Sekarang, mari kuceritakan tentang dunia praktikum mahasiswa MIPA Biologi. Di Fakultas MIPA, selain perkuliahan di dalam kelas, praktikum juga menjadi tempat pembelajaran untuk tambahan materi selama kuliah. Meskipun persentase nilanya hanya 30% dari keseluruhan nilai, tapi dari segi waktu dan energi praktikum menurutku menghabiskan lebih dari 50% effort mahasiswa.
Saat praktikum, semua mahasiswa diwajibkan memakai jas praktikum yang biasanya berwarna putih agar ketika terkena kotoran atau cairan akan langsung ketahuan. Selain itu, kainnya juga agak tebal agar dapat menghindari kulit atau pakaian dari kotoran atau zat-zat berbahaya. Pada beberapa praktikum disarankan menggunakan sarung tangan. Begitu juga untuk alas kaki, disarankan menggunakan sepatu tertutup agar terhindar dari tetesan-tetesan yang tidak diinginkan. Sebenarnya di laboratorium biologi relatif lebih aman jika dibandingkan dengan laboratorium kimia, tapi tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati. Di jurusanku ada mata kuliah yang khusus membahas hazard bekerja di laboratorium ini yaitu Manajemen dan Teknik Laboratorium (Manteklab).
Teknis Praktikum
Praktikum akan dihandle oleh kakak-kakak tingkat yang menjadi asisten praktikum dan diketuai oleh seorang dosen pengampu. Sebelum praktikum dimulai, biasanya akan diadakan pretest (ujian pendahuluan) untuk menguji pengetahuan yang dimiliki oleh peserta praktikum. Oleh karena itu, sebelum praktikum para mahasiswa biasanya akan sibuk dengan membaca modul praktikum. Kalau yang manajemen waktunya berantakan, saat sebelum praktikum itu digunakan untuk menulis laporan dari praktikum sebelumnya. Begitulah, menjadi mahasiswa MIPA, berarti harus siap menjalani hari dari praktikum ke praktikum.
Bagiku sendiri, pretest adalah sebuah tantangan karena mau tidak mau kita disuruh menghafal. Aku belajar lebih keras jika materi yang dibahas memiliki banyak sekali istilah. Sebagian besar asisten praktikum gemar mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan terkait istilah ini. Mengapa kita jor-joran belajar untuk mendapatkan nilai prestest karena salah satu nilai praktikum, selain laporan dan ujian akhir, juga diambil dari nilai pretest. Kadang-kadang juga diadakan postest, alias tesnya diadakan setelah praktikum selesai. Ini agak lebih mudah sih, karena kita sudah melakukan materi yang akan diujikan terlebih dahulu baru menjawab pertanyaan.
Objek praktikum di jurusan MIPA Biologi sangat beragam dan seru. Mulai dari tumbuhan hingga hewan. Di awal-awal, untuk mata kuliah Sistem Perkembangan Tumbuhan, tanaman/bagian tanaman yang menjadi objek prkatikum adalah kapas dan bunga-bunga sesuai materi. Untuk mata kuliah Sistem Perkembangan Hewan ada mencit putih, ikan mas, dan katak. Semakin meningkat semesternya, semakin meningkat pula kesulitan praktikum. Teman-temanku yang mengambil mata kuliah pilihan Parasitologi bahkan pernah diharuskan membawa kotoran hewan atau manusia. Whuek.
Setelah praktikum, barulah mahasiswa diwajibkan membuat laporan praktikum. Dengan beberapa syarat dan ketentuan yang disampaikan kakak asisten sebelum praktikum berakhir, termasuk di dalamnya ada pengarahan tentang apa saja alat dan bahan yang harus dibawa pada praktikum selanjutnya.
Persyaratan-persyaratan yang akan dibawa ini akan disampaikan oleh kakak asisten yang akan menjadi PJ praktiukum minggu depan. Iya, sama seperti mata kuliah, setiap materi praktikum pun ada PJ-nya per asisten agar setiap orang dapat bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan praktikum tersebut.
Laporan Praktikum
Pengerjaan laporan praktikum biasanya diberikan tenggat satu minggu atau 3 hari agar di minggu selanjutnya diharapkan laporan sudah acc dan dapat dikembalikan ke mahasiswa yang bersangkutan, sehingga mahasiswa dapat fokus mengerjakan laporan praktikum selanjutnya.
Bagiku sendiri, secara kualitas pengerjaan praktikum bukan hal yang berat. Setengah dari pengerjaan praktikum adalah tulis-menulis, dan itu adalah yang aku suka. Setengahnya lagi ada pada data dan analisis. Selama datanya lengkap, aku tidak ada masalah. Terkadang ada data yang kurang lengkap entah karena data yang diamati itu masih ada di teman sekelompok yang bertugas mengamati dan lain sebagainya.
Namun secara kuantitas, anak MIPA mana yang tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum. Semakin banyak SKS mata kuliah yang berpraktikum, semakin sibuklah ia. Satu hari tidak jarang ada lebih dari satu praktikum. Aku kalau sudah terlalu kewalahan, kutinggalkan istirahat dulu baru nanti kembali mengerjakan lagi.
Pernah suatu ketika, entah mengerjakan laporan apa, teman-teman menginap di kosku untuk bersama-sama mengerjakan laporan. Saat teman-teman begadang, aku ketiduran duluan, subuh baru lanjut.
Sekarang anak MIPA mungkin nugas atau ngerjain laporan di kafe ya. Dulu, paling banter kalau ingin keluar kamar kos, aku mengerjakannya di gazebo kampus. Itu pun jarang yang berhasil fokus karena paling nggak pasti saling sapa dengan teman atau adik dan kakak tingkat yang lalu lalang di sepanjang koridor. Ada sih ruangan yang agak sepi yaitu di ruang baca, tetapi aku jarang ke sana. Entah kenapa.
Untuk apa sih laporan praktiukm? Di akhir semester ada yang namanya ujian praktikum. Sekali lagi, meskipun nilai praktikum hanya 30% dari keseluruhan nilai semester tapi rasanya memakai lebih dari 50% effort. Kami belajar tidak kalah keras untuk mendapatkan nilai bagus pada ujian praktikum.
Di semester pertama, praktikum terberat jatuh pada Fisika Dasar. Laporannya harus ditulis tangan, kalau revisi berarti harus menulis ulang minimal satu halaman ukuran folio untuk memperbaiki yang salah. Mana asisten praktikumnya berasa dosen skripsi pula, jika sudah kelar dengan satu revisian bisa jadi akan kembali dengan catatan revisi yang baru. Bisa satu kali periksa aja nggak sih, Kak? Gitu omelku dulu.
Setelah naik tingkat ke semester 2 dan seterusnya, aku dan teman-teman seangkatan mulai mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum. Tambah beratlah dunia perkuliahanku. Selain kuliah di kelas dan mengerjakan laporan praktikum sendiri, aku juga harus mengoreksi laporan praktikum adik tingkat. Dengan segala perfeksionismeku, mengoreksi laporan praktikum memang agak menghabiskan waktu. Tapi rasanya puas karena seenggaknya dapat membantu meluruskan apa-apa yang bisa diperbaiki, terutama di bidang penulisan EYD dan sebagainya. Seringkali, laporan praktikum hanya dicopas dari laporan kakak tingkat tahun-tahun sebelumnya tanpa dilihat relevansi dengan dengan praktikum yang ia jalani sendiri.
Praktikum Lapangan
Selain praktikum di laboratorium, kami juga kadang-kadang praktikum di lapangan. Tergantung objek penelitian dan temanya. Suatu kali kami pernah ke danau untuk praktikum mata kuliah Planktonologi. Kami mengambil beberapa sampel plankton dari air yang dimasukkan ke botol dan mengambil hewan kecil yang masih bisa terlihat untuk diamati di laboratorium.
Di lain waktu kami juga praktikum mata kuliah Pengenalan Lingkungan Lahan Basah (PLLB) ke daerah lahan gambut di sekitar Rumah Sakit Sambang Lihum, serta ke sungai di dekat Jembatan Rumpiang dan di dekat Jembatan Barito.
Salah satu perjalanan praktikum yang lumayan jauh adalah saat kami praktikum lintas mata kuliah, ada dari sub jurusan hewan, lingkungan, dan tumbuhan. Aku lupa detailnya matkul apa saja. Waktu itu kami pergi ke Palangkaraya dan menginap. Kami mengunjungi Balai Taman Nasional Sebangau dan berkunjung ke BOS untuk melihat penangkaran orang utan di habitat aslinya. Di sana, masing-masing kami mengerjakan tugas/mengamati/mengambil sampel sesuai tema mata kuliah yang diikuti.
Praktikum lapangan seperti ini sungguh menyenangkan, bisa sekalian jalan-jalan. Kelak, saat penelitian skripsi, aku menyadari pengambilan data di lapangan tidak selalu semenyenangkan itu. []
Dan ternyata semua praktikum itu sangat membantu ketika memasuki dunia kerja, effortnya, pressurenya, rasanya anak MIPA sudah biasa dengan itu semua 😊 sampai kadang pas udah kerja pernah bilang, inimah ga apa2nya dibanding pas kuliah dlu 😊👍
BalasHapus