How's live, teman-teman?
Kebanyakan dari kita mungkin merasakan hidup gonjang-ganjing akhir-akhir ini, apalagi kalau bukan penyebab utamanya adalah the one and only pandemi covid-19. Ada banyak sisi yang terdampak dari pandemi ini. Aku juga ikut merasakannya.
Tepatnya akhir Agustus 2021 ini aku mengalami semacam kecemasan yang aku sendiri kurang mengerti apa yang aku cemaskan. Saat bersama orang lain, kecemasan itu tidak terasa tapi saat sendirian kecemasan itu datang tanpa diminta dan ya bikin insomnia juga. Well insomnia memang sudah kuderita sejak beberapa waktu yang lalu.
Aku menyimpulkan bahwa mungkin saja aku sedang mengalami demotivasi. Demotivasi adalah sebuah perasaan lelah, menyerah, ingin berhenti, tidak bersemangat, tidak bergairah, dan hal-hal lainnya yang bertentangan dengan kondisi termotivasi.
Awalnya aku tidak mengakui ada yang salah dengan diriku, dengan mengansumsikan toh bebanku tidak seberat beban orang-orang di luar sana. Tapi sepertinya aku tidak akan tenang sebelum menuliskannya, sebelum berbagi dengan selain diriku. Bercerita kepada orang lain secara verbal belum tentu bisa melegakanku karena sebagian besar tipe orang di sekelilingku akan memberi penghiburan dengan mengatakan bahwa itu adalah masalah yang kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan.
Niat mereka tentu saja positif, tapi dalam kondisi seperti ini yang kubutuhkan hanyalah didengarkan bukan diceramahi. Akhirnya aku sadar begini perasaan orang yang curhat, tapi malah diberi wajangan (positif). Mereka hanya butuh didengar. Sesederhana itu. Aku jadi berniat tidak akan melakukan hal yang sama. Di masa depan, aku hanya akan berusaha menjadi pendengar yang baik dan hanya akan memberi pendapat jika mereka meminta. Semoga bisa.
Kembali pada kecemasanku, awalnya aku berpikir seperti orang-orang itu. Bahwa masalahku sebenarnya sama sekali tidak pelik, tapi alam bawah sadarku yang terus memikirkannya mengindikasikan bahwa ada yang salah dengan diriku. Sesepele apapun, masalah adalah masalah dan harus dicari jalan keluarnya. Jadi aku memutuskan untuk mengeluarkan unek-uneknya di sini.
Penyebab Demotivasi
Aku menyimpulkan bahwa penyebab demotivasiku adalah kejenuhan terhadap situasi dan kondisi stagnan yang terjadi di sekitarku. Aktivitas yang dilakukan selama masa PPKM tentu saja jauh lebih terbatas jika dibandingkan masa-masa sebelum pandemi terjadi.
Selain itu, kondisi kesehatan tubuh yang menurun dapat menginisiasi pikiran-pikiran buruk serta kecemasan muncul dengan mudah di kepala. Oleh karena itu penting untuk terus menjaga kesehatan fisik apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.
Gejala atau Ciri-ciri Demotivasi (Padaku)
Aku tahu persis apa masalahku secara teknis dan sudah berusaha menyelesaikannya secara teknis pula, tapi masalah alam bawah sadar atau pada tataran mental ini yang belum bisa kukendalikan sepenuhnya. Kadang aku sedih berlebihan dan seringkali overthinking. Aku memang tidak boleh self diagnosis, kecuali setelah bertemu mereka yang ahli dalam bidang ini, tapi aku tahu ada yang salah dalam kesehatan mentalku sekarang. Dan itu wajar menurutku, sewajar fisik kita merasakan sakit kepala, sakit perut, atau sakit gigi. Letaknya saja pada jiwa, bukan di raga.
Ada bagian dari diriku yang rasanya ingin travelling jauh, bukan karena muak dengan orang-orang di sekitar, tapi lebih karena jenuh dengan suasana sekarang. Ya, selama pandemi siapapun jadi lebih jarang bepergian termasuk aku. Padahal biasanya aku termasuk yang sering dan memang menyukai travelling.
Bahkan suatu hari nanti, jika hidup tidak mengharuskanku lagi untuk mencari uang aku berniat akan melakukan travelling seumur hidupku.
Demi memenuhi hasrat travelling itu, akhirnya aku sering menonton video-video travelling di Youtube. Cukup menghibur. Aku juga jadi sering menonton vlog orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Menyenangkan sekali.
Selain keinginan yang kuat untuk travelling, sekarang aku juga memiliki kecenderungan untuk window shopping dan belanja. Ya ampun, aku tidak pernah begitu sebelumnya. Aku memang tidak anti belanja tapi aku menganut prinsip minimalisme yang menyadari bahwa jika aku membeli sebuah barang apakah barang tersebut akan seberguna yang kupikirkan.
Ada banyak daftar pertanyaan yang harus terjawab dengan baik biasanya sebelum aku memutuskan untuk checkout. Sekarang aku agak lebih impulsif meskipun barang yang kubeli memang sudah ada dalam wishlistku. Oh dan yeah sebenarnya anggaran untuk belanja barang tersebut belum ada, jadi aku mengambil dana cadangan untuk membayarnya. But, ya sesekali tidak apa-apa bukan? Bela pikiranku.
Gejala lain adalah aku punya kecenderungan untuk ngemil lebih sering. Normalnya, nafsu makanku biasa aja, nggak semenggebu-gebu itu. Dan seperti biasa, tidak banyak jenis makanan yang kusukai jadi ya agak sulit untuk memenuhi permintaan perut ini.
Insomnia sudah kusebutkan di awal tadi ya. Selain itu apalagi ya gejalanya, hmm sepertinya hanya itu tapi kenapa aku merasanya banyak banget ya. Itulah overthinking, dikira banyak padahal hanya itu-itu saja yang terulang.
Setelah kupikir-pikir lagi, sumber awal kondisi demotivasi pada diriku biasanya adalah kondisi tubuh yang tidak prima. Jadi aku setuju sekali dengan pepatah "di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat". Atau saat jam biologisku terganggu, saat itu aku biasanya sangat mudah demotivasi. Apa yang kulakukan? Biasanya aku mengikuti mood saja, sesuai permintaan tubuh. Well ya orang se-planning diriku pun bisa random juga.
Cara Mengatasi Demotivasi ala Aku
Di satu sisi aku sangat bersyukur dengan support orang terdekat terutama suami dan beberapa fasilitas yang kumiliki sehingga semuanya menjadi tidak lebih berat. Bagaimanapun, nikmat Allah memang jauh lebih banyak seandainya kita mau berpikir.
Salah satu cara meredakan kecemasan pada diriku adalah dengan menghindarkan diri sebisa mungkin dari paparan smartphone. Kalau selama ini punya kecenderungan tidak tahan untuk tidak buka medsos, ini worth it banget dicoba.
Sebagai ganti kegiatannya aku jadi lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Misal saat harus keluar rumah dan berada di perjalanan, aku lebih memilih untuk memperhatikan rumah-rumah atau lingkungan desa, hutan, atau sawah yang terlewati. Sejak kapan aku mulai peduli dengan musim bertanam padi? Sejak aku lebih memperhatikan sekitar daripada isi smartphoneku. Well tentang kebiasaan tidak menggunakan smartphone ini sudah lama memang kuterapkan. Kepalaku pusing jika scrolling layar saat berkendara.
Biasanya saat menunggu sesuatu di luar dan tidak tahu harus ngapain, aku akan membuka hp. Sekarang sudah mulai kukurangin dengan mulai memperhatikan sekitar sebagai gantinya. Ya, berusaha menjadi lebih peka saja. Kecuali di hp memang sedang ada pekerjaan, mau tak mau aku akan scrolling layar.
Mengenai pekerjaan, kecemasan yang kualami saat demotivasi tentu saja berpengaruh pada produktivitasku. Aku menjadi tidak mood mengerjakan hal yang tidak begitu kusukai, dalam tanda petik pekerjaan yang mengharuskanku riset-riset terlebih dahulu tanpa melibatkan pengalaman pribadi. Jadi untuk saat ini, khusus untuk blog aku tidak mengambil pekerjaan yang berat-berat. Aku akan memungsikan blog sebagai tempat curhat seperti awal aku membuat blog ini. Itu sangat menyenangkan sekali.
Salah satu cara lainnya untuk mengatasi demotivasi adalah menuliskannya seperti yang sedang kulakukan sekarang. Rasanya sangat melegakan. Sesederhana apapun kecemasan dan demotivasi yang kita alami, akan sangat bagus jika dikeluarkan terutama dalam bentuk tulisan.
Demikian curhat panjangku mengenai demotivasi dan kecemasan-kecemasan tidak jelas yang melandaku akhir-akhir ini. Semoga ada yang bisa diambil hikmahnya oleh teman-teman pembaca semua. Terima kasih sudah menyimak sampai akhir. []
Cemas pada sesuatu itu wajar, tapi jangan sampai bikin kita terpuruk. Semoga kita tetap sehat dan diberi kelancaran ya
BalasHapusBener, kak. Pandemi ini seakan menuntut kita untuk tidak hanya menjaga kesehatan, tapi juga kewarasan diri. Dan memang pelampiasan terbaik yang jadi alternatif terakhir adalah "menumpahkan"nya lewat tulisan. Sepakat 🤝🏻
BalasHapusagak mirip sama curhatan aku yaaaaaaaaa
BalasHapusaku masih naik turun dengan semangatku. insomnia pun masih parah.
semoga mbak rindang bisa segera pulih lagi ya. aamiin
Mba Rindang aku pun kadang gitu kok, hehehe kayaknya semua orang ngalamin hal ini
BalasHapuskesibukan rumah, pekerjaan online, pandemi yang mengharuskan di rumah aja menciptakan kita harus mengambil solusi dari diri sendiri ya.Semangat pokoknya, terima kasih telah berbagi
Sepertinya aku pernah mengalaminya juga deh mbak. Tapi aku ndak insomnia. Aku pun juga pakai cara dg menjauhkan diri dari sosmed. Intensitas pegang smartphone tidak sesering biasanya.
BalasHapusSemangat y mbak
Sama banget niih...
BalasHapusAkhir-akhir ini merasa kepalaku berat dan badan sakit. Aku cerita gitu sama kakakku, katanya aku stres.
Kalau dirunut, kaya gak ada stressor, tapi aku ini jago denial.
Apakah aku juga mengalami demotivasi?
Hello mbak, aku pun kadang bingung menyalurkan kecemasanku. Aku tu paling gak bia cerita ke orang lain, krn suka beranggapan kalau mereka kucurhatin yg ada aku gak dibantu malah mungkin dalam hati mereka ngapok2in aku huhu, aku suudzon banget ya
BalasHapusJadilah aku tu mendem dalam hati sendiri, paling curhatnya ke Tuhan atau kalau ke medsos aku bikin postingan tapi gak secara gamblang menyiratkan aku ada problem.
Udah bingung soalnya siapa yang mau dimintain tolong atau diajak bicara, biar Tuhan aja yang kuajak bicara. Prinsipku kyk gtu sementara ini. Malah panjang komengnya haha
Benar mba, rasanya aq juga mengalami. Sesekali ga ada gairah hidup. Apalagi kalau fisik lagi kecapean. Ulala. Skrg aku larinya ke beli makanan dan minuman manis nih
BalasHapusaku banget ini mbak, cukup sering juga mengalami sedih berkepanjangan yang nggak ngerti kenapa, suka muncul aja perasaan itu
BalasHapusdan suka kangen sama traveling, plan traveling pun cancel sejak 2 tahun lalu pas awal covid muncul
sekarang healingnya memang ke blog dan dari dulu udah nganggap blog obat stress aku juga
Saat pandemi gini memang makin banyak orang yang mengalami stress bahkan sampai demotivasi dalam hidupnya, bisa dimaklumi karena banyak aspek yang terdampak. Semoga pandemi lekas berakhir dan bisa hdup normal kayak dulu, aamiin.
BalasHapusBanyak yg didera anxiety dan overthinking paraaahh ketika pandemi ini ya Kak.
BalasHapusSemogaaa kita bisa menemukan solusi masing2, karena tiap orang karakternya kan beda2 jadi coping mechanism-nya juga berlainan.
thanks much utk tipsnya ya Kak.
Menghindari smartphone bagiku sangat sulit, tapi menghindari medsos sangat bisa. Hampir 2 tahun ga benar2 FBan, IGan dan lainnya Ngetwt jua sekadar, kebanyakan untuk kerja. Lini masa dan apa yang terjadi bisa bikin demotivasi. Apalagi lihat orang bisa ke sana ke mari sedangkan kita tidak.
BalasHapusSemoga jadi penuh motivasi lagi kini ya Mbak
BalasHapusAku juga sama nih naik turun kondisinya selama pandemi. Kini malah lagi pol-polan...pengin mudik karena ortu beberapa kali drop kondisinya. Duh, ga kemana-mana, banyakan di rumah dan situasi gituuu aja beneran bikin demotivasi ya
Kalau aku sekarang nyaris tiap hari nulis ya di blog, IG...pokoknya writing for healing
Cara menghindari dengan mengurangi paparan smartphone menurutku bener banget. Sesekali harus memberanikan diri untuk detox agar kesehatan mental, minimal jadi bisa self talk.
BalasHapusMbaaak kok kayaknya gejalaku mirip dengan mba ya. Demotivasi ya namanya. Soalnya aku suka susah tidur ampe jm 1 dini hari pdhl biasanya jam 8 udh tidur
BalasHapusKondisi pandemi yang melanda dunia ini memang banyak mengubah sendi tatanan kehidupan, termasuk mental seseorang. Beruntung masih mempunyai orang2 terdekat yang care dan selalu memberikan dukungan kepada kita ya mbak, jadi masih bisa bertahan meskipun kita mengalami demotivasi.
BalasHapusMbaakk aku banget nih lagi ngerasa demotivasi. Bener sih larinya tuh ke nulis sama cari hobi lain kayak nonton yang seru-seru terus cari kegiatan yang bikin semangat..
BalasHapusDuh mirip-mirip mbak, apalagi terkait travelling. Sebelum pandemi yang biasanya bisa ke mana-mana, jadi lebih banyak di rumah saja tentu melahirkan rasa jenuh juga. Berusaha untuk menghilangkan jenuh dengan aktivitas-aktivitas baru yang menantang dan menyenangkan
BalasHapusWah boleh juga tipsnya untuk mengatasi demotivasi. Menjauhkan gadget dan memperhatikan lingkungan. Tipsnya brilian dan memang dengan kesibukan natural membuat kita lebih rileks. Salm sehat dan selamat beraktifitas.
BalasHapusMbak rindang pelukkkkkkkk
BalasHapusSemoga peluk virtual bisa meringankan.
Aku pernah di posisi itu. Aku hanya ingin di dengar.
Hanya bgtu saja.
Kadang nasihat itu ibarat obat kalo tidak tepat diberikan juga jadinya bisa gak malah bikin sembuh malah komplikasin
Wah aku jadi berpikir. Mbak rindnag ini punya jiwa travelling sejati haha.
Rencana traveling seumur hidup bisa kmana aja tuh hehee
Ya. Kadang-kadang berinteraksi dengan keluarga adalah salah satu bentuk terapi dari kejenuhan.
BalasHapusaku belum sampai ke demotivasi sih. cuma kadang memang ada masanya merasa lelah dengan rutinitas harian dan merasa gagal dibandingkan ibu yang lain
BalasHapus
BalasHapusSelain menulis, salat malam juga sangat bagus untuk menghilangkan kecemasan, ananda Rindang. Selamat siang. Doa sehat selalu.
wah kalau demotivasi, sama sih mbak. akupun juga merasakan di era pandemi ini, cukup susah menghindari kejenuhan. Alhamdulillah, melakukan hobby cukup membantu kurang kejenuhan. kalau tidak, ya memang harus kelua rumah untuk kurangi penat
BalasHapusBaca ini jadi termotivasi juga Mbak. Makasih ya...
BalasHapusTapi sepertinya masih wajar ya Mbak, motivasi memang naik turun gitu. Salah satu hal yang mempengaruhi juga berada di lingkaran pertemanan/ support system yang tepat
Ternyata begini yaa, kak Rindang...
BalasHapusSebaik-baik sahabat itu yang gak terlalu nyinyir dengan keadaan orang lain. mengingatkan, boleh....tapi tidak memberi nasehat di waktu yang tidak tepat.
Aku jadi sadar kalau harus berhati-hati sekali dalam bersikap, termasuk saat meninggalkan jejak dalam berkomentar begini.
Semoga komentar-komentarku selama ini tidak membuat demotivasi orang lain.
Maafin aku yaa, kak Rindang.
Peluk kak Rindang.
Semoga senantiasa produktif ketika tahu dimana letak trigger demotivasinya dan segera bisa teratasi dengan baik.
Baru tahu ada istilah demontivasi. Kayak akupun mengalami ya. Efek karena gak bisa ngemall, Hihihi.
BalasHapusKalau kupikir-pikir sepertinya Aku juga mengalami gejala demotivasi nih pas banget pas nemu artikel ini jadi bisa aware ... Trims ya mbak
BalasHapusAku kalau lagi demotivasi, nerima dulu aja sih perasaan yang muncul. Habis itu biasanya mengubah beberapa rutinitas. Yang misalnya saben hari nulis, diubah dulu ke baca buku. Atau lihat yang ijo2, atau nonton2 podcast yang inspiratif gitu.
BalasHapusKebalikannya, aku lebih cemas saat berada di keramaian. Kalau sendiri malah lebih nyaman.
BalasHapusMemang dalam kondisi dan situasi seperti saat ini ada hal hal yang menyebabkan demotivasi. Rasa kejenuhan yang melanda terhadap situasi dan kondisi stagnan yang terjadi di sekitar kita, perlu dibendung dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dan membuat kita sibuk dengan dunia kita. Saya senantiasa menciptakan berbagai kesibukan dan yang paling gampang adalah menggali hobby yang kita miliki dan melakukannnya. Plan and do. salam sehat dan selamat beraktifitas
BalasHapusSolusi demotivasi paling ampuh emang ada di diri kita sendiri ya mbak. Kita emang kudu paham sama diri sendiri. Makasih infonya mbak.
BalasHapusseringnya yg kyk gini ngefek ke ibadah. aku ya! nunda2 shalat dan tilawah ala kadarnya. kalo dah gini biasanya kupaksain baca alma'tsurah rutin, kadang yg kubro sekalian. pas dah waras, mulai kurang wazifahnya. eh
BalasHapusDisaat2 tertentu emang ngerasain turun motivasi dalam diri pengennya rebahan mlulu, males ngapa2in apalagi kalo ada masalah atau emosi yang tak terluapkan..
BalasHapusemang sih..salah satunya menulis meluapkan rasa.
demotivasi karena kita terlalu fokus dengan apa yang kita rasa, padahal banyak yang kita bisa lakukan, membahagiakan diri, jalan-jalan melakukan hobi dll. semangat terus ya...