Twivortiare sudah lama aku dengar, novelnya sih bukan filmnya. Berkaca pada novel Critical Eleven yang ditulis oleh penulis yang sama, aku jadi pengen baca dan nonton Twivortiare. Padahal sebelumnya, aku enggan mengonsumsi karya dengan tema pernikahan. Terlalu berat rasanya. Namun setelah membaca Critical Eleven, aku merasa cocok dengan cara penyajian yang diberikan oleh penulisnya.
Twivortiare' sendiri artinya perceraian dalam bahasa latin.
Sinopsis Film Twivortiare
Twivortiare bercerita tentang mantan suami istri yang kembali menikah karena setelah dua tahun berpisah mereka sadar bahwa sebenarnya mereka saling membutuhkan. Eh aku jadi ingat dengan salah satu novel yang pernah kubaca karangan Titi Sanaria, lupa judulnya apa tapi temanya sama. Nikah lagi dengan mantan pasangan halal.
Alexandra dan Beno, kedua pasangan di Twivortiare ini sama-sama sosok sibuk yang sukses di karir mereka masing-masing. Alexandra sebagai bankir dan Beno sebagai dokter bedah. Ternyata di pernikahan kedua mereka, masalah dan kesalahpahaman kembali terulang. Mereka sama-sama lelah. Akankah keduanya berhasil mempertahankan biduk cinta mereka dengan banyaknya rintangan?
Konflik utama mereka adalah kesibukan masing-masing dan tidak adanya titik temu tentang banyak hal, bahkan orang ketiga juga turut berperan serta menggoyahkan kembali istana yang baru mereka bangun kembali.
Bagaimana awalnya mereka bertemu? Mereka bertemu di konser jazz. Saat itu Alexandra pusing dan pingsan, ketika bangun ia sudah diperiksa oleh seorang dokter muda bernama Beno yang juga hadir di konser tersebut. Setelah itu mereka mulai jalan bareng beberapa kali lalu sepakat untuk menikah. Well see sejak awal chemistry antara keduanya memang sudah sangat kuat, tidak butuh waktu lama.
Namun, seiring berjalannya waktu dalam menjalani pernikahan, cinta saja tidak cukup.
Hal-hal Berkesan dari Film Twivortiare
Ada banyak hal berkesan yang kurasakan dari Film Twivortiare, yaitu:
1. Karakter Beno Menyebalkan
Karakter Beno menyebalkan sekali sebagai suami, kaku dan gak peka. Wajar kalau Alexandra suka ngambek. Nikah sama cowok cuek ternyata banyak nggak enaknya, karena umumnya wanita ingin selalu diperhatikan.
2. Setiap Orang Punya Karakter Masing-masing
Namun sebenarnya aku juga dapat memahami sifat Beno karena tiap pasangan punya karakter beda-beda. Tinggal cocok-cocokkan dan bagaimana cara menyikapinya agar pernikahan berjalan dengan lancar.
Ketika Beno meminta Alexandra untuk menuliskan semua hal yang dia suka dan ga suka, aku mengerti itu. Karena latar akademis Beno kurasa membuatnya berpikir bahwa setiap hal di dunia ini membutuhkan manual yang bisa dia patuhi.
Aku juga kadang merasakan hal itu, menulis dan meminta orang lain menuliskan perasaan mereka tidak bisa mengungkapkannya. Karakter kaku dan taat aturan ala Beno juga pernah kualami sendiri.
3. Pentingnya Bersikap Terbuka pada Pasangan
Seperti Beno yang tidak bercerita tentang tawaran posisi administrasi dari rumah sakitnya dan memutuskan sendiri untuk tidak menerimanya, membuat Alexandra kesal. Memendam seluruh kisah, apalagi derita itu berat. Oleh karena itulah pasangan ada, mereka bisa kok mendengarkan cerita kita. Tidak bercerita pada pasangan mengenai hal-hal penting juga dapat menyinggung perasaannya karena ia merasa tidak dianggap penting dalam hidup kita.
4. Jangan Pernah Berhenti untuk Saling Belajar dan Sabar
Masing-masing dari pasangan harus saling mengerti. Sabar terhadap perilaku pasangan yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan dan belajar bagaimana pasangan ingin diperlakukan. Jika keduanya melakukan hal tersebut, maka rumah tangga akan berjalan dengan baik. Jangan hanya salah satu yang berusaha tapi harus keduanya.
Di dalam pernikahan harus terjadi tarik ulur, tidak bisa sama-sama keras dan mengalah. Setiap orang harus menjalankan perannya masing-masing, siapa dan kapan yang menarik dan mengulur akan secara otomatis terbentuk ketika sudah terbiasa. Saat Beno bilang bahwa Alexandra harus banyak bersabar dan ia akan terus belajar, Alexandra menggeleng.
“Bukan kamu saja yang harus belajar, aku juga. Bukan aku saja yang harus sabar, kamu juga,” katanya.
Karena pernikahan dibangun oleh dua orang yang sama-sama tidak sempurna, sehingga tidak ada yang lebih tinggi dan paling benar dalam hubungan ini. Beno harus banyak belajar bagaimana Alexandra ingin dimengerti, Alexandra harus belajar bagaimana sifat Beno dan caranya dalam menyampaikan perhatian. Keduanya harus sama-sama sabar terhadap sikap pasangan yang belum sesuai dengan keinginan masing-masing.
5. Jangan Terlalu Sibuk
Aku relate banget sama poin ini karena aku dan suami punya sama-sama kesibukan. Ketika menyadari bahwa aku overload atau suami sering sibuk, setelahnya aku pasti bakal menyediakan waktu untuk we time. Ga bisa, aku ga cocok hidup dalam dunia yang sibuk terus menerus. Aku tipe orang yang percaya bahwa cinta itu menghabiskan waktu bersama secara berkualitas.
Alexandra dan Beno adalah gambaran pasangan muda yang sukses di karirnya masing-masing. Konsekuensinya jelas, mereka jadi jarang menghabiskan waktu berkualitas. Yang ada malah ketika mereka mencoba bicara atau menegosiasikan satu hal akan terjadi perselisihan karena mereka sama-sama lelah, kurang mengenal pasangan, dan punya ego yang sama-sama tidak ingin dikalahkan.
Menghabiskan banyak waktu bersama dapat membuat kita lebih dekat secara fisik dan emosianal dengan pasangan kita, sekaligus membuat kita lebih memahami apa keinginan dan pandangan-pandangannya akan sesuatu. Kondisi psikis kita juga lebih sehat jika kita mampu menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan urusan pribadi sehingga berefek pada keharmonisan hubungan suami-istri.
6. Romantisnya Realistis
Meskipun Beno kaku, tetapi pada beberapa bagian dia juga bisa romantis. Romantisnya tidak berlebihan, realistis kalau aku bilang. Apalagi yang melakukannya adalah Beno yang super kaku, oleh karena itu feelnya tambah berasa.
7. Laki-laki Membutuhkan Wanita untuk Tetap Kuat
Nggak salah frasa ‘di balik lelaki yang hebat, ada perempuan yang hebat’. Seperti yang dicurhatkan oleh Beno, bahwa dia merasa kuat menjalani kehidupan beratnya sebagai dokter termasuk menghadapi kematian pasien setelah dioperasinya karena ia yakin saat pulang ia bertemu dengan Alexandra yang akan menguatkannya.
Beno akhirnya sadar, bukan hanya ia yang butuh dikuatkan dalam hubungan pernikahan ini, perempuan juga butuh dibahagiakan. So, Alexandra juga berhak membutuhkan Beno sebagai tempat sandaran ketika ia marah, sedih, atau dikecewakan oleh dunia luar.
Well yeah itu kesanku tentang film Twivortiare. Dari film ini, aku banyak diingatkan tentang bagaimana melanggengkan pernikahan. Apalagi didukung oleh akting dua pemain utama yang luar bisa. Reza Rahadian mah gak diragukan lagi kualitasnya. Pasangannya si Raihanun, aku baru pertama kali melihat dia di film. Tapi aktingnya mampu mengimbangi Reza Rahadian.
Kita harus belajar dari mana saja termasuk dari film ini tentang ujian pernikahan yang bagi setiap pasangan itu berbeda-beda. Yuk nonton filmnya bagi yang belum, selain menghibur film ini juga mencerahkan. []
Posting Komentar
Posting Komentar