Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, aku bukan berasal dari kalanga keluarga menengah ke atas. Mungkin masuk ke kategori menengah, tapi range-nya lebih dekat ke bawah daripada ke atas. Oleh karena itu, selama kuliah, aku tidak mendapatkan banyak uang saku dari orang tuaku. Pada saat yang bersamaan, adikku juga sedang bersekolah dan masuk kuliah di sekolah dan kampus yang memerlukan jauh lebih banyak biaya daripadaku. Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan lebih diprioritaskan kepada adikku.
Beruntungnya, sejak awal masuk kuliah aku sudah mendapatkan beasiswa melalui jalur prestasi (Beasiswa Bidik Misi). Meskipun waktu masuk ke rekeningnya tidak seteratur gaji pegawai, tapi setidaknya itu sangat membantu. Jumlahnya juga menurutku cukup besar untuk penerima berstatus mahasiswa. Dengan standar hidupku yang santai, hemat iya tapi tetap bisa beli apa yang diinginkan, uang dari beasiswa menurutku dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok perkuliahan, termasuk bayar kos dan makan harian.
Bahkan aku masih bisa menabung dari uang beasiswa tersebut. Hingga ketika ada kesempatan untuk mengeluarkan biaya yang banyak, aku sudah ada uangnya. Aku ingat, biaya-biaya yang besar yang kubayar menggunakan uang beasiswa yaitu study tour ke Malang dan Bali, Kerja Praktik ke Yogyakarta selama 1,5 bulan, dan ikut Munas FLP ke Bali. Karena aku ada uangnya, orangtuaku tinggal menambah sedikit untuk uang saku dan izin juga jadi lebih mudah.
Beruntungnya aku juga berteman dengan orang-orang yang fokus pada kuliah, bukan yang terseret pada fashion atau apapun yang membutuhkan biaya lebih. Meski begitu, bukan berarti aku juga nggak pernah kesulitan finansial selama kuliah. Kesulitan finansialku terbesar ternyata justru ada di akhir masa skripsi. Karena waktu pengerjaan skripsiku lama, it’s mean di laboratorium aku juga lama. Aku menghabiskan banyak bahan atau media dan itu meski sudah dicover oleh dana pembiayaan penelitian dosen yang kuikuti, masih ada sisa yang harus kubayar. Aku lupa berapa persisnya, tapi saat itu aku tidak punya tabungan sejumlah itu untuk membayarnya. Kalau tidak salah, itulah pertama kali meminta uang dalam jumlah yang cukup banyak kepada orang tua.
Budgeting
Meski tidak strict dan tercatat seperti sekarang, sejak kuliah aku sudah menerapkan sistem budgeting dalam pengaturan keuangan. Tiap bulannya ada biaya bayar kos dan belanja bulanan, per semester ada biaya SPP. Fun fact biaya semesterku hanya sekitar 900 ribuan flat hingga akhir masa kuliah. Termasuk sangat murah jka dibandingkan dengan jurusan atau jalur masuk kuliah yang lain.
Ada masanya juga aku bayar biaya catering. Ada ibu-ibu di sebelah kosku yang buka jasa layanan catering. Sebenarnya aku kurang cocok dari segi rasa, karena masakan beliau cenderung ke masakan Jawa yang sedikit-sedikit ada pedasnya. Tapi kalau berlangganan catering makanan itu enak, aku nggakperlu mikir mau makan apa hari itu. Kecuali kalau aku ada acara atau makan di luar, harus konfirmasi satu hari sebelum atau subuh agar ibunya nggak menyiapkan untuk kita dan terkena biaya catering.
Kalau sedang tidak langganan catering, aku akan sarapan di kos atau di kantin lalu beli lauk saat siang sepulang kuliah untuk makan siang dan malam. Kebetulan di sekitarku ada beberapa tempat makan, mostly pembelinya mahasiswa. Aku punya 3 tempat makan favorit yang aku selang-seling belinya agar tidak bosan. Aku termasuk yang jarang makan di kantin, hanya kalau aku nggak sempat sarapan di kos atau mengisi waktu di sela-sela kuliah atau praktikum, di jam ngemil.
Menjadi Tutor Bimbel
Aku punya pekerjaan part time saat kuliah, yaitu menjadi pengajar atau tutor di bimbingan belajar. Bimbel pertamaku bernama TnS, di sana aku mengajar cukup lama. Aku mengajar pelajar SMP atau SMA tentang Biologi. Gajinya lumayan buat nambah-nambah tabungan.
Aku juga mengajar les privat SD, anaknya dosen teknik yang kebetulan beliau berteman dengan dosen pembimbing skripsiku. Lalu aku juga menjadi pengajar di Primagama Martapura. Agak jauh dari kosku. Sama, di bimbel yang pertama pun lokasinya juga agak di ujung. Jarak yang paling dekat itu adalah rumah dosenku di mana aku mengajar privat anak beliau.
Kalau diingat-ingat aku kadang-kadang merasa agak berat setiap mau berangkat mengajar di siang atau sore hari. Kalau mau menuruti kata hati, aku lebih baik tiduran membaca atau nonton drakor di kos. Tapi biasanya aku komit meski malas apalagi ini menyangkut janji dengan orang lain. Jadi seberat-beratnya hati aku tetap berangkat. Dan yang paling senang itu adalah ketika menerima gaji.
Berjualan Buku
Selain mengajar, aku juga dulu sempat berjualan pulsa dan buku. Aku tidak lama berjualan pulsa, paling hanya satu tahun gitu. Nggak kuat lama karena banyak yang ngutang dan aku nggak tega menagihnya, sedangkan yang ngutang biasanya suka lupa. Hehe.
Aku cukup lama berjualan buku, secara online. Karena aku suka beli buku online maka aku berinisiatif membuka order bagi teman-teman di sekitarku dan teman-teman di kontakku. Kutawarkan kalau mau beli buku lewat aku saja. Lumayan juga ada yang beli. Hobi yang dibayar. Boleh dibilang item terbanyak pembelianku saat kuliah adalah buku.
Yak, demikian ceritaku tentang perjalanan mengatur keuangan saat kuliah. Intinya pengeluaran harus sesuai dengan pendapatan yang masuk. Sebagai mahasiswa, penuhi kebutuhan pokok perkuliahan terlebih dahulu baru membeli/membayar hal-hal sekunder. []
yes, budgeting itu penting sekali untuk saat ini dan di masa depan :D
BalasHapus