Kali ini aku akan bercerita tentang luka. Ini luka beneran ya, luka yang terjadi di atas kulit, bukan luka di dalam hati. Aku sudah tamat untuk hal-hal abstrak tersebut. Uhuk.
Beberapa waktu terakhir aku mendapat dua luka dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama. Pertama kali saat beres-beres, book shelf-ku berbahan dasar besi jatuh dan menimpa kaki, tepatnya kuku di ibu jari sebelah kiri.
Aku benar-benar merasakan proses rasa pedih dari luka yang terjadi. Pertama seperti mati rasa, lalu lama-lama semakin sakit. Ternyata kulit di dekat pangkal kukunya terkoyak. Astaga, aku jeri melihatnya.
Hampir satu minggu aku merasa sakit di ibu jari ini, terutama saat berwudu atau terkena air. Lama-lama kulitnya nempel dan balik lagi, berkat perawatan yang higienis.
Selang beberapa minggu kemudian, pahaku tergores sudut cover buku yang tajam. Ish, aku ngeri sekali. Agak lama aku baru berani melihat lukanya yang hanya berupa garis itu. Saat dibawa mandi, duh pedihnya.
Yang membuatku ngeri adalah karena aku jadi teringat dengan film yang kalau nggak salah berjudul Exam, kertas bisa jadi senjata. Aku urung menceritakannya lebih lanjut. Bisa jadi trigger yang mengerikan bagi hatiku yang lemah ini.
Oh satu lagi cerita tentang luka. Aku dulu pernah bertabrakan dengan seorang nenek bersepeda. Kami sama-sama jatuh, tapi yang luka hanya nenek tersebut. Lukanya ada di bagian salah satu jari tangannya.
Setelah dilakukan pertolongan pertama di puskesmas sekitar, si nenek pun dibawa pulang. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, beberapa hari sekali aku menjenguk si nenek tersebut di rumahnya. Mengganti perban serta mengoleskan salep atau obat merah ke luka beliau.
Apa yang bisa kujadikan benang merah dari cerita-cerita luka ini? Yup, obat merah. Sejak aku kecil dulu, obat merah dengan merk Betadine merupakan salah satu item yang wajib ada di rumah untuk kasus-kasus luka kecil seperti yang kualami.
Disebut obat merah karena cairannya sekilas berwarna kemerahan. Aslinya Betadine Antiseptic Solution ini berwarna alami coklat keemasan. Warna ini didapat dari Povidone-Iodine yang merupakan bahan aktif dalam produk ini.
Povidone-Iodine tidak mengubah warna kulit, kuku, atau rambut yang ditetesi cairan Betadine. Sehingga jika secara tidak sengaja mengenai pakaian, cukup dibersihkan dengan air dan sabun.
Antiseptik untuk membunuh kuman penyebab infeksi ini tuh legend banget. Nggak heran karena sudah dipercaya oleh banyak orang di seluruh dunia selama lebih dari 50 tahun. Terutama sejak didistribusikan oleh Tjan Ke Hoat alias Kahar Tjandra sekitar tahun 1977.
Beliau adalah dokter eks perwira kesehatan di Resimen Para Komando Angkatan Darat. Setelah keluar dari kesatuan, beliau membeli lisensi penjualan Betadine di Indonesia.
Penggunaan Betadine pada luka itu penting agar dapat membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya infeksi. Spektrum antiseptik Betadine sangat luas dalam membunuh kuman. Proses penyembuhan luka juga jadi lebih cepat. Nggak mau dong luka yang kita alami kondisinya memburuk atau lambat sembuhnya karena tidak diobati.
Jadi saat kamu luka, tidak cukup hanya mencuci luka pakai air saja tetapi juga perlu ditetesi antiseptik Betadine. Air hanya menghilangkan kotoran fisik yang menempel pada luka, sedangkan antiseptik Betadine dapat membunuh kuman dan mencegah infeksi.
Antiseptik BETADINE® ini juga relatif bebas iritasi atau perih dibandingkan dengan antiseptik alkohol lain, sehingga lebih ramah untuk anak-anak yang memiliki kulit cenderung lebih sensitif. Tetapi jika mendapati respon yang tidak biasa pada jenis kulit tertentu, segera hentikan pemakaian.
So, jangan lupa untuk selalu sediakan Betadine untuk hal-hal yang tidak diinginkan seperti luka ringan yang kuceritakan di atas ya. Agar pemulihannya lebih cepat dan terhindar dari infeksi yang bisa membahayakan luka kita.
Produk Betadine sendiri sebenarnya bukan hanya Betadine Antiseptic Solution ini. Ada banyak varian lain yang bisa kamu cek di https://betadine.co.id/. Mulai dari tisu basah, spray tenggorokan, produk pembersih wanita, permen pelega tenggorokan, dan masih banyak lagi.
Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya ya. []
Posting Komentar
Posting Komentar