif Covid-19?" Bedanya, meski sakit bukan karena Covid tapi di surat dokter dinyatakan Covid agar RS bisa mendapat tambahan dana. Entah benar entah tidak nih.
BalasHapusSama Mbak, di tempat saya juga banyak beredar kalau sakit jangan ke rumah sakit, soalnya kalau meninggal, informasinya yg meninggal akan dicovidkan. Entah iya atau enggak.
BalasHapusYg penting sekarang kita tetap menjalankan protokol kesehatan ya. Semoga semuanya sehat selalu. Aamiin...
Aamiin. Iya mbak benar adanya tuh karena kesulitan dana di daerah teman ibuku pernah cerita punya kenalan yg menandatangani surat tersebut jadi positif covid demi mendapatkan dana bantuan
BalasHapusAku termasuk yang bersyukur, Rindang...atas masa pandemi ini.
BalasHapusMeski memang banyak juga kebiasaan baru yang harus diterapkan...tapi dengan dirumahaja, semua jadi sering kumpul.
Aku juga sudah nggak mengikuti update Covid-19. Stres bawaannya. Yang penting tetap jaga imunitas, ikuti protokol 3M dan menghindari ke tempat umum yang banyak orang.
BalasHapusTeknologi sangat membantu, dan tetap saja anak2 kangeun sama situasi sekolahnya yang dulu. Semoga pandemi cepat berlalu.
BalasHapusIni barusan kejadian nih sama tetangga yang lahiran di rs masa iya suruh tanda tangan itu juga, kadang lihat berita, baca dan lihat dengan mata kepala sendiri beda jauh mbak, sesedih ini aku aslinya
BalasHapus